Keriuhan malam ini tidak bisa di hindarkan. Dimana para anak muda berkumpul dengan penuh euphoria menunggu atas kemenangan, atau kekalahan sang lawan. Motor-motor besar dengan harga fantastis itu, sudah berjejer rapih dengan sang pemilik yang duduk di atas motor masingmasing.
Kedua orang yang malam ini menjadi pemeran utamanya, tentu yang mendapat paling banyak sorotan. Varrel dan Nadikta. Kedua remaja itu sudah bersiap untuk melintasi sirkuit di depan mereka, untuk menjemput kemenangan.
Lalu, saat aba-aba telah diberikan, kedua motor itu melaju dengan kecepatan tinggi. Saling beradu, saling membalap satu sama lain. Tidak ada yang ingin mengalah, atau pun di kalahkan. Keduanya, mengeluarkan semua yang mereka bisa.
Ketegangan terjadi di detik-detik terakhir. Motor hitam dengan campuran sedikit warna hijau itu, yang menyentuh garis finish terlebih dulu. Sorakan terdengar tak lama kemudian. Baik itu sorakan bangga, atau pun kecewa, beradu menjadi satu di malam yang kian larut itu.
Nadikta turun dari motor nya, setelah melepas helm full face yang menutupi wajahnya. Tatapannya beradu dengan milik Varrel yang nampak tajam. Teman-teman Nadikta datang satu per satu, hingga kini membentuk kerumunan—untuk mengucapkan selamat atas kemenangan sang ketua.
"Gimana? Lo udah berkali-kali kalah dari gue, masih belum kapok juga?" kata Nadikta, membuka suara. Suasana di sekitar menjadi hening seketika.
Varrel berdecih, "Gue tantang lo lagi besok malem."
"Tunggu!" Melihat sang lawan yang hendak berjalan pergi, Nadikta buru-buru bersuara. "Jangan lupain hadiah gue."
Tanpa berbalik badan, Varrel membalas, "Ck, gue nggak lupa. Nanti gue transfer duit nya."
"Gue bukan mau duit."
Mendengar itu, Varrel lantas berbalik dan kembali bertemu dengan sorot mata dingin milik Nadikta. "Terus, apa yang lo mau?" tanyanya agak sanksi.
Tersenyum, Nadikta tak langsung membalas. Justru kini membawa langkahnya untuk mendekati sang lawan. Sampai jarak mereka yang tidak lagi membentang, baru lah cowok tinggi itu membuka suara. "Gue punya permintaan. Dan lo harus menyanggupi permintaan gue. Apapun itu, gue nggak peduli alesannya."
Dahi si lawan bicara mengerut kebingungan. "To the point! Gue nggak suka bertele-tele." ucap Varrel, yang mulai jengah dengan kalimat bertele-tele Nadikta.
"Lo harus kasih tantangan ke Sagara. Kalau lo menang, lo bebas minta apa aja dari gue. Tapi kalau lo kalah ... lo terima sendiri konsekuensinya."
"Sagara? Ck, nggak semudah itu bikin dia turun ke jalanan."
"Gampang. Gue punya caranya."
Kini tatapan Varrel berubah serius. Melihat Varrel yang nampak tertarik dan tidak bisa menolak, Nadikta tersenyum lebar. Lalu, membawa langkahnya semakin dekat untuk berisik kepada cowok yang tak kalah tinggi darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen Laka
Narrativa generaleSemesta menghadirkan dia, untuk mencicipi pahit manisnya sebuah kehidupan. Dengan tubuh kurusnya yang babak belur di hajar pahitnya kenyataan. Dia di paksa agar terus berdiri menjulang, untuk menjadi pelindung bagi orang-orang tersayang. Dia Karen...