Part 10

259 39 22
                                    

Kini Singto sudah sembuh dari demamnya, semenjak Krist membawa Alexa ke rumahnya.

Hari berjalan seperti biasa, Alexa mulai sekolah, di antar oleh sopir Krist, dan Krist setiap harinya bekerja.

Singto menatap penampilannya sekali lagi di cermin, memastikan jika dia sudah benar-benar rapi.

Singto akan ke kantor hari ini, bukan untuk bekerja, melainkan untuk melakukan klarifikasi jika dia baik-baik saja, dan tidak di culik!

Sejujurnya Singto sangat ingin melaporkan Krist ke polisi, tapi Singto takut Krist akan melakukan hal kejam pada Alexa, jadi sekarang Singto hanya mengikuti permainan Krist, dia mengikuti mau Krist, Krist yang menyuruhnya klarifikasi, memberi alasan atas menghilangnya dia dengan alasan dia sedang liburan.

Singto berangkat ke kantor dengan di antar oleh Joy, Krist meminta Joy untuk selalu ikut kemana Singto pergi hari ini, menjaga Singto agar tidak pergi darinya.








****
"Apa kalian sudah menonton klarifikasi itu?" Ucap Poon memulai pembicaraan.

Seperti hari sebelumnya, sekarang beberapa dokter muda sedang makan siang di kantin rumah sakit.

"Tuan Singto ternyata pergi liburan?" Ucap Tae yang memang sudah menonton klarifikasi dari Singto tadi pagi.

"Ya, dia sangat keterlaluan meninggalkan anaknya yang masih kecil!!" Ucap Poon kesal.

"Tuan Singto pasti ada alasan tersendiri melakukan itu" Ucap Tae.

"Apa suami mu sudah hamil, dok?" Tanya Krist pada Off yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

Krist tak tertarik dengan pembahasan Poon dan Tae, itu sebabnya dia mengalihkan pembicaraan sekarang.

"Ya, sudah 2 bulan" Ucap Off sambil tersenyum bangga.

"Wow, selamat! Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah!!" Ucap Poon sambil menepuk pundak Off.

"Bagaimana dengan mu, kapan kamu menikah, huh?" Ucap Krist pada Poon.

"Bukankah tuan Singto berstatus duda sekarang? Aku akan mendekatinya agar aku segera menikah" Ucap Poon sambil terkekeh kecil.

Krist meremas tangannya saat mendengar itu, dia bangkit dari duduknya dan mencengkram kerah baju Poon sehingga membuat Off dan Tae terkejut melihatnya.

"Tarik ucapan mu itu!?" Ucap Krist marah.

"K-kamu kenapa, Krist?" Ucap Poon.

*Bughh... Krist memukul wajah Poon sehingga membuat Off dan Tae langsung memegang tangan Krist agar berhenti memukul Poon.

"Kita di rumah sakit sekarang!" Ucap Off pada Krist.

Poon mengusap tepi bibirnya yang berdarah, dia benar-benar bingung kenapa Krist terlihat sangat marah saat dia mengatakan itu, apa Krist dan Singto saling mengenal? Itu dalam benaknya.

Ponsel Krist berdering, ada panggilan masuk dari Joy. Krist mengangkat panggilan tersebut, beberapa menit bicara dengan Joy, Krist langsung pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sejujurnya mereka memang tak dekat layaknya teman, itu sebabnya mereka pasti menyelipkan kata 'dokter' di setiap obrolan mereka.

Makan siang bersama sesama dokter mungkin hanya sebagai formalitas untuk mereka semua, selebihnya mereka tak pernah peduli satu sama lain. Itu sebabnya Krist tak sungkan memukul Poon saat mendengar Poon ingin mendekati phi Sing-nya tadi.







****
Hanya membutuhkan waktu 30 menit, akhirnya Krist tiba di rumahnya.

Krist berjalan mencari Singto ke kamarnya namun ia tak melihat keberadaan Singto di sana, Krist berjalan ke dapur, terlihat Singto sedang memasak.

"Apa yang phi masak?" Ucap Krist sambil memeluk tubuh Singto dari belakang.

Tadi Joy mengatakan jika dia sudah mengantar Singto pulang itu sebabnya Krist langsung pulang ke rumahnya, menemui sang pujaan hati.

Singto menepis tangan Krist membuat pelukan Krist terlepas.

"Memasak makan siang untuk Alexa" Ucap Singto.

"Apa dia belum pulang sekolah?" Tanya Krist sambil memeluk tubuh Singto lagi.

Krist mencium tengkuk leher Singto membuat Singto merasa risih, dan berusaha menjauh dari Krist.

"Belum" jawab Singto seadanya.

"Ohhh" Ucap Krist sambil terus memeluk tubuh Singto seakan tak peduli jika Singto tak suka itu.

"Krist, bisakah kamu melepaskan ku? Biarkan aku tinggal di rumah ku bersama anak ku!" Ucap Singto sambil melepas tangan Krist di perutnya.

"Apa phi lupa dengan ucapan phi sendiri saat phi demam? Phi mengatakan akan menurut dengan ku jika aku membawa Alexa ke sini" Ucap Krist.

"Aku tak suka hidup seperti ini, Krist" Ucap Singto.

"Ijinkan aku masuk ke dalam hidup phi, ijinkan aku berjuang agar bisa membuat phi mencintai ku" Ucap Krist sambil memejamkan matanya mengendus ceruk leher Singto.

"Dengan semua yang sudah kamu lakukan pada ku? Apa kamu pikir aku bisa mencintai mu?" Ucap Singto sambil bergerak gelisah berusaha melepaskan diri dari Krist.

Krist tetaplah Krist, tubuhnya masih terus menempel di tubuh Singto seakan tak rela menjauh walau hanya sedikit saja, bibirnya juga terus menghirup aroma tubuh Singto.

"Phi Sing sudah sangat sehat sekarang" Ucap Krist dengan suara beratnya.

Krist meremas pantat Singto, membuat Singto memukul tangan Krist, Singto juga merasa ada sesuatu yang mengganjal di celah pantatnya, Krist sedang horny sekarang!?

Singto melepas pelukan Krist sambil menatap Krist tajam.

"Aku menginginkan phi, ayo lakukan itu" Ucap Krist.

"Tidak!!" Ucap Singto cepat.

"Jangan buat aku melakukan kekerasan, phi. Aku tak ingin melakukannya dengan paksaan" Ucap Krist sambil mengikis jarak di antara mereka.

Krist mencium bibir Singto, hanya seperkian detik setelahnya Singto menjauhkan wajahnya.

"Phi Sing" Ucap Krist, dia sudah tidak tahan sekarang.

Krist menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Singto sedangkan Singto masih berusaha mendorong tubuh Krist agar menjauh darinya.

"Baiklah" Ucap Krist.

Krist mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Apa kamu sudah menjemput Alexa, Joy? Jangan bawa dia kesini dulu" Ucap Krist pada Joy setelah panggilannya di angkat oleh Joy.

"Krist!!" Ucap Singto saat mendengar itu.

"Terserah kamu ingin membuangnya dimana" ucap Krist santai.

"Ya, ayo lakukan itu" Ucap Singto cepat.

Dia sangat takut jika Joy benar-benar akan membuang anaknya.

"Maksud ku bawa dia bermain ke mall, belikan apapun yang dia inginkan, aku ingin bersenang-senang disini" Ucap Krist.

"....."

"Ya, jangan pulang sebelum aku selesai bermain" Ucap Krist kemudian dia mematikan panggilannya.

Krist tersenyum menatap wajah kesal Singto. Krist langsung menyambar bibir Singto, sedangkan Singto hanya diam membiarkan Krist menciumnya, walau ingin rasanya Singto memukul Krist tapi keselamatan anaknya lebih penting sekarang.

Krist mencium Singto dengan sangat rakus dan menuntut, Singto memukul pelan dada Krist menyadarkan Krist jika mereka masih di dapur.

"K-krist... Kita di dapur sekarang" Ucap Singto.

"Tak akan ada yang berani ke sini jika aku disini" Ucap Krist.

Krist menggendong tubuh Singto, mendudukan Singto ke atas meja makan, Singto hanya pasrah di cium oleh Krist, tanpa berniat membalas ciuman Krist, dia terpaksa melakukan itu, kenapa dia harus membalas ciuman Krist.









Tbc

Psychopathic Obsession ✓Where stories live. Discover now