Mungkin, semesta tengah berbaik hati padanya, Sagara yakin. Hari ini, sekolah di pulangkan lebih cepat dengan alasan yang tidak diketahui. Sagara masih di sana, berdiri di koridor lantai dua sembari mengamati area sekolah yang sudah penuh sesak oleh para siswa. Mereka berlarian menuju parkiran sekolah—untuk buru-buru kembali ke rumah masing-masing.
Langkah kaki terdengar mendekat. Tanpa menoleh, Sagara tahu yang baru datang adalah Abimanyu. Abimanyu berkata, "Ga, semuanya udah siap."
Sagara mengangguk paham. "Ayo pergi. Dewa mana?"
"Udah nunggu di parkiran," balas Abimanyu. "Orang-orang suruhan bokap lo udah mulai bergerak ngikutin Nada. Kita juga bakal turun sekarang?"
"Iya, sekarang. Dia pulang sendirian hari ini?"
"Dari info yang orang-orang itu kasih, Nada pulang sendiri hari ini. Dia nggak ikut temen-temennya pergi, karena harus ke rumah sakit jenguk Nadikta."
Mendengar itu, kedua tangan Sagara mengepal erat. "Karen juga pasti ada di sana."
"Pasti. Karena dia ...," Abimanyu menghentikan kalimatnya, kala melihat raut wajah Sagara yang semakin dingin. Informasi yang diberikan oleh orang-orang suruhan Sanjaya memberitahu, bahwa Karen berada di rumah sakit bersama Nadikta.
Setelah mengembuskan napas, Sagara kembali bersuara. "Ayo pergi! Kita nggak bisa nunda lagi." Kemudian mulai melangkah lebih dulu. Tak lama, Abimanyu mengikuti. Kedua remaja itu nampak berjalan dengan tenang di sepanjang koridor.
Seperti yang Abimanyu katakan, Dewa memang sudah menunggu di area parkiran. Remaja yang kini mengenakan jaket berwarna abu-abu tersebut, sudah duduk di jok motor nya, kala Sagara dan Abimanyu datang. "Cabut sekarang?" tanyanya.
"Yoi! Nanti langsung ke tempat tujuan aja, De." Abimanyu yang membalas. "Analika udah lo hubungin, 'kan, Ga?" Lalu beralih bertanya pada Sagara.
"Udah. Dia lagi otw sama bokap gue. Tapi, bokap nggak bisa masuk. Karena gimana pun, bokap nggak boleh terlalu menonjol di sini. Atau kalau enggak, Nada bisa nuntut balik."
"Kita paham. Ayo, dah, pergi sekarang!"
Karena kondisi tangan Abimanyu yang belum membaik, akhirnya remaja itu masih belum di izinkan untuk membawa kendaraan sendiri. Kini dia berboncengan dengan Dewa, mengikuti Sagara dari belakang. Mungkin sekitar tiga puluh menit perjalanan, akhirnya ketiganya sampai di sebuah rumah kosong yang terletak di pinggiran kota. Rumah tersebut masih cukup bagus, yang mana lokasi ini di temukan oleh Sanjaya.
"Dia sudah ada di dalam, Mas." Salah satu pria yang berjaga di depan, langsung menghampiri Sagara dan memberi laporan.
Sagara mengangguk. "Terima kasih, Pak. Tolong jaga tempat ini. Jangan sampai ada orang luar yang tau."
"Iya, Mas tenang aja."
Begitu sudah melangkah masuk, sosok yang mereka temui justru Analika dan Sanjaya. Keduanya berdiri menunggu di dalam. Sanjaya berkata, "Nada sudah ada di dalam. Papa pergi dulu. Tolong janji ya, Sagara, jangan apa-apakan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen Laka
Ficción GeneralSemesta menghadirkan dia, untuk mencicipi pahit manisnya sebuah kehidupan. Dengan tubuh kurusnya yang babak belur di hajar pahitnya kenyataan. Dia di paksa agar terus berdiri menjulang, untuk menjadi pelindung bagi orang-orang tersayang. Dia Karen...