Part 34

280 41 23
                                    

Sudah satu minggu Krist dan Singto tak bertemu, lebih tepatnya setelah pertemuan terakhir mereka di kafe, Krist merasa akhir-akhir ini Singto menghindarinya.

Krist pernah pergi ke kafe tempat Singto bekerja di jam istirahatnya, dia menyapa Singto namun Singto bersikap dingin padanya. Apa Krist punya salah? Dia bahkan tak tahu salahnya apa.

Krist memencet bel rumah, tak lama pintunya terbuka, Alexa yang membuka pintu sehingga membuat Krist kecewa, dia berharap Singto yang membukakannya pintu tadi.

"Apa papa ada?" Tanya Krist pada Lexa.

"Ada, dad. Papa baru pulang bekerja" Ucap Alexa.

"Oh, katakan pada papa, daddy ingin bertemu" Ucap Krist.

"Ayo masuk, dad" Ucap Alexa.

Krist berjalan masuk ke dalam rumah, dia duduk di sofa yang ada di ruang tamu sedangkan Alexa berjalan ke kamar papanya.

"Pa, ada daddy di luar, daddy mengatakan ingin bertemu papa" Ucap Alexa.

"Papa tak mau bertemu dia, suruh dia pulang sekarang" Ucap Singto.

"Huh, kenapa?" Tanya Lexa.

"Papa lelah" Ucap Singto.

"Baiklah" Ucap Alexa.

Alexa berjalan ke ruang tamu menghampiri daddynya.

"Papa lelah, dan tak mau bertemu daddy" Ucap Alexa.

"Oh, biar daddy yang menemui papa" Ucap Krist.

Di kamarnya saat ini, Singto sedang duduk bersandar di kepala ranjang, rasanya dia patah hati, Singto tahu, usianya sudah terlalu tua untuk patah hati, tapi mendengar pembicaraan Namtan dan Krist minggu lalu dia benar-benar merasa sakit! Singto ingin menangis, tapi dia malu dengan umurnya.

Pintu kamar terbuka sehingga membuat Singto menoleh ke arah pintu. Krist berjalan masuk ke kamarnya.

"Phi Sing" Ucap Krist.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamar ku!!" Ucap Singto marah.

"Apa aku punya salah?" Tanya Krist.

"Tidak"

"Lalu kenapa phi menghindari ku?" Ucap Krist.

"Aku sedang tak ingin di ganggu, Krist. Pergi sekarang" Ucap Singto.

"Phi, aku--"

"PERGI!!" Bentak Singto sehingga membuat krist terkejut mendengarnya.

"B-baiklah. Aku hanya ingin memberikan ini pada phi" Ucap Krist sembari memberikan kartu undangan pada Singto.

Air mata mengalir deras membasahi pipi Singto saat melihat itu.

"Kamu benar-benar akan menikah dengan Namtan?" Lirih Singto.

"Huh?" Ucap Krist bingung.

"Dia hamil anak mu 'kan? Dan kartu undangan itu pasti undangan pernikahan kalian" Ucap Singto.

"Baca dulu, phi" Ucap Krist.

Singto mengambil kartu undangan yang di berikan oleh Krist, dan membacanya, dia melihat nama Namtan dengan Poon di sana, Singto menghapus air matanya memastikan sekali lagi, bahkan ada foto Namtan dan Poon, tak ada foto Krist atau nama Krist.

"Namtan bukan hamil anak ku, dia hamil anak Poon" jelas Krist.

"Apa phi menghindari ku karna ini? Apa phi cemburu?" Ucap Krist.

"Tidak" ucap Singto dengan wajah merahnya.

"Beristirahatlah, phi. Besok ku jemput, kita pergi bersama ke pesta pernikahan Namtan" Ucap Krist sembari berjalan pergi dari kamar Singto.

Psychopathic Obsession ✓Where stories live. Discover now