"Apa kamu menunggu lama?" Ucap Krist kepada Namtan.
"Tidak, aku juga baru datang" Ucap Namtan.
Krist duduk di kursi hadapan Namtan, saat ini mereka memang sedang bertemu di sebuah kafe, entah kenapa Namtan tiba-tiba mengatakan ingin bertemu dengannya sekarang.
Sebelumnya hubungan mereka memang sedikit renggang, lebih tepatnya setelah mereka bertemu di pantai 1 bulan yang lalu, di rumah sakit Namtan seperti menghindari Krist, itu sebabnya Krist merasa aneh saat tiba-tiba Namtan mengajaknya bertemu.
"Ada yang ingin ku bicarakan, Krist" Ucap Namtan sambil memainkan tangannya, dia terlihat gugup, Krist tahu itu.
"Apa?" Tanya Krist.
"Aku... Aku hamil" Ucap Namtan.
Terdengar suara cangkir berjatuhan sehingga membuat Krist dan Namtan reflek menatap ke asal suara. Singto berdiri tak jauh dari mereka dengan seragam waiter kafe itu.
Krist langsung beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri Singto.
"Apa yang phi lakukan disini?" Ucap Krist.
"Aku... Aku bekerja" Ucap Singto seadanya.
Ya, Singto memang bekerja di kafe itu sebagai waiter, tak ada pilihan lain selain menerima tawaran dari Tay dengan bekerja di kafe, sebenarnya Singto malu dengan pekerjaannya namun tak ada pilihan lain, dia dan Alexa membutuhkan uang untuk bertahan hidup.
Ini baru hari ke-3 Singto bekerja, namun dia malah menumpahkan minuman yang di bawanya karna tak sengaja mendengar ucapan Namtan.
Singto memungut pecahan kaca dengan di bantu oleh Krist, air mata menetes membasahi pipinya, rasanya benar-benar sakit sekarang.
"Kenapa phi menangis?" Tanya Krist saat menyadari itu.
"T-tidak, aku bekerja dulu, Krist" Ucap Singto sambil pergi dari sana membawa pecahan kaca tadi sedangkan Krist berjalan menghampiri Namtan lagi.
"Kenapa dia bisa bekerja disini?" Tanya Namtan.
Dulu Singto seorang pengusaha muda kaya raya, itu sebabnya Namtan sedikit terkejut saat melihat Singto tiba-tiba menjadi waiter kafe.
"Entahlah" Gumam Krist.
Krist memang tak tahu apa-apa tentang Singto, bukankah saat dia menyuruh Joy mencari tahu tentang Singto, Joy menolak? Singto juga tak pernah menceritakan apapun padanya.
"Apa benar kamu hamil?" Tanya Krist.
"Ya, maafkan aku" Lirih Namtan sedih.
"Anak siapa?" Tanya Krist, karna memang selama mereka dekat, Krist tak pernah menyentuh Namtan sedikitpun meskipun dia memang sedikit hyper saat bersama Singto. Entah kenapa untuk melakukannya dengan Namtan, Krist tak mau.
"Apa kamu tak akan marah, Krist?" Ucap Namtan.
"Tidak, katakan anak siapa" Ucap Krist.
"Anak Poon" Ucap Namtan.
"B-bagaimana bisa!?" Ucap Krist terkejut.
"Aku... Jujur aku sedih melihat kamu dekat dengan phi Sing akhir-akhir ini, aku ke club bermaksud ingin menenangkan pikiran ku, aku mabuk, dan aku lupa apa yang terjadi, paginya aku terbangun bersama Poon di hotel, tanpa pakaian" Ucap Namtan.
"Dia harus bertanggung jawab!" Ucap Krist.
"Dia takut padamu, Krist. Apa kamu ingat satu bulan yang lalu kita bertemu di pantai? Aku mengatakan aku bersama teman ku, dan itu Poon, dia bersembunyi saat aku menghampiri Axel karna dia tahu kamu pasti ada disana" Ucap Namtan.
"Kenapa takut pada ku?" Ucap Krist bingung.
"Bukankah kamu mengatakan ingin mencungkil bola matanya saat dia ketahuan mencuri pandang pada ku" Ucap Namtan.
Krist reflek tertawa saat mendengar itu, tak jauh dari mereka, Singto memperhatikan keduanya. Krist terlihat sangat bahagia setelah mengetahui kehamilan Namtan, mereka pasti akan segera menikah, batin Singto.
Singto menghapus air matanya, kenapa dia menangis? Bukankah dia dan Krist memang tak memiliki hubungan? Mereka melakukan seks karna mereka sama-sama menginginkannya, apa lagi Krist memang suka memperkosanya dulu, dia tak mungkin tidak pernah melakukannya dengan Namtan saat Singto tak ada kan?
"Krist" Ucap Poon yang baru saja datang.
Krist menatap Poon dengan wajah datarnya dan tatapan mengintimidasi.
"Aku minta maaf, aku.. aku tak sengaja. Maaf dengan lancang menyukai milik mu" Ucap Poon, dia terlihat sangat takut pada Krist.
Meskipun Krist terlihat seperti orang baik, tapi Poon bisa melihat Krist memang sedikit berbeda, dengan cara Krist mengatakan ingin mencungkil bola matanya, tak ada nada bercanda disana, Poon juga masih ingat Krist pernah memukul dia hanya karna dia bercanda mengatakan ingin mendekati Singto, itu sudah sangat lama, 10 tahun yang lalu, saat suami Singto baru meninggal dunia, tapi Poon masih mengingat itu dengan jelas, karna itu dia dan Krist tak saling sapa beberapa bulan.
"Jika aku miliknya dia pasti sudah memberiku kepastian sejak lama" Ucap Namtan.
"Duduk, Poon!" Ucap Krist.
Poon duduk di samping Namtan, tangannya bergetar hebat karna ketakutan, dia benar-benar takut pada Krist!
"Maafkan aku Namtan, maaf jika aku menggantung hubungan kita selama ini, aku sangat minta maaf karna memberimu harapan palsu" Ucap Krist.
"Aku tahu kamu masih mencintai phi Sing, Krist" Ucap Namtan.
"Jadi kapan kamu akan menikahinya?" Tanya Krist.
"Secepatnya jika kamu merelakan dia untuk ku" Ucap Poon.
"Baiklah" Ucap Krist.
"Apa kamu benar-benar melepaskan Namtan untuk ku?" Ucap Poon.
Sebenarnya Poon memang menyukai Namtan, saat Krist melihat Poon mencuri pandang pada Namtan, Poon memang mengagumi kecantikan Namtan, Poon tak berani memperlihatkan ketertarikannya karna Namtan memang dekat dengan Krist, jadi dia mengagumi Namtan dalam diam.
Saat Poon melihat Namtan mabuk di club, Poon sengaja memanfaatkan keadaan, setidaknya dia bisa memiliki Namtan untuk satu malam, karna dia tahu Namtan tak akan bisa di milikinya karna Krist selalu mengklaim Namtan adalah miliknya. Poon juga tak menyangka jika satu malam itu membuahkan hasil, Namtan mengatakan dia hamil 3 hari yang lalu, Poon bahagia, tapi juga takut pada Krist.
Itu sebabnya Poon meminta Namtan agar mengatakan itu pada Krist dulu, setelah itu baru dia mengaku.
"Aku dan dia memang tak ada hubungan, Poon, apa lagi dia sedang hamil sekarang, kamu memang harus bertanggung jawab" Ucap Krist.
"Apa kamu tak akan membunuh ku?" Tanya Poon.
"Apa wajah ku terlihat seperti seorang pembunuh?" Ucap Krist.
"Iya" Ucap Poon dengan polosnya.
Krist memukul kepala Poon saat mendengar jawabannya sedangkan Poon bersembunyi di balik tubuh Namtan.
Tbc.
Jangan lupa vote, thanks.
YOU ARE READING
Psychopathic Obsession ✓
FanfictionRasa ingin memiliki sangat besar membuat krist menjadi terobsesi dengan pria yang di cintainya, melakukan segala cara demi mendapatkan cinta singto tanpa sadar dengan apa yang di lakukannya justru menyakiti sang pujaan hati. Bisakah krist mendapatka...