Hari ini hari pertama Axel masuk sekolah, pagi-pagi sekali dia sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.
Saat ini Axel dan Alexa sedang sarapan bersama, tak lama Krist datang bergabung bersama mereka.
"Aku tak sabar ingin sekolah!" Ucap Axel bahagia.
"Katakan pada phi jika ada yang membully mu di sekolah" Ucap Alexa sambil mengusap rambut adiknya.
"Siap!?" Ucap Axel.
Singto datang ke ruang makan, dia duduk di samping Krist sekarang.
"Apa papa akan mengantar ku sekolah?" Tanya Axel.
"Tidak, aku sibuk" Ucap Singto.
"Berangkat bersama daddy nanti" Ucap Krist.
"Baiklah" Gumam Axel.
Kini mereka makan dalam diam, mereka memang selalu sarapan bersama namun tak ada kehangatan di dalamnya.
"Lexa, ayo berangkat bersama papa" Ucap Singto setelah dia menyelesaikan kegiatan makannya.
"Aku ingin berangkat bersama daddy dan Axel" Ucap Alexa.
"Baiklah, papa berangkat bekerja dulu" Ucap Singto sambil beranjak dari duduknya dan berjalan pergi dari sana.
Hingga hari ini Joy masih terus menjadi sopir Singto sekaligus menjaga Singto di kantor. Itu sebabnya Singto tak bisa melarikan diri dari Krist.
"Ayo berangkat" Ucap Krist setelah melihat Axel dan Alexa selesai makan.
*****
"Apa tuan ada waktu malam ini?" Ucap seorang pria pada Singto.Saat ini Singto sedang meeting dengan rekan bisnisnya di sebuah kafe yang tak jauh dari kantornya, mereka sengaja meeting di luar karna ingin mencari suasana baru agar tak bosan.
"Maksud tuan?" Ucap Singto.
"Aku ingin mengajak tuan berpesta" Ucapnya sambil mengusap tangan Singto yang sejak tadi di pegangnya.
Singto menarik tangannya setelah mendengar itu.
"Tak perlu bersikap jual mahal seperti ini, tuan. Aku tahu tuan menduda selama 7 tahun, dan tuan belum menikah lagi hingga sekarang" Ucapnya.
"Ku dengar tuan memiliki anak dengan seorang dokter? Tapi kenapa kalian belum menikah? Apa dokter itu tidak memberi tuan kepastian?" Ucapnya lagi.
Usia Axel sudah 5 tahun, wajar jika semua orang tahu dia memiliki anak dengan Krist, seluruh rekan kerjanya, dan rekan kerja Krist juga tahu itu, mereka tak mungkin menyembunyikan Axel kan? Hanya saja orang-orang tak tahu kebenaran sebenarnya seperti apa, kenapa Axel bisa hadir di tengah-tengah Krist dan Singto, yang mereka tahu Krist dan Singto menjalin hubungan, dan saling mencintai, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Tutup mulut mu atau kerja sama kita batal!!" Ucap Singto marah.
"Sebenarnya alasan aku mau menjalin kerja sama dengan perusahaan mu karna aku tertarik pada mu. Bermain-main di belakang kekasih mu tak masalah kan?" Ucap Plustor, rekan bisnis Singto.
Mereka sudah bekerja sama sejak lama, bahkan sejak Natt masih hidup, Singto tak menyangka Plustor akan membuatnya marah hari ini.
"Apa lagi dia tidak memberimu kepastian hingga sekarang, dia tak benar-benar mencintai mu" Ucap Plustor.
"Yah, aku mengerti, jarang orang mau bersama dengan seorang duda, apa lagi duda itu sudah mempunyai anak dengan suami lamanya, biasanya orang hanya bermain-main agar mendapat service gratis--"
*Plak... Satu tamparan mendarat di pipi Plustor dari Singto.
"Kenapa?" Ucap Plustor.
"Tutup mulut mu!! Aku tak serendah itu!!" Ucap Singto.
"Tapi di mata orang-orang hanya pria rendahan yang sudah melahirkan anak dengan kekasihnya namun belum juga di nikahi hingga sekarang" Ucap Plustor.
"AKU YANG TAK MAU MENIKAH DENGAN DOKTER BRENGSEK ITU!!!" Ucap Singto dengan nada tinggi.
"Terserah apapun itu, temui aku di club X nanti malam, aku akan memberi kepuasan untuk mu lebih dari dokter itu" Bisik plustor sambil meremas pantat Singto kemudian dia langsung pergi dari sana meninggalkan Singto dengan wajah kesal penuh emosi.
****
Krist berjalan masuk ke dalam ruangan Singto tanpa mengetuk pintu lebih dulu, di lihatnya Singto sedang duduk melamun di kursi kebesarannya, laptopnya terus menyala sejak tadi, namun di abaikan olehnya.Pipi Singto terlihat masih basah, matanya memerah, dia menangis, memikirkan ucapan plustor. Orang-orang menganggap dia jalang Krist karna melahirkan anak Krist, dia muak di anggap seperti itu.
"Phi Sing" Ucap Krist, menyadarkan Singto dari lamunannya.
"Apa yang kamu lakukan disini!?" Ucap Singto.
"Aku baru pulang menjemput Alexa dan Axel tadi" Ucap Krist.
"Oh"
"Aku merindukan phi" Ucap Krist sambil memeluk tubuh Singto.
"Sampai kapan, Krist?" Ucap Singto.
"Apa?" Ucap Krist bingung.
"Sampai kapan kita akan seperti ini? Kapan kamu akan melepaskan ku, aku lelah" Gumam Singto.
Tak berniat untuk menjawab, Krist mencium bibir Singto, melumatnya dengan penuh kelembutan. Dia mengangkat tubuh Singto, kemudian menggantikan Singto duduk di kursi Singto sedangkan Singto duduk di meja kerjanya sekarang.
"Aku mencintai phi Sing. Aku tak akan melepaskan phi" Ucap Krist sambil mengusap tangan Singto yang di genggamnya sejak tadi.
"Aku tak mencintai mu" Ucap Singto.
Krist beranjak dari duduknya, dia kembali mencium bibir Singto, melumat bibir atas dan bawah Singto secara bergantian, sesekali memberikan gigitan kecil disana. Tangan Krist menekan tengkuk leher Singto memperdalam ciumannya, dia memasukan lidahnya ke dalam mulut Singto, mengabsen setiap inci apa yang ada disana, sedangkan Singto hanya diam membiarkan Krist bermain.
"Sepertinya phi tak terlalu sibuk hari ini, ku lihat phi hanya melamun tadi" Ucap Krist.
"Pekerjaan ku masih sangat banyak" Ucap Singto.
"Tapi ku rasa aku sedang menginginkannya sekarang" Ucap Krist sambil meremas pantat Singto dengan kuat sehingga membuat Singto reflek mendesis karna sakit.
Krist tersenyum melihat wajah Singto, dia mencium bibir Singto lagi, memulai pemainan panas mereka.
Tbc.
YOU ARE READING
Psychopathic Obsession ✓
FanficRasa ingin memiliki sangat besar membuat krist menjadi terobsesi dengan pria yang di cintainya, melakukan segala cara demi mendapatkan cinta singto tanpa sadar dengan apa yang di lakukannya justru menyakiti sang pujaan hati. Bisakah krist mendapatka...