Part 24

217 47 44
                                    

Sekarang Axel dan Alexa semakin sering bertemu, apa lagi mereka sudah sama-sama dewasa, terkadang, mereka pergi berdua, menghabiskan waktu bersama, saling melepas rindu satu sama lain.

Alexa juga sudah meminta nomor ponsel adiknya.

"Apa kamu mau main ke rumah phi dan papa?" Ucap Alexa.

Saat ini Alexa dan Axel sedang berada di sebuah kafe, mereka makan siang bersama setelah pulang sekolah. Jarak sekolah keduanya memang dekat, itu yang mempermudah mereka bertemu.

"Tidak" Ucap Axel.

"Kenapa? Apa kamu membenci papa?" Ucap Alexa.

"Maaf, phi" Ucap Axel.

"Apa itu artinya benar kamu membenci papa" Ucap Alexa.

"Apa phi membenci ku?" Tanya Axel.

"Tidak, aku sangat menyayangimu, aku bahagia bisa bertemu adik kecil ku" Ucap Alexa.

"Aku juga sangat menyayangi phi" Ucap Axel sambil memeluk phinya.

"Axel, Lexa, kalian disini?" Ucap Singto yang baru saja masuk ke kafe.

Singto terkejut saat melihat Axel dan Alexa yang memang duduk di dekat pintu masuk.

"Papa!? Apa yang papa lakukan disini" Ucap Alexa.

"Papa ada janji bertemu dengan orang" Ucap Singto.

"Ohh" ucap Alexa.

"Axel, apa kabar?" Tanya Singto sembari menatap Axel.

"Aku baik" Ucap Axel.

"Apa... A-apa papa boleh memeluk mu?" Ucap Singto memberanikan diri untuk mengatakan itu.

Sebenarnya sejak pertemuan mereka di mall waktu itu, Singto sudah sangat ingin memeluk Axel, tapi dia tak berani mengatakannya.

"Aku tak suka di peluk oleh orang asing, maaf, om" Ucap Axel.

*Deg... Orang asing? Axel menganggap dia orang asing, dan Axel memanggilnya om!?

"Tapi papa bukan orang asing, dan kenapa kamu memanggil papa dengan sebutan om? Apa sopan memanggil orang tua mu seperti itu?" Ucap Singto.

Axel menatap Singto sambil tersenyum.

"Bukankah aku tak pernah punya papa? Aku hanya punya daddy" Ucap Axel dengan wajah tenangnya.

Axel sangat mirip dengan Krist, saat emosi sekalipun wajahnya terlihat tenang, tapi percayalah hatinya berisik sekarang.

"Axel" Ucap Singto.

"Ayo antar aku pulang, phi" Ucap Axel pada Alexa.

"Papa minta maaf" Ucap Singto, namun tak hiraukan oleh Axel.

Selama 5 tahun menghilang dari hidup Krist dan Axel, Singto memang menyadari kesalahannya pada Axel, tidak seharusnya dia membenci Axel. Axel anaknya, dan Axel juga tak pernah meminta untuk di lahirkan ke dunia, kenapa Singto sempat berlaku bodoh dengan tidak menerima Axel hanya karna Axel anak Krist.

Ya, Singto memang pernah berjanji pada dirinya sendiri, jika dia pulang ke Thailand dan bertemu Axel, Singto ingin meminta maaf pada anak yang tidak berdosa itu. Itu sebabnya Singto merasa ingin memeluknya dan menebus semua dosa-dosanya pada Axel.

"Papa merindukan mu, Axel" Ucap Singto saat melihat Axel ingin pergi.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dari dulu? Sekarang aku sudah besar, om. Aku tak butuh sosok papa lagi, kenapa tidak dulu disaat aku masih sangat membutuhkan sosok papa?" Ucap Axel.

"Papa--"

"Pa, orang-orang menatap kita sekarang" Potong Alexa.

Ya, mereka di tatap oleh beberapa pengunjung kafe sekarang.

"Ayo phi antar pulang" Ucap Alexa pada Axel kemudian mereka pergi dari sana.

Air mata Singto menetes membasahi pipinya, rasanya benar-benar menyakitkan saat di panggil om oleh anak kandungnya sendiri, Singto menghapus air matanya dan berjalan mencari keberadaan orang yang ingin di temuinya.





*****
Jam 5 sore Alexa pulang ke rumah, langkah kakinya terhenti saat dia mendengar keributan di ruang tamu, Alexa mengintip papanya sedang bicara dengan seorang pria paruh baya.

"Kapan kamu akan melunasi hutang mu, tuan?" Ucap pria paruh baya itu pada Singto.

"Aku akan menjual aset-aset milik ku, bersabarlah, tuan. Aku pasti akan melunasi semuanya" Ucap Singto.

Tadi siang Singto ke kafe karna ingin bertemu dengan orang yang mengatakan ingin membeli aset-aset miliknya yang ingin di jualnya, Singto pikir orang itu akan langsung membelinya tapi ternyata dia harus berpikir ulang, itu sebabnya Singto belum punya uang sekarang.

"Atau... Ku lihat kamu punya anak gadis yang begitu cantik. Kamu bisa menyerahkan dia pada ku maka ku anggap hutang mu lunas" Ucap pria paruh baya itu.

"Tidak, tuan! Tolong jangan bawa-bawa anak ku!!" Ucap Singto marah.

"Kenapa? Kamu tak perlu membayar hutang mu jika kamu memberikan anak gadis mu pada ku, dia pasti masih perawan kan? Bukankah usianya baru 17 tahun" Ucap pria tua itu.

Singto beranjak dari duduknya dan memukul wajah pria paruh baya itu.

"PERGI DARI SINI!!" Teriak Singto sambil mencengkram kerah bajunya.

"Ku beri waktu 1 minggu, lunasi hutang mu atau anak mu ku bawa pulang" Ucap pria itu.

Singto melepas cengkramannya di kerah baju pria itu, kemudian pria itu berjalan keluar dari rumah Singto.

"Anak mu benar-benar cantik, tuan Sing" Ucap pria tua itu saat melihat Alexa yang berada di tepi pintu.

Dia mencolek dagu Alexa sehingga membuat tubuh Alexa bergetar ketakutan, kemudian dia pergi dari sana.

Alexa berlari menghampiri papanya dan memeluknya.

"Dia siapa, pa. Aku takut dengannya" Ucap Alexa sambil menangis.

"Jangan takut, papa akan selalu melindungi mu" Ucap Singto sambil mengusap rambut panjang Alexa.

Sejujurnya alasan Singto kembali ke Thailand karna perusahaannya tiba-tiba bangkrut.

Ya, selama ini perusahaan Singto di ambil alih oleh orang kepercayaan Singto tapi sepertinya dia menaruh kepercayaan pada orang yang salah, tahun pertama hingga tahun keempat, semua berjalan baik-baik saja, tahun ini, Orang yang Singto percaya mengambil uang perusahaan kemudian melarikan diri.

Singto mengetahui kabar itu dari Tay, itu sebabnya Singto langsung pulang ke Thailand. Tay juga mengatakan perusahaan mengalami banyak kerugian sehingga membuat perusahaan terpaksa berhutang untuk membayar gaji para karyawan, dan sekarang perusahaan itu sudah tutup karena tak mampu lagi membayar gaji karyawan.

Singto ingin menjual perusahaan miliknya itu, sebenarnya dia enggan melakukan itu, itu satu-satunya peninggalan dari Natt, tapi dia memang harus menjualnya untuk membayar semua hutangnya.











Tbc.

Vote ya bjirr, gue dah serajin ini update, masa ga di vote!! Jangan jadi silent readers klen!

Psychopathic Obsession ✓Where stories live. Discover now