Siang harinya, rachel meminta izin kepada evan untuk pulang ke rumah. Evan yang berniat untuk mengantarkan rachel tetapi ia menolaknya karena takut akan ada seseorang yang melihatnya keluar dari rumah evan.
"Tapi gue pakai mobil, lo ga akan ketahuan" ucap evan, "daripada jalan kaki, terus tiba-tiba ada orang yang ngeliat lo keluar dari rumah gue , gimana?"
"Iya juga sihh" jawab rachel.
"Nah yaudah gue anter aja, takutnya lo diincer sama pembunuh itu" ucap evan.
"Ishhh gak lah, amit-amit gue ketemu sama pembunuh itu" kata rachel.
Rachel tidak menyadari bahwa ia baru saja tidur bersama pembunuh itu tadi malam.
Evan hanya terdiam dan tersenyum kepada rachel setelah rachel mengucapkan kalimat itu.
Akhirnya, rachel di anter pulang ke rumahnya dengan mobil sport yang berwarna hitam.
Sesampainya di rumah rachel, ia melihat meysa di depan rumahnya sedang mengetuk-ngetuk pintu rumah. Meysa yang melihat mobil berhenti itu pun menghampirinya.
"Evan, ada meysa!!" Ucap rachel.
"Ehh! Rachel!!" Teriak meysa dari luar mobil.
Evan segera memakai masker yang tersedia di dalam mobil itu dan berpura-pura memainkan handphonenya.
"Keluar lo chell!!" Teriak meysa lagi.
Rachel pun keluar dan menyuruh evan buat langsung pergi.
"Loh? Buru-buru amat mobilnya jalan?" Tanya meysa melihat mobil evan melaju kencang.
"Dia ada urusan. Btw, ngapain lo kesini? Ga takut sama pembunuh itu?" Tanya rachel.
"Gue gabut, chel, gaada temen nih" jawab meysa.
"Ohh yaudah masuk dulu" tawar rachel.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah rachel dan rachel menyiapkan dua gelas es jeruk dan beberapa cemilan lainnya.
"Lo tadi sama siapa, chel?" Tanya meysa menatap rachel.
"Ohh itu, dia temen gue" jawab rachel.
"Kok gue kaya kenal gitu ya sama dia?" Kata meysa berpikir.
"Aelahh ga perlu dipikirin, minum dulu nih" ucap rachel.
"Eh bentar dulu, gue serius tau pernah liat tu cowo" ucap meysa, "lo kok ga pernah cerita tentang dia sama gue? Lo pacaran diem-diem ya?"
"Gue juga baru kenal" jawab rachel.
"Ohhhh" ucap meysa.
"HAHHH!!!" Teriak meysa sambil memukul meja ruang tamu.
"GUE INGET!!" Teriak meysa.
"Lo kenapa si anjir ngagetin aja" ucap rachel.
"Gue tau, chel" ucap meysa kembali ke tempat duduknya.
"A-apaa ?" Tanya rachel.
"Yang orang kaya itu kan, aduhh gue gatau namanya. Intinya nama keluarganya itu Argantara. Bener gak?" Tanya meysa.
"Bener lagi" batin rachel.
"HEHH!! Kok diem?!" Tanya meysa.
"Ohh, i-iiyaa tapi sssttttt" ucap rachel.
"Kenapa?" Tanya meysa.
"Lo ga boleh kasih tau siapa-siapa kalau gue temenan sama dia" jawab rachel.
"Okee tenang aja, tapi lo beneran yakin mau temenan sama dia?" Tanya meysa.
"Iya, kenapa?" Tanya rachel balik.
"Duhh gue cerita ga ya" batin meysa, "kalau gue cerita ntar pertemanan rachel sama cowo itu hancur dong, kalau gue ga cerita takutnya rachel kenapa-napa" .
"EH SETANN!! Lo ngapa ngelamun? Jawab pertanyaan gue" kata rachel.
"E-ehh gapapaa" jawab meysa.
"Lagian orang-orang juga pada tutup mulut soal ini, gue gamau nyawa keluarga gue terancam gara-gara ngasih tau soal ini" batin meysa.
"Lo gajelas ahh!!" Ucap rachel kesal.
"Oh ya btw, lo tau sejarah keluarga Argantara?" Tanya meysa.
"Eemmm kurang tau sih gue, tapi orang tuanya itu temen bisnis orang tua gue juga" jawab rachel.
"Ohhh gituu, oke dehh" ucap meysa.
"Emang kenapa lo nanya gitu, mey?" Tanya rachel.
"Gapapa, gue balik dulu ya" ucap meysa yang hendak berdiri dari duduknya untuk pulang.
"Sekarang? Katanya gaada temen" tanya rachel.
"Gue gabisa lama ternyata, orang tua gue lagi salinan" jawab meysa.
"Salinan? Lo mau punya adek, mey?" Tanya rachel lagi.
"Kucing gue yang salinan, udah yaa gue balik, byeee" kata meysa berpamitan dengan rachel.
"Haduhh, temen siapa sih" ucap rachel yang melihat meysa berjalan menjauh dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Novela JuvenilEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...