Sudah 3 hari Singto di sekap di ruang rahasia milik Krist, setiap hari Singto menolak memakan makanan yang di berikan oleh Krist hingga tubuhnya lemah sekarang.
Singto terbaring lemas di lantai, menangis walau tak ada lagi air mata yang keluar, dia memegang perutnya yang terasa sakit karna kelaparan, Singto juga tak minum selama 3 hari ini, dia terus memikirkan Alexa, mengkhawatirkan keadaan anaknya.
"Phi Sing" Ucap Krist yang baru saja datang.
Krist melihat Singto terbaring di lantai, di dekatnya ada banyak makanan selama 3 hari ini yang di berikan oleh Krist namun masih utuh semua.
Krist menghampiri Singto, dia memeriksa urat nadi tangan Singto setelah itu menggendong Singto membawanya keluar dari ruangan itu.
Selama 3 hari Krist memang tak pernah memaksa Singto untuk makan, dia sengaja melakukan itu, bukan karna Krist tak mencintai Singto dan suka melihat Singto sakit, tapi Krist ingin memperlihatkan pada Singto meskipun dia mencintai Singto tapi Singto tak bisa berbuat semaunya pada dirinya.
Krist memasang infus di tangan Singto, dia sudah membersihkan tubuh Singto tadi, dan mengganti bajunya.
Kini Krist duduk di kursi samping ranjang Singto, dia menggenggam tangan Singto sambil sesekali mengecup punggung tangannya.
"Lexa... Kamu dimana, sayang. Papa merindukan mu" Lirih Singto dalam tidurnya.
Singto mengigau menggumamkan nama anaknya.
"Phi Sing..." Ucap Krist lembut sambil mengusap rambut Singto.
"Hikkss... Papa rindu, sayang" Lirih Singto sambil menangis.
Ponsel Krist berdering, ada panggilan dari rumah sakit sehingga membuatnya melepas tangan Singto, dan beranjak pergi dari sana mengangkat panggilan tersebut.
Krist pergi ke rumah sakit karna ada pekerjaan mendadak, tak lupa dia mengunci pintu kamar tempat dia merawat Singto tadi.
*****
Setelah memeriksa beberapa pasien kini Krist duduk di kantin dengan beberapa temannya sesama dokter, mereka membahas penyakit para pasien mereka dan saling bertukar pikiran."Apa kalian sudah mendengar berita terkini?" Ucap Tae mengalihkan pembicaraan.
Tae bosan terus membahas tentang pasien, itu sebabnya dia mengalihkan pembicaraan sekarang.
"Apa?" Ucap Off.
"Seorang pengusaha muda di kabarkan menghilang" Ucap Tae.
"Siapa?" Ucap Poon penasaran.
"Tuan Singto Prachaya? Apa kalian mengenalnya?" Ucap Tae.
Off terkejut mendengar nama Singto, dia masih sangat merasa bersalah kepada Singto karna perbuatannya dan Krist, suami Singto meninggal dunia. Sejujurnya Off masih memikirkan itu hingga sekarang.
"Bukankah suaminya meninggal di rumah sakit ini waktu itu?" Ucap Poon.
"Ya, itu. Suaminya tuan Natt" Ucap Tae.
"Dokter Off, bukankah kamu dan dokter Krist yang melakukan operasi pada suaminya?" Ucap Poon.
"Ya, lalu apa? Apa menurut mu itu berkaitan dengan hilangnya phi Sing sekarang? Apa itu wajar? Atau apa kalian berpikir suaminya membawa phi Sing ke kuburannya sekarang?" Ucap Krist dengan nada sinis.
"Kenapa harus marah, bukankah aku hanya bertanya" Ucap Poon.
"Dokter Off?" Ucap Tae, karna melihat Off seperti gelisah.
"Apa?" Ucap Off.
"Lanjutkan cerita mu, dokter Tae. Lalu, apa tuan Singto sudah di temukan?" Ucap Poon penasaran.
"Belum, polisi masih menyelidiki kasus ini" Ucap Tae.
"Bukankah dia memiliki seorang putri kecil?" Ucap Poon.
"Ya, anaknya terus menangis mencari papanya" Ucap Tae.
Off beranjak dari duduknya, dia benar-benar tak kuat mendengar cerita itu, selain rasa bersalahnya karna membuat operasi Natt gagal, dia juga kasian, kini Singto menghilang tanpa jejak.
"Mau kemana, dok?" Ucap Poon saat melihat Off beranjak dari duduknya.
"Pulang, aku merindukan suami ku" Ucap Off sambil terkekeh kecil, berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Lalu bagaimana dengan pasien mu, Poon?" Ucap Krist mengalihkan pembicaraan, dia benar-benar muak mendengar Tae membicarakan tentang hilangnya Singto.
"Kami sedang menunggu pihak keluarga setuju melakukan operasi nanti" Ucap Poon.
"Kamu terlihat tak peduli dengan cerita ku" Ucap Tae pada Krist.
"Aku harus apa?" Ucap Krist bingung.
"Bagaimana pendapat mu tentang tuan Singto? Apa kamu tak kasian dengan dia, baru beberapa bulan dia kehilangan suaminya, dan sekarang dia sendiri yang hilang" Ucap Tae.
"Yeah, aku kasian. Lalu, apa yang bisa ku lakukan, dok?" Ucap Krist malas.
"Krist benar... Kita bisa apa?" Ucap Poon sambil mengedikan bahunya.
"Hanya saja aku penasaran dengan kasusnya" Gumam Tae.
Krist hanya tersenyum menanggapinya.
"Aku pulang dulu" Ucap Krist sambil beranjak dari duduknya.
"Akhir-akhir ini kamu lebih suka pulang saat tak ada pasien, apa ada seseorang yang menunggu mu di rumah?" Goda Poon.
"Ya" Ucap Krist seadanya.
"Ku tunggu undangan pernikahan mu, dokter Krist" Ucap Tae.
"Lihat saja nanti" Ucap Krist kemudian dia berjalan pergi dari sana.
*****
Di tempat lain saat ini, Alexa terus-menerus menangis, tubuhnya bahkan hangat sekarang, dia sangat merindukan papanya.Polisi belum berhasil mencari jejak Singto, Krist memang sudah mempersiapkan semuanya. Dia menghubungi orang kepecayaannya waktu itu yang membantunya membersihkan kamar Singto, membuang sisa sperma dan membantu Krist membawa Singto keluar melalui pintu belakang sehingga tak ada yang melihat Krist membawa Singto.
Krist tak sebodoh itu untuk meninggalkan jejak setelah melakukan tindak kriminal 'kan? Atau karirnya akan hancur nanti.
Tbc.
YOU ARE READING
Psychopathic Obsession ✓
FanfictionRasa ingin memiliki sangat besar membuat krist menjadi terobsesi dengan pria yang di cintainya, melakukan segala cara demi mendapatkan cinta singto tanpa sadar dengan apa yang di lakukannya justru menyakiti sang pujaan hati. Bisakah krist mendapatka...