Jika Chaeyoung berpikir Jennie akan tinggal diam karena hal ini, serius... Chaeyoung salah besar. Kekesalan karena Chaeyoung menyuruh Lisa pergi membuat Jennie marah dan akhirnya tanpa berpikir rasional, Jennie menerobos masuk ke dalam kantor.
Mengabaikan tatapan Chaeyoung yang menakutkan saat ini.
“Apa-apaan ini, Jennie? Dimana sopan santunmu?!” Bentak Chaeyoung, langsung berdiri.
Jennie membanting pintu hingga tertutup.
“Kau...” Desis Jennie. “Apa yang kau lakukan saat ini, hah?!”
Chaeyoung tidak bodoh. Dari kemarahan yang terlihat, berubah menjadi ekspresi datar yang membuat Jennie ingin menamparnya, Jennie yakin Chaeyoung tahu apa yang sedang di bicarakannya.
“Pergilah, Jennie. Kau tidak diizinkan oleh siapapun untuk masuk sembarangan ke ruanganku.” Kata Chaeyoung.
Tidak ada emosi apapun di ekspresi Chaeyoung sejujurnya membuat Jennie menjadi lebih marah. Karena, bagaimana bisa orang seperti Chaeyoung hidup?
“Oh, ya? Sayangnya aku adalah istrimu dan aku punya hak untuk keluar masuk ke kantormu begitu saja!” Kata Jennie, tetap membentak.
Chaeyoung menggeram. Berdiri, berjalan ke arah Jennie dan mencengkram tangan Jennie, kemudian mendorong tubuh kecil itu ke sofa dengan keras.
Jennie melebarkan mata, tidak menyangka dengan kekasaran yang tiba-tiba. Tangan Chaeyoung berada di sisi wajah Jennie sementara wajah Chaeyoung sendiri tampak keras.
“Jangan pancing amarahku, Jennie. Kau tidak tahu apa yang bisa aku lakukan padamu.” Kata Chaeyoung memperingatkan.
“Hah,” Jennie mendesah. “Apakah ini kau yang sebenarnya? Suka bersikap kasar pada pasanganmu sendiri? Mengancam? Atau bahkan memukul?”
“Lebih dari itu.” Chaeyoung mengakui dengan nada yang berbahaya.
“Kau gila.”
Jennie mencoba untuk menyingkirkan lengan Chaeyoung dari sisi tubuhnya. Tetapi, mata Chaeyoung masih berkilat marah dan Jennie mulai khawatir.
Ada sesuatu yang berbahaya, Jennie bisa merasakannya meski Chaeyoung hanya menatapnya saat ini.
“Jika kau memancing lagi amarahku, aku bersumpah Jennie, aku bersumpah mungkin bukan hanya tanganku yang melayang di pipimu tapi juga hal lainnya.” Kata Chaeyoung.
Keseriusan dari ekspresinya menunjukkan bahwa Chaeyoung tidak main-main.
“Inikah alasan Lisa menuruti semua perkataanmu?” Gumam Jennie. Matanya berkilat kecewa. Dia berharap dia tidak menangis tapi dia tahu saat ini, matanya berkaca-kaca.
“Jadi ini semua tentang Lisa?” Tanya Chaeyoung datar. “Menarik.”
Chaeyoung akhirnya menjauh dari Jennie, membuat Jennie bisa menghembuskan nafas lega karena saat ini, dia selamat.
“Dia sahabatmu, bukan?” Jennie memulai, menatap punggung Chaeyoung yang kini menghadapnya. “Mengapa kau melakukan itu?”
“Karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada... situasi ini.” Kata Chaeyoung, suaranya tegang.
“Pada situasi apa?”
“Proses kehamilan yang sedang kita rencanakan.”
Jennie menegang sesaat, tapi dia jelas tidak bodoh dan memahami situasinya. Chaeyoung berpikir, kehadiran Lisa mungkin menghambat segalanya.
Apakah Chaeyoung berpikir bahwa Jennie akan menolak proses kehamilan jika Jennie menjalin kedekatan dengan Lisa? Ya, itu jelas.
Sambil mendekat, perlahan Jennie memberanikan diri meraih tangan Chaeyoung, yang membuat Chaeyoung pun terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - HOLD MY HEART (GIP) ✔️
Fanfiction(21+) "Kamu adalah pasangan yang Tuhan kirimkan untukku. Jangan pernah meragukan itu, Jennie..." "Tapi apa yang terjadi denganmu nanti jika kita memaksa untuk bersama, Lisa?" Lisa menutup pembicaraan itu dengan ciuman bergairah. Keduanya menutup m...