Part 11

314 39 27
                                    

Entah sampai kapan Singto akan hidup seperti ini, menjalani hari-harinya bersama Krist dengan setengah hati.

Krist tak pernah kasar padanya tapi Singto tetap tak bisa menerima Krist sebagai orang baru untuk dia dan Alexa.

Krist juga bersikap lembut ke Alexa, tapi itu masih tak bisa membuat Singto menerima Krist, Krist baik pada Alexa hanya karna Singto, hanya karna dia menginginkan Singto, selain itu Krist sangat tidak peduli dengan Alexa.

"Apa aku boleh bekerja? Aku bosan di rumah setiap hari" Ucap Singto.

Sejujurnya sudah lama Singto ingin mengatakan itu tapi dia baru berani mengatakannya sekarang.

Saat ini mereka sedang merebahkan tubuh mereka di rajang dengan Krist yang terus memeluk tubuhnya.

"Tidak, aku tak suka milik ku di lihat oleh orang lain" Ucap Krist.

"Milik mu? Kapan aku mau menjadi milik mu, Krist!!" Ucap Singto marah.

"Sejak phi meminta aku membawa Lexa ke rumah ini, dan aku membawanya, itu artinya phi bersedia menjadi milik ku" Ucap Krist.

"Tidak, aku terpaksa melakukan semuanya!! Aku bahkan masih sangat mencintai suami ku!!" Ucap Singto.

Krist hanya diam tak menjawab, dia mencium leher Singto, mengendus lehernya sembari memberikan sedikit jilatan disana.

"Ijinkan aku bekerja, aku memiliki perusahaan sendiri, Krist" Ucap Singto.

"Tidak, phi. Apa phi kekurangan uang?" gumam Krist di sela-sela kegiatannya mencium bibir Singto.

"Aku hanya bosan berdiam diri seperti ini, aku bukan tawanan mu yang seenak hatimu bisa menyuruh ku berdiam diri di rumah mu!"

"Baiklah, jika phi ingin kerja" Ucap Krist sehingga membuat Singto menatap Krist, apa benar yang Krist ucapkan?

"Tapi dengan satu syarat?" Ucap Krist.

"Apa?" Tanya Singto.

"Joy yang akan mengantar dan menjemput phi, Joy juga akan selalu berada di dekat phi untuk memastikan jika tak ada yang mendekati phi" Ucap Krist sambil mengusap rambut Singto.

"Aku sudah mati rasa, cinta ku sudah habis di suami ku, jangan khawatir" Ucap Singto dengan wajah datarnya.

Sejujurnya hati kecil Krist terluka mendengar itu, tapi dia bersikap biasa saja seakan tak mendengar apa yang di ucapkan oleh Singto.

Sebagai ganti dari rasa sakitnya, dia mengukung tubuh Singto memulai rutinitas mereka setiap malam, berusaha lebih keras lagi agar Singto segera hamil.

Meskipun setiap mereka melakukannya hanya Krist yang bermain sendiri, Krist yang mencium bibirnya namun tak pernah di balas oleh Singto, Krist yang bergerak sendiri sedangkan Singto benar-benar hanya diam seperti patung, bukankah Singto terpaksa melayani Krist, jadi kenapa dia harus ikut bergerak mengimbangi permainan Krist.












******
Pagi ini Singto bersiap dengan pakaian kantornya, dan Krist dengan kemeja putihnya bersiap ingin ke rumah sakit.

Krist, Singto, dan Alexa sarapan bersama di ruang makan. Sejujurnya mereka memang selalu sarapan bersama setiap hari, jadi itu adalah hal biasa bagi mereka bertiga.

"Apa papa dan om dokter akan menikah?" Ucap Alexa memecah keheningan sehingga membuat Singto tersedak makanan saat mendengar itu.

"Tidak, om dokter hanya teman papa" Ucap Singto cepat.

"Apa kamu mau om menikah dengan papa mu?" Tanya Krist pada Alexa.

"Om menjadi daddy menggantikan daddy ku?" Ucap Alexa sembari menatap Krist.

Krist hanya mengangguk malas, sejujurnya dia kesal saat mendengar itu. Krist menganggap Natt tak pernah hadir dalam hidup Singto, bahkan tak pernah hidup di dunia ini.

"Tidak. Tak ada yang bisa menggantikan daddy" Ucap Alexa setelah lama terdiam.

Singto tersenyum menatap anaknya, benar.. tak ada yang bisa menggantikan pria hebatnya.

"Papa, kapan kita pulang? Aku bosan di sini, aku merindukan daddy" Lirih Alexa.

Krist melepas sendok dan garpu yang di pegangnya sehingga menghasilkan bunyi dentingan yang begitu nyaring membuat Alexa dan Singto menatap Krist.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Krist langsung pergi dari sana, entah kenapa hatinya sangat sensitif akhir-akhir ini.

Setelah Krist pergi, Singto menatap sekitar memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Papa akan mengusahakan itu secepatnya, kita tunggu waktu yang tepat nanti" bisik Singto pada Alexa.

"Kenapa? Bukankah kita hanya tinggal langsung pulang?" Ucap Alexa dengan polosnya.

"Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti" ucap Singto sambil mengusap tangan anaknya.










*****
Krist tiba di rumah sakit, di koridor rumah sakit, dia bertemu dengan Poon dan Tae.

"Selamat pagi, dokter Krist" Sapa Tae sekedar basa basi.

Krist hanya mengangguk, sedangkan Poon menatap sinis pada Krist, bahkan tepi bibirnya masih membiru karna ulah Krist.

Krist langsung pergi dari sana tanpa berniat untuk meminta maaf pada Poon, dia berjalan ke ruangannya.

Krist duduk di kursinya sambil meremas keningnya yang terasa sangat pusing.

"Arrrghh!!!" Teriak Krist kesal sambil memberantakan meja kerjanya.

"Dokter Krist, maaf mengganggu waktu mu" Ucap Off yang baru saja masuk ke ruangan Krist.

Off terkejut melihat Krist yang ternyata sedang mengamuk, tapi dia memang harus bicara dengan Krist.

"Kenapa?" Tanya Krist.

"Tentang pasien yang baru masuk kemarin" Ucap Off.

"Silakan duduk" Ucap Krist mencoba untuk bersikap profesional.

Jam kerjanya memang sudah di mulai, itu sebab Krist mencoba untuk bersikap biasa saja meskipun dadanya terasa panas dan kepalanya pusing tanpa sebab. Tidak, tidak.. mungkin sebabnya karena Singto dan Alexa tadi di ruang makan.











Tbc.

Psychopathic Obsession ✓Where stories live. Discover now