"Lihat kelakuan anak kamu itu!! Lihat, Syifa!!" sentak Jordi begitu sampai di rumah, sembari memberikan handphone ke hadapan Syifa dengan paksa. "Gara-gara dia, nama baik saya jadi tercoreng! Sekarang media sedang memberitakan saya yang tidak-tidak!!"
Syifa yang juga baru sampai di rumah, menatap bingung pada suaminya. Namun ketika melihat time line sebuah berita, dimana nama Jordi terpampang jelas di sana, pun dengan nama Karen, Syifa merasa napasnya tercekat. Kedua matanya memerah detik itu juga.
Sedangkan Nadikta dan Nada yang mendengar keributan di lantai bawah, langsung memastikan apa yang terjadi. Untuk Nada sendiri, tentunya gadis itu tahu apa yang terjadi hari ini di sekolah. Nadikta sendiri tahu dari teman-temannya. Keduanya bersorak senang atas kemalangan yang baru saja menimpa Karen. Bahkan sampai membuat ayah mereka juga ikut murka.
"M-Mas, aku ... aku beneran nggak tau soal ini. Kemarin, aku sudah menyuruh Pak Man untuk membungkam pihak sekolah. Setelah itu ... setelah itu tidak ada berita apapun lagi."
"Tapi lihat hari ini, Syifa, apa yang sudah anak kamu itu lakukan! Bahkan identitas dia sebagai anak tiri saya juga terungkap! Jika sudah begini, saya harus bagaimana, Syifa?!"
Mendapat pertanyaan seperti itu, Syifa juga panik dan tak tahu berbuat apa. "Kita tunggu anak itu pulang. Aku janji, Mas, bakal kasih dia pelajaran. Aku janji!" katanya dengan gemetar.
"Awas saja, saya benar-benar tidak akan melepaskan anak itu!"
"Iya, iya, kamu bebas melakukan apapun ke dia!"
Jordi berdecih sebelum akhirnya membawa langkahnya pergi. Tubuh Syifa masih bergetar hebat, padahal sosok Jordi tak lagi berada di sana. Buru-buru wanita itu meraih handphone nya sendiri, lalu mencari artikel berita terkait. Dan ternyata benar, hampir semua platform sosial media kini tengah memberitakan hal yang sama.
Amarah Syifa berada pada puncaknya. Tangannya bahkan tanpa sadar meremat handphone seharga jutaan itu, sampai buku-buku jarinya memutih. Pandangan Syifa mengarah ke depan, tepatnya pada ambang pintu rumah nya. Menunggu sosok yang menjadi penyebab utama dari kekacauan hari ini.
Langit telah berubah gelap, namun Karen masih belum beranjak pergi dari taman. Setelah membuat keributan seperti itu di sekolah, Karen langsung berlalu pergi, bahkan tanpa ingin ditemui oleh Dewa, Sagara atau pun Abimanyu. Tas sekolah nya juga masih tertinggal di kelas. Karen lari ke sini, tanpa memperdulikan apapun lagi. Handphone nya sengaja ia matikan, agar tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil menemukannya saat ini.
Angin malam semakin menerpa. Bukan hanya kabur saat jam sekolah masih berlangsung, Karen juga membolos kerja tanpa pemberitahuan apa-apa. Atau mungkin, ia memang tidak akan datang lagi ke tempat kerjanya. Karena setelah malam ini, Karen bahkan tak tahu, apa dirinya masih bisa melihat hari esok atau tidak. Apakah malam ini, justru ia akan melihat dunia untuk terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen Laka
General FictionSemesta menghadirkan dia, untuk mencicipi pahit manisnya sebuah kehidupan. Dengan tubuh kurusnya yang babak belur di hajar pahitnya kenyataan. Dia di paksa agar terus berdiri menjulang, untuk menjadi pelindung bagi orang-orang tersayang. Dia Karen...