33.

24 5 2
                                    

.

Melanjutkan hidup dan terus melangkah kedepan secara perlahan, memperbaiki hal-hal yang buruk pada diri. Berhenti menyebutkan kesalahan kepada siapapun dan berhenti menganggap dirilah yang paling salah.

Hoseok sudah dua hari mengurusi surat perceraiannya dengan rosse. Tanpa bantuan orang lain, selagi hal itu bisa dilakukannya tanpa campur tangan pengacara. Bukan karena ia berbahagia atas perpisahan mereka, hoseok tengah berusaha menikmati setiap langkahnya yang penuh dengan luka. Dia berhenti menyalahkan dan juga tidak lagi membenci dirinya sendiri. Yang sedang ia lakukan adalah menuai rasa sakit yang pernah ia tanam untuk istrinya.

"Berkasnya sudah kami terima, tuan. Undangan untuk mediasi akan dikirim dalam beberapa hari lagi, mohon ditunggu dan harus hadir saat mediasi. Itu merupakan kesempatan kalian untuk kembali berdiskusi dan menemukan jalan terbaiknya".

"Apakah tidak bisa langsung pada sidang ?".

"Tidak bisa, tuan. Itu merupakan salah satu jalannya proses perceraian, meski menurut penggugat atau tergugat memang sudah tidak bisa dibicarakan sekalipun".

"Ah, begitu ya ? Baiklah saya akan menunggu undangan mediasinya dan hadir".

"Terimakasih atas kerjasamanya, tuan".

Bukan karena hoseok ingin segera berpisah tanpa melakukan mediasi bersama rosse, tetapi memang benar apa yang dikatakan oleh petugas pengadilan itu. Ia merasa sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan karena mereka sudah membahasnya, dan berpisah adalah keputusan mereka bersama.

Satu kalimat yang rosse katakan kepadanya beberapa waktu lalu, menjadi sebuah kekuatan serta keyakinan bagi hoseok. Meski itu sederhana tapi begitu berharga untuknya. Harapan hoseok hanya satu, di suatu masa jika tuhan mengijinkan mereka kembali bersama, debaran itu masih rosse rasakan saat bersamanya. Entah akan seberapa lama waktu yang dibutuhkan keduanya untuk saling berbenah terutama dirinya sendiri tentu saja.

Memang menyakitkan, namun hoseok benar-benar akan menerima masa itu. Mengenai kesalahannya sudah tidak perlu dibicarakan lagi, ia mengakui itu. Sangat mengakuinya.
Entahlah, keduanya masih saling memiliki rasa dan masih ingin bersama namun tak mungkin kembali dalam ikatan pernikahan.

Triiing

Hoseok tersadar dari lamunannya setelah dering ponsel mengganggu.

"Yeoboseyo..".

"..."

"Oh ? Tentu saja, ini aku baru akan kesana".

"..."

"Baiklah, aku akan segera kesana. Aku tutup dulu, ne ? Sampai jumpa".

"..."

Klik

Hoseok bergegas menyalakan mesin mobilnya yang sedari tadi masih belum ia nyalakan sebab asyik mengarungi fikirannya sendiri. Rautnya terlihat lebih sumringah dan berseri setelah mendapatkan panggilan entah dari siapa. Bahkan satu tangannya menepuk-napuk paha secara tak beraturan, pertanda bahwa ia ingin segera sampai. Hoseok memang ahlinya mengemudikan besi kotak beroda empat, meski hanya dengan satu tangan saja. Semakin menambah pesonanya sebagai seorang dokter serta pemilik rumah sakit.

Perjalanan yang seharusnya memakan waktu satu jam kini menjadi tiga puluh menit saja bagi hoseok. Tentu dengan keahliannya menyetir mobil yang begitu bagus, ditambah jalanan juga cukup lenggang sebab ini sudah jam kerja.
Mobil mewah milik hoseok memasuki area basement kantor perlahan. Kedua netranya mencoba melihat dan mencari tempat yang senggang untuk memarkirkan mobil miliknya. Setelah dirasa mendapatkan tempat, hoseok segera mematikan mesin mobil dan berlalu menuju tempat tujuannya.

A Fragile House of Cards (Jung Hoseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang