Ketika pintu terbuka, Jennie hampir melompat dari tempat tidur tetapi begitu dia melihat siapa yang baru saja muncul di kamar, senyum genit merekah detik itu juga.
Lisa.
Dengan dua jari masih menancap di vaginanya, Jennie terdiam. Kedua kakinya terbentang lebar di udara dan mata Lisa terpaku pada vaginanya dan itu membuat sesuatu di dalam dirinya berdenyut.
“Lisa,” Panggil Jennie, suaranya serak karena hasrat. “Tutup pintunya.”
Lisa berkedip dan dengan satu bantingan keras pada pintu, Lisa berjalan menuju Jennie yang tetap terdiam, bahkan tidak berusaha menyembunyikan tubuhnya yang telanjang.
“Bukankah sudah aku bilang untuk tidak menyentuh dirimu sendiri?” Tanya Lisa. Ada tanda bahaya dalam suaranya.
Anehnya, itu membuat Jennie semakin bergairah. Dia malah mulai menggerakkan jarinya dan erangan muncul di bibirnya.
“Kau melakukannya.” Kata Jennie, teringat suara Lisa saat mencapai ejakulasi. “Aku juga harus melakukannya”
Lisa duduk di sisi tempat tidur. Jemarinya menelusuri paha Jennie. Sentuhannya terasa begitu lembut, hingga membuat gairah semakin meningkat dalam diri Jennie.
“Ku bilang, aku melakukan itu karena aku memerlukannya.”
“Aku juga. Aku perlu melakukan ini karena jika tidak, aku bisa gila.” Desah Jennie, menikmati sensasi denyut di vaginanya ketika sentuhan Lisa mulai merambat ke selangkangannya.
Mata mereka bertemu satu sama lain. Ada hasrat yang terlihat di mata Lisa yang membuat Jennie terengah-engah. Mereka sama-sama saling menginginkan. Jennie tahu itu.
“Apakah rasanya enak?” Tanya Lisa. “Gerakkan jarimu, Jennie. Biar aku melihatnya.”
Jennie melakukannya. Erangan tercekik keluar dari bibirnya. Dengan mata mereka yang masih terhubung, dia merasa segala sesuatunya jadi lebih panas.
“Enak sekali, Lisa...”
“Apakah rasanya seenak jari milikku?” Tanya Lisa lagi. Kali ini, Jennie menggelengkan kepalanya. Tentu saja, hal itu jauh berbeda.
“Tidak, tentu saja tidak.” Jennie berkata cepat.
“Apa perbedaannya? Katakan.” Pinta Lisa. Jarinya kini menelusuri perut Jennie dan kemudian, merangkak ke lembah payudaranya, berputar di salah satu putingnya.
Sial, Jennie ingin Lisa menyentuhnya hingga dia membusungkan dada, memberi tatapan permohonan secara diam-diam yang Jennie yakin, Lisa mengetahuinya.
Karena Lisa menyeringai menggoda saat ini.
“Jari-jarimu sangat besar hingga terasa seperti memenuhi vaginaku.” Desah Jennie. “Jarimu bahkan menekan titik jauh di dalam diriku.”
“Dan jarimu tidak?”
Jennie merengek sambil menggelengkan kepala dan kenikmatan memenuhi dirinya saat jari Lisa menyentuh putingnya, lalu memilinnya dengan gerakan memutar.
“Lisa...”
“Hmmmm...” Gumam Lisa. “Apa yang kau inginkan?”
Barulah setelah Lisa bertanya yang Jennie anggap sebagai penawaran diri, dia melepaskan jari-jari dari vaginanya dan mata Lisa langsung tertuju ke sana.
Ke vaginanya yang merekah, basah kuyup dengan lubang kecil terbuka.
Tangan Jennie kemudian beralih ke tonjolan yang terbentuk di celana Lisa. Matanya semakin terasa penuh hasrat ketika dia berhasil menggosok penis Lisa dari celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - HOLD MY HEART (GIP) ✔️
Fanfic(21+) "Kamu adalah pasangan yang Tuhan kirimkan untukku. Jangan pernah meragukan itu, Jennie..." "Tapi apa yang terjadi denganmu nanti jika kita memaksa untuk bersama, Lisa?" Lisa menutup pembicaraan itu dengan ciuman bergairah. Keduanya menutup m...