Oxford

215 9 2
                                        

"Happy Reading"

Brakk

"Aaaa aku capek, ga mau belajar lagi aku mau jajan!"

Stella menatap kesal ke arah Cakra yang menatap tenang kearahnya. Cakra menarik buku tulis yang berada di bawah tangan Stella, lalu menunjuk buku itu dengan pulpen yang ia pegang sejak 3 jam yang lalu.

"Yang mana sulit?" 

Stella menunjuk kearah kepalanya dengan tatapan kesal, rasanya ingin sekali menenggelamkan Cakra ke dasar bumi. Sudah hampir tiga jam lebih dia sudah bergelut dengan buku-buku yang ada di hadapannya.

"Otak aku yang sulit mikir, ga kaya kamu yang masih sanggup makan semua rumus-rumus itu ya Dhegaaaa!" Cakra menatap datar Stella, lalu ia menghembuskan nafas kesal.

"Gimana kamu mau lolos ujian perguruan tinggi, kalo kamu belajar aja males-malesan gini. Aku mau kamu fokus sama ujiannya, supaya pas ujian nanti nilai kamu bagus dan ga perlu ngulang saat di kelas 12 nanti."

Stella meremas pensil, gadis itu menarik tubuhnya yang rasanya sudah sangat lelah dan mengusap wajahnya.

"Dua bulan yang lalu pas camping kamu nanya aku mau lanjut perguruan tinggi atau engga, aku ga langsung ngejawab karena aku bingung"

Stella kembali menatap Cakra, namun kali ini tatapannya sangat jelas dia kelelahan.

"Aku ga sekuat Rachel yang suka banget belajar, aku juga udah ga sanggup buat belajar lagi. Jadi..." Stella menghela nafas beratnya dan menundukkan kepalanya.

"Aku ga mau melanjutkan ke perguruan tinggi."

Cakra sedikit tersentak mendengar ucapan Stella. Dia mengerti kalau Stella bukanlah tipe orang yang suka di paksa, apa lagi kalau sudah berurusan dengan pembelajaran. Cakra menganggukkan kepalanya.

"Aku bakal daftar ke Oxford."

"A-apa?"

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Sudah seminggu waktu berlalu, sejak Stella mengetahui kalau Cakra mengambil keputusan yang begitu berdampak pada hubungan tanpa membicarakan ini pada Stella. Bahkan sejak hari itu, setelah Cakra mengatakan dia ingin berkuliah di Oxford dia langsung meninggalkan Stella begitu saja tanpa ada satu patah katapun yang keluar dari bibir Cakra hingga sekarang sudah berlalu 7 hari.

Stella mengusap air matanya lalu memeluk lengan Rachel. Ada rasa marah, kesal dan dia akui ini adalah egonya lah yang sudah menguasai dirinya. Di pikirannya saat ini Cakra ga bisa memahaminya, Cakra egois dan ga mempertimbangkan keadaannya yang sudah tidak mampu berfikir lebih jauh lagi.

Rachel mengusap lembut surai rambut Stella, hampir satu jam dia berusaha menenangkan Stella yang sedari tadi mengoceh tidak jelas dan mengulang ribuan penjelasan yang sudah dia sampaikan. Alasan kenapa saat ini dia tidak berkomunikasi dengan Cakra.

"Gua mau putus! Gua cape!" Rachel memutarkan bola matanya pasrah.

"Mungkin Cakra lagi sibuk belajar, 2 hari lagi kan ujian kenaikan kelas mending lu juga belajar deh Stell"

Stella mengusap air matanya yang sudah bergenang di kelopak matanya.

Stella menatap Rachel dengan pasrah, dia menghela nafas pasrah. Rachel dan Cakra sama saja, sama-sama menyebalkan.

"Gua mau pulang Chel, anterin" Kepulan asap keluar dari mulut Rachel dia menaikan salah satu alisnya.

"Mau lanjut galau?"

Stella mengangguk dan mulai mengemasi barang miliknya, saat seperti ini Rachel hanya bisa pasrah. Karena dia hafal dengan kelakuan Stella, dia tidak akan berhenti bersedih hingga di rasa keadaannya sudah membaik sendiri.

Love Behind A HelmetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang