Psikolog

227 9 5
                                        

"Happy Reading"

Stella menyandarkan kepalanya di bahu Cakra, matanya fokus menatap pemandangan malam dari atas bukit ini. Rachel benar-benar pintar dalam memilih tempat terbaik untuknya, Cakra menatap ke arah Stella yang sepertinya sudah tenang.

"Maafin aku kalo terkesan ga bisa memahami kamu dan egois."

Stella mengangkat kepalanya dan menatap kekasihnya itu, terlihat raut penuh dengan penyesalan. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat lalu mengeratkan pelukan nya pada tangan Cakra.

"Aku udah mikirin ini beberapa hari belakangan" Stella menarik nafas dalam-dalam dan menatap mata Cakra dengan sungguh-sungguh.

"Aku bakal kuliah, ngambil jurusan Psikologi"

Cakra terkejut dengan ucapan Stella, namun dari matanya sepertinya tidak ada kebohongan di sana. Ada rasa bersalah dengan Stella setelah mengetahui hal ini.

"Kamu melakukan ini karena terpaksa?"

Stella terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kembali alasan mengapa dia ingin memutuskan untuk lanjut keperguruan tinggi.

"Saat beberapa hari lalu aku lihat ada berita yang lewat di beranda soal korban bullying, dari situ hati aku terketuk ngerasa kasihan sama korbannya dan itu ngebuat aku punya impian jadi psikolog buat bisa ngebantu orang seperti mereka."

Stella tersenyum yang membuat Cakra tersenyum kembali, senyuman khawatir yang jelas psikologi itu tidak segampang pemikiran Stella. Namun Cakra bersyukur, setidaknya pasangan nya ada niatan bagus untuk membantu sesama umat manusia.

"Aku minta maaf ya, terlebih lagi soal Oxford dan terkesan menghindar karena ga ngabarin kamu selama seminggu. Aku cuma terpancing emosi jadi aku butuh waktu buat nenangin diri sementara waktu"

Stella kembali menyandarkan kepala nya di bahu Cakra sembari memejamkan mata.

"Aku takut banget kehilangan kamu, jangan pernah gitu lagi. Aku ga sanggup"

Cakra merasakan sesuatu yang hangat mengalir di lengan nya, dengan panik dia memegang pipi Stella. Wajah gadis itu kini kembali terlihat menyedihkan, Cakra merasa sangat bersalah.

"Aku minta maaf sayang"

"Kamu tega banget ga ngabarin aku! Kamu udah ga sayang sama aku? Kamu udah lebih sayang ujian dari pada aku?"

Cakra hanya tersenyum ketika gadisnya itu kini kembali cerewet. Dia juga sangat merindukan gadisnya itu, namun egonya terlalu besar untuk memperbaiki permasalahan secepatnya. Cakra mengakui itu kesalahannya, seharusnya dia tidak seperti ini.

(⁠'⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

Sedangkan di sisi lain, Rachel memegang tongkat biliar yang dia mainkan menatap ke arah bola sembari mengeker. Namun seseorang dari belakang nya malah merubah arah kekeran nya dan mendorong tongkat biliar yang membuat hasilnya buruk dan tidak mengenai satu bola apa pun.

"Ah maaf, gua salah target"

Dengan penuh rasa kesal, Rachel menatap ke arah orang itu dan sial! Nolan?

"Bangsat! Lo kenapa gangguin gua sampai ke sini"

Nolan melihat sekitar dan mengangkat bahunya.

"Sepertinya lo yang lupa Chel, kali ini ada dimana lo sekarang. Jelas-jelas ini milik keluarga Pradipta"

"Permisi tuan muda, ini pesanan anda"

Seorang  waiters wanita menghampiri Nolan dengan membawakan nampan berisi minuman, Rachel melihat hal itu rasanya malu sekaligus kesal. Dengan rasa kesal yang sangat penuh Rachel langsung meletakkan tongkat biliar nya dan menuju ke tempat kasir, tanpa menghiraukan ucapan Nolan ia membayar uang sewanya lalu meninggalkan Nolan begitu saja.

Nolan melihat itu merasa sedikit bersalah, seharusnya dia tidak mengganggu kesenangan Rachel. Dia memutuskan mengejar Rachel yang sudah menaiki motornya, laki-laki bertubuh kekar itu menahan tangan Rachel yang hendak mengenakan Helm.

"Maafin gua Chel, lo langsung lanjut main aja. Gua mau pergi juga dari sini" Rachel tertawa tidak sudi mendengarnya dan menatap sinis ke arah Nolan.

"Makasih tawaran nya, tapi gua memilih ga bakal balik lagi ke sini"

Tanpa mendengar ucapan Nolan, Rachel langsung menancap gas motornya dan meninggalkan Nolan yang penuh rasa bersalah.

(⁠'⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

Seminggu pun berlalu, akhirnya ujian kenaikan kelas telah berakhir. Seluruh siswa berhamburan keluar dari ruangan ujian mereka dan merayakan hari dimana mereka bebas dari rasa pusing dengan soal-soal ujian.

"Ahh akhirnya selesai juga!"

Stella menyorakan rasa kegembiraan nya, sedangkan Rachel hanya tersenyum melihat kelakuan Stella. Sepertinya sahabatnya itu merasa sangat tersiksa dengan soal-soal yang berada di lembar soal ujian.

"Oh ya Chel temenin gua ke tempat Cakra dulu dong. Mau minta anterin balik"

"Yaudah ayo"

Stella dan Rachel memutuskan menuju ke tempat Cakra berada, dimana lagi kalau bukan ruang kesenian dan tentunya akan ada anggota Gotreasure lainnya.

Sesampainya mereka di sana mereka dengar suara yang begitu ramai di dalam ruangan kesenian dengan penuh penasaran mereka berdua masuk ke ruangan itu, ternyata sudah ada Aurora, Anggel dan Nara serta anggota Gotreasure lainnya.

"Loh kalian disini juga" kata Stella yang baru saja masuk dan menghampiri Cakra.

"Anterin aku pulang ya" Cakra cuman mengangguk dan tersenyum.

"Gimana ujiannya? mudah?" Stella menarik nafas panjang sembari tersenyum manis.

"Masih bisa di jawab lah"

"Jadi kita mau liburan kemana?" Tanya Bima yang sepertinya mengembalikan topik pembahasan mereka.

"Kalian mau liburan?" Tanya Stella antusias.

"Iya, mereka mutusin buat liburan" Jelas Cakra.

"Iya kak, tapi masih bingung mau liburan kemana. Eh gimana kalau kita ke desanya Nara, aku sering denger Nara cerita soal desanya. Sepertinya bagus banget deh" ucap Aurora yang sangat antusias.

"Dan katanya bakal ada acara adat sebentar lagi di sana, bener kan Nar?" Tambah Anggel.

Shaka dan Nara terkejut dan saling bertatapan. Semua orang kini menatap ke arah Nara, tatapan yang membutuhkan jawaban kepastian tentunya.

"Ah, desa aku jauh dari sini dan aksesnya agak susah di capai"

"Nah itu ide bagus! Ayo kita berpetualang!" ucap Aurora yang sangat bersemangat. Nara menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Ah okay" 

Shaka mengerutkan alisnya, apa yang di pikirkan Nara hingga dia setuju. Lebih parahnya lagi teman-teman nya juga ikut setuju berlibur di desanya Nara, Seperti tidak ada tempat lain saja.

('∩。• ᵕ •。∩')

Halooo guysss semoga kalian suka dengan cerita kami ya! Jangan lupa follow, like dan share cerita kami. See you next part-!!

Love Behind A HelmetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang