Rachel belum bisa tertidur. Ia sangat penasaran apa isi di dalam lemari tersebut. Rachel memikirkan cara bagaimana ia bisa membuka lemari itu. Ia pun mempunyai ide untuk mencuri kuncinya di kamar evan.
Rachel keluar dari kamarnya dan melihat pintu kamar evan sedikit terbuka. Ia mencoba berjalan pelan-pelan agar tidak ketahuan siapa-siapa.
"Heh!" kata alan.
Rachel yang terkejut langsung memukul alan, "lo apa-apaan sih anjir ngagetin amat" .
"Ye sorry, lagian lo ngapain? Kaya mau maling aja" tanya alan.
"Ssstttt, jangan keras-keras. Btw, evan mana?" Tanya rachel.
"Tadi gue liat evan pergi si" jawab alan.
"Kok kamarnya kebuka?" Tanya rachel.
"Mungkin ga sengaja kebuka, dia orangnya buru-buru juga" jawab alan.
"Btw, lo punya kunci lemari di kamar itu ga?" Tanya rachel menunjuk kamarnya.
"Gaada, bahkan gue ga pernah dibolehin masuk ke kamar itu" jawab alan.
"Hah? Lo serius?" Ucap rachel tidak percaya.
"Gue ga boong, emangnya kenapa?" Tanya alan.
"Gue tu kepo soalnya evan ga ngebolehin gue buka lemari itu" jawab rachel.
"Ohhh, tapi saran gue jangan macem-macem deh sama evan. Kalau evan ga ngebolehin yaudah jangan dilakuin" ucap alan.
"Emangnya kenapa?" Tanya rachel.
"Dia itu kejam, makanya gue dari dulu jarang dekat sama dia" jawab alan.
"Kejam gimana?" Tanya rachel.
"Dulu, pas kita kecil, gue sama alan main bareng. Tapi dia selalu ngerebut mainan gue, gue kan ga terima. Terus gue rebut lagi tapi dia malah nusuk gue pakai pulpen yang selalu dia bawa. Dari saat itu, gue sama evan ga pernah main bareng lagi. Gue gatau kenapa evan selalu bawa pulpen itu. Dulu juga evan sering ditinggalin sama temen-temennya karena hal yang sama yaitu ditusuk pakai pulpen kalau gamau nurutin apa yang evan mau. Dia benar-benar tumbuh menjadi seseorang yang misterius" cerita alan.
"Ohhhh..." angguk rachel.
"Gue bingung, kenapa lo mau sama evan?" Tanya alan.
Rachel terdiam tidak menjawab pertanyaan alan itu karena rachel melihat evan sudah ada di belakang alan.
"Lo nanya apa barusan?" Tanya evan datar menatap sinis alan.
"E-e-enggak bang, gue ke kamar dulu" ucap alan.
Tapi alan dihalat oleh evan dan satu tinjuan melayang ke perut alan sampai alan mengeluarkan darah di mulutnya.
"Evann!!" Teriak rachel syok.
"Evan, lo jangan kasar gini sama sepupu lo" ucap rachel membantu alan berdiri.
"Lo lebih milih alan?" Tanya evan sinis.
"Engga van, bukan gitu maksud gue. Lo jangan main kasar sama dia" jawab rachel.
"Sini lo" kata evan sambil menarik tangan rachel dan menariknya ke kamar.
"EVANN!! Berhentii!!" Teriak rachel.
"Alan kasian" sambung rachel.
"Lo diem di sini , gausah keluar kamar" ucap evan.
"Tapi alan?" Ucap rachel.
"Alan gausah dipikirin" kata evan.
"Jangan apa-apain alan. Dia ga salah van" mohon rachel.
Melihat rachel yang memohon agar sepupunya itu tidak disakiti, ia pun menghilangkan niatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Ficção AdolescenteEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...