Di kamar, Evan masih memikirkan cara agar bisa lebih dekat dengan Rachel.
"Ini pertama kalinya gue sejatuh cinta itu sama seseorang" batin Evan.
Evan pun memutuskan pergi ke rumah Rachel dengan alasan memberikan buah dari orang tua Evan.
Sesampainya di rumah rachel, jantung Evan langsung berdetak kencang.
"Anjir kok gue jadi gugup gini cok" batin Evan.
"Permisi, om, tante" teriak Evan di depan pintu rumah rachel.
"Gue harap yang buka pintunya rachel" batin Evan.
"Iyaa?" Tanya seseorang dengan rambut yang digerai cantik.
"Rachel, ini buah dari orang tua gue" ucap Evan memberikan buah-buahan itu ke Rachel.
"Oh iya makasih yaa" ucap Rachel.
"Orang tua lo mana?" Tanya Evan basa basi.
"Kerja, kenapa?" Tanya rachel.
"Gapapa, btw, lo malam ini free ga?" Tanya Evan lagi.
"Iya, kenapa?" Tanya rachel balik.
"Makan malam bareng ya, gue jemput" tawar Evan.
"Loh? Tiba-tiba banget?" Ucap Rachel kaget.
"Biar bisa lebih dekat sama lo, chel" kata Evan.
"Deket sama gue?" Tanya rachel heran.
"Gaboleh?" Kata Evan.
"Boleh-boleh aja sih tapii.." ucap rachel yang masih ragu.
"Gaada penolakan" ucap Evan kemudian ia langsung membalikkan badan untuk pulang.
"Eh tunggu dulu!" Teriak Rachel.
Tapi Evan tidak mendengarkannya dan langsung pergi.
Malam hari tiba, rachel yang tidak pernah berkencan dengan laki-laki itu merasa kebingungan dengan dress yang akan digunakan.
"Tuhan..bantuin rachel pilih dress" ucap rachel kebingungan memilih dress.
Tiba-tiba mamanya masuk ke dalam kamar rachel dan bertanya, "kamu sedang apa,chel? Kaya panik gitu" .
"Mamaaa.. bantuin rachell plisss" mohon rachel.
"Bantuin apa?" Tanya mama belle.
"Mama masih inget anak pak Devon kemaren? Yang si Evan itu, nah dia ngajakin makan malam, kayanya sebentar lagi dia ngejemput rachel" jawab rachel.
"Cieeee ... cieeee.... anak gadis mama udah besar nih" goda mama belle.
"Mahh!! Ayo bantuin rachel" pinta rachel.
"Sini mama bantu" kata mama belle.
Mamanya pun membantu Rachel memilih dress dan ia menggunakan dress berwarna hitam yang panjangnya sejejar dengan lutut, dihiasi dengan high heels cantik berwarna hitam . Mamanya juga memberikan sedikit make up simple kepada rachel dan memberi sedikit hiasan pada rambutnya.
"Mah? Ini aku?" Tanya rachel yang melihat dirinya berbeda melalui cermin.
"Iya sayang" jawab mama belle.
Suara bel berbunyi, sepertinya itu adalah Evan Argantara. Rachel pun bergegas turun ke bawah untuk menemui Evan.
"Sayang! Semangat kencannya!" Teriak mama belle dari lantai atas setelah Rachel sudah turun ke lantai bawah.
Rachel membuka pintunya dan ia melihat seorang laki-laki yang tinggi dan kekar yang menggunakan jas hitam dengan rapi. Warna rambut yang hitam pekat membuatnya menjadi lebih ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Подростковая литератураEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...