Phoenix Gank

227 18 4
                                    

"Happy Reading"

"Stell ayo cepetan ke ruang kesenian, Cakra ngamuk!"

Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Stella bangkit dari tempat duduknya dan langsung berlari menuju ke ruang kesenian tanpa mengkhawatirkan keadaan dia yang acak-acakan sekarang.

Nafas yang memburu menjadi bukti paniknya Stella, sekarang dia masuk ke dalam ruangan seni di susul dengan Rachel. Terlihat Cakra yang nampak mengajari Rora, Anggel dan Nara. Tidak terlihat sama sekali tanda-tanda Cakra habis marah-marah.

Pandangan seisi ruangan tertuju pada Stella yang berwajah bantal dengan rambutnya yang acak-acakan. Stella melempar tatapan tajam ke arah Rachel.

"Lo ngajak ribut?!!"

Rachel hanya tertawa dan duduk di samping Nara, dia merasa puas mengerjai sahabatnya itu. Dia cuma kesal saja, disaat dia sibuk dengan pekerjaan yang harusnya di kerjakan dengan Stella, Stella malah asik tidur. Namun Rachel tidak salah sepenuhnya Cakra meminta mereka untuk ke ruangan kesenian sampai di panggil melalui mic sekolah.

Rasanya nyawa Stella masih tertinggal di kelas, dengan lesu Stella duduk di samping Rora. Rora menatap kasihan dengan kakak kelasnya itu, seperti nya dia sangat kelelahan. Tangan Rora mengusap dan merapikan rambut Stella yang berantakan.

"Bener-bener lo ya Chel, darah rendah gua kambuh"

Stella mengusap dadanya yang terasa sakit. Namun hanya di balas tawa dari Rachel.

"Hahaha maaf, lagian lo ngapain tidur! Udah tau banyak kerjaan buat persiapan acara. Lo malah tidur"

Sewot Rachel mengundang perhatian Cakra yang sedang sibuk mengajarkan Anggel menggunakan piano.

"Gua kecapean" ucap Stella lemas.

Rora menyodongkan sebuah tisu lalu membisikan sesuatu.

"Di pipi kakak ada ilernya"

Damn!!!!

Stella sangat malu sekarang, tolong siapa pun bantu Stella pindah ke Pluto sekarang juga!!!

('∩。• ᵕ •。∩')

Hampir dua jam mereka latihan dan berakhir keputusannya Stella dan Rachel ikut menjadi bagian anggota band music. Karena jika hanya bertiga sepertinya akan kurang, sangat membosankan jika dua jam harus di habiskan latihan. Namun berebeda dengan Stella, dua jam tidak karuan karena menahan rasa malu dengan apa yang sudah terjadi. Dia sangat kesal dengan Rachel, sangat! Awas aja lo Rachel!

"And how do we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
And nothing can keep us apart
'Cause you are the one I was meant to find
It's up to you, and it's up to me
No one could say what we get to be
And why don't we rewrite the stars?
Changing the world to be ours
You know I want you
It's not a secret I try to hide
But I can't have you
We're bound to break and my hands are tied"

Suara perpaduan antara Rora dan Nara membuat emosi Stella berkurang. Dia terpaku dengan suara indah perpaduan mereka dengan di iringi lantunan piano dari Anggel. Kalau Cakra tidak melempar tatapan mematikan kepada mereka bertiga, mungkin mereka bertiga tidak akan mau menujukkan bakat terpendam mereka ini.

Suara tepuk tangan terdengar jelas di ruangan tersebut. Terutama Stella dia sangat antusias dalam bertepuk tangan.

"Kalian keren!" Puji Rachel dengan semangat. Sedangkan Stella hanya meleparkan dua jempol tangan nya sebagai pujiannya terhadap adik kelasnya itu.

Drttt... drttt...

Seisi ruangan saling mencari asal bunyi, mereka berfikir handphone merekalah yang sedang di telpon. Namun Cakra segera bangkit dari duduknya dan mengangkat telpon, ternyata itu berasal dari handphonenya.

Love Behind A HelmetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang