"Happy Reading"
Stella membuka salah satu pintu ruangan rumah sakit, dimana terlihat sahabatnya yang terbaring lemas. Stella menatap panik sahabatnya tersebut bahkan nafasnya belum teratur karena sedari tadi berlari sejak mendengar kabar bahwa Rachel di larikan ke rumah sakit.
Gadis berwajah pucat yang biasanya wajahnya di isi dengan kegirangan dan wajah judesnya, sekarang hanya bisa menatap Stella dengan lemas.
"Mana nyamuk yang gigit lo! Sini gua bunuh!" Omel Stella yang membuat Rachel sedikit tertawa. Menurut dokter Rachel terkena demam berdarah yang membuatnya harus di rawat di rumah sakit.
"Udah ilang, seperti mantan yang hanya meninggalkan rasa sakit"
Saat sakit pun anak itu masih bisa bercanda, Stella duduk di samping Rachel lalu mengusap lengan Rachel yang terpasang infus.
"Gua panik denger lo masuk Rumah Sakit Chel, Abang lo mana?"
Rachel menggenggam erat tangan Stella, tidak bohong sahabatnya itu benar-benar panik di karenakan tangannya begitu dingin yang menandakan saat ini Stella benar-benar khawatir. Rachel tersenyum tipis, saat ini tenaganya sangat lemah.
"Abang lagi keluar beli makan malam, gua suruh dia pergi dulu karena lo bilang lo udah sampe"
Stella mengangguk pelan, tangannya terulur merapikan rambut Rachel yang menutupi wajahnya. Gadis itu menghela nafasnya.
"Cepat sembuh ya chel. Gua gamau liat lo sakit gini"
('∩。• ᵕ •。∩')
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 Malam hari, Stella menatap jam lalu khawatir dan beralih menatap ke arah Rachel yang sudah tertidur pulas. Sedangkan Darvian Pratama yang merupakan kakak kandung dari Rachel sudah membujuknya sedari tadi.
"Udah Stell gua anterin aja, kasihan cewe pulang malam-malam sendiri."
Stella menggelengkan kepalanya cepat, dia sudah mendapatkan alibi yang tepat agar Darvian tetap di rumah sakit untuk menemani Rachel.
"Ini ayah chat katanya bakal jemput Stella di bawah, bang Darvian jagain Rachel aja. Nanti dia meracau lagi kasihan" Hampir berkali-kali Rachel mengalami hal itu di karenakan demam nya yang begitu tinggi.
Darvian hanya bisa mengangguk pasrah. Sejujurnya dia juga bingung dan khawatir dengan keadaan Stella, namun setelah mendengar ucapan Stella dia merasa sedikit tenang.
Stella berpamitan, segera berlari keluar dari rumah sakit. Bukan karena apa, namun dia saat ini khawatir tidak ada angkutan umum yang bisa membantunya pulang.
Sesampainya di depan rumah sakit terlihat jalanan yang mulai sepi. Keadaan ini membuatnya sedikit takut dan khawatir, dia takut ada orang yang ingin berbuat jahat padanya. Orang tua Stella kemana? Sudah tidak perlu di tanya orang tuanya sedang sibuk Dinas di luar kota.
"Duh gimana nih"
Stella meremas tangannya dengan kuat. Namun sebuah motor mendekat ke arahnya, sebuah motor yang terlihat sangat maskulin tentunya dengan yang membawa motor tersebut. Laki-laki itu mengenakan jaket yang bertuliskan nama Phoenix, Stella memicingkan matanya sembari memperhatikan siapa yang berada di balik helm itu. Merasa di perhatikan orang tersebut membuka helm nya sembari tersenyum ke arah Stella.
"Udah malam, sini biar gua antar pulang aja."
Byran! Stella mengenali wajah itu. Dia Bryan yang merupakan lawan main Cakra hari itu, namun dia ragu dengan pria ini. Bagaimana dia bisa menawarkan tumpangan ke orang yang tidak di kenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind A Helmet
Ficção AdolescenteStella Nova seorang gadis remaja cantik yang berhasil memikat banyak orang, gadis yang baru saja memasuki umur 17 tahun. Namun kini sudah memiliki banyak teman dan fans, yang ternyata diam-diam menyukai captain dari gotreasure. Geng yang terkenal tu...