Pilihan dan Tujuan

140 7 0
                                    

"Happy Reading"

Nara menatap ke arah Shaka, ia sedikit menarik nafas berusaha untuk mengatur pernafasannya yang masih belum stabil.

"Dia siapa?"

"Dia papah Rora"

Mulut Shaka kembali tertutup rapat, namun matanya bisa membaca keadaan Nara saat ini. Sedangkan Stella terus memperhatikan dengan intens interaksi antara Nara dan Shaka, ia juga memperhatikan bagaimana tatapan papah Rora kearah Nara.

"Kenapa?" bisik Cakra yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Stella, sedangkan Stella hanya menggeleng pelan. Nara menatap sumber suara dan tubuhnya semakin bergetar hebat.

"Papah Rora?"

('∩。• ᵕ •。∩')

Huhhh

Kepulan asap yang keluar dari mulut seseorang yang sedang duduk di kursi berada di pinggiran tebing. Pemandangan malam ini terlihat begitu indah, dengan bulan yang bersinar seakan menyinari danau yang berada di bawah tebing sana.

"Seperti lukisan yang nyata, jika dilihat saat malam hari"

Seseorang itu tersentak, ia berpikir ia hanya sendiri di sekitar sini, tatapannya mengarah ke seseorang yang menghampirinya dan duduk di sampingnya dengan santai. Dia memilih mengabaikan orang itu, menarik kupluk jaketnya lalu kembali menghisap batang rokok yang sedari tadi menjadi teman dan alasannya tetap di tempat itu.

"Orang selalu berfikir untuk berbahagia dan memiliki impian hidup seperti di surga, semua umat manusia di bumi ini memiliki kesempatan. Kesempatan untuk memilih, apakah dia ingin menciptakan dunia yang baginya ini surga atau justru sebaliknya."

Orang itu pun menunduk lalu mengusap syal yang sedang melilit di lehernya, sembari tersenyum.

"Orang yang menggunakan kesempatan memilih terkadang lupa kalau semua di dunia ini sia-sia, baik dia berusaha membuat dunia ini seperti surga maupun sebaliknya, itu hanya sia-sia. Karena sekeras apa pun usahanya, mereka lupa dunia hanya sementara. Tapi kita semua yang ada di dunia harus punya tujuan, orang yang memiliki tujuan baik mau pun sebaliknya akan memetik hasilnya di akhirat nanti."

Mendengar ucapan itu lantas dia menatap ke arah orang tersebut dan tersenyum hambar.

"Orang seperti gua, ga bisa memilih ataupun untuk sekedar memiliki tujuan, tuhan sudah mengambil segalanya Nara."

Nara tersenyum ke arah orang itu lalu mengusap lengan seseorang itu, dengan tenang ia berkata.

"Kita bisa merubah pilihan dan tujuan kita, tapi takdir? Ga ada satupun manusia yang bisa ngerubah takdir yang sudah di tentukan tuhan. Tapi tuhan menghadirkan kita di dunia ini pasti dengan memberikan kesempatan untuk memilih dan juga pasti memiliki tujuannya."

Orang itu terkekeh, dia mematikan putung rokoknya dengan menghancurkan batang rokok yang tinggal setengah itu.

"Gua ga punya tujuan hidup Nara, setelah kepergian orang tua gua. Terutama Ibu, gua udah berhenti untuk memiliki tujuan dan semangat."

Nara memilih bangun dan menarik syalnya untuk menutupi mulutnya, udara di sini memang sangat terasa dingin.

"Seperti Nara bilang sebelumnya, kita hidup punya pilihan dan tujuan. Kembali kepada sang pemilik diri, mau merubah segalanya selagi ada kesempatan atau mau tetap di tempatnya?"

Nara membalikan tubuhnya dan berjalan pelan menuju ke arah perkemahan. Di langkah ketiganya dia berhenti sejenak.

"Terimakasih sudah bantu Nara, kak Rachel. Kembalilah semua orang mencari kakak."

Love Behind A HelmetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang