Rachel terbangun dari tidurnya. Ia terbangun didalam pelukan evan.
"Evan?" Ucap rachel heran.
"Gue tidur di kamar siapa? Perasaan tadi gue tidur di kamar sebelah, bukan di kamar evan" batinnya.
Evan yang masih tertidur pulas tidak menyadari bahwa pacarnya sudah bangun.
"Mumpung gue di kamar evan, gue cari aja kunci lemari itu" batinnya.
Rachel melangkahkan kakinya perlahan-lahan agar tidak ketahuan oleh pacarnya itu. Terlihat kunci lemari terletak di atas laci kamar evan. Rachel bergegas mengambil kunci itu dan segera keluar dari kamar evan.
"Semoga ini kuncinya" ucap rachel menuju ke kamar tersebut.
Rachel bergegas memasukkan kunci lemari itu. Ia begitu panik sehingga kunci itu sulit untuk dimasukkan. Setelah berhasil memasukkannya, ketika rachel hendak memutar kunci itu ternyata kunci yang ia curi bukan kunci lemari itu melainkan kunci lemari dari kamar evan.
"Arghhh sialan, gue salah ambil" gumam rachel.
"Lo masih bener-bener kepo?" Tanya evan yang sudah ada di belakang rachel.
"Evan?!" Kaget rachel.
"Lo mau dihukum?" Ucap evan datar.
"Dihukum? E-e-enggaakk, gue cumaa... cumaa..." rachel panik.
"Cuma apa?!" Bentak evan.
"Maaff..." ucap rachel tertunduk.
"Lo itu keras kepala ya, udah gue bilang jangan dibuka ya jangan dibuka!!" Bentak evan.
"Iyaaa... hufttt maaff" ucap rachel.
Sebenarnya evan kesal, tapi melihat wajah pacarnya yang begitu manis ketika ia sedang memohon itu membuatnya luluh.
"Sini" kata evan menarik tubuh rachel ke pelukannya.
"Evann..." tangis rachel.
"Lohh? Kenapa nangis? Gue kasar banget ya tadi bentaknya?" Tanya evan.
"Yaaa..." rachel menangis karena ia tidak kuat dengan bentakan.
"Cup cupp, udah , gue minta maaf" ucap evan mengelus kepala rachel.
"Kita tidur lagi ya, bentar lagi pagi" ajak evan
Rachel pun menurutinya dan mereka tidur di kamar evan.
"Udah jangan nangis lagi, nanti jeleknya nambah" ucap evan.
"Maksud?" Kata rachel sinis.
"Jeleknya nambah, cantiknya ga kurang-kurang" ucap evan tertawa.
"GAJELASS!!" Kata rachel.
"Lucu deh kalo lagi marah gini" tatap evan.
"Lo kalo natap gitu gue jadi takut tau" ucap rachel.
"Loh? Emangnya kenapa? Seram ya?" Tanya evan heran.
"Muka lo kaya muka pembunuh van" kata rachel.
"Ohhh kaya pembunuh gitu yaa?" Tanya evan lagi.
"Iyaaa" jawab rachel.
"Terus gimana pendapat lo kalo gue emang beneran pembunuh? Atau bisa jadi gue pembunuh berantai yang sekarang lagi berkeliaran?" Tanya evan.
"Gak lah, gue yakin lo orangnya baik-baik. Gabakal lo ngelakuin hal sekeji itu apalagi sampai bunuh-bunuh orang" jawab rachel.
"HAHAHAHAH makasih yaa udah percaya sama gue" ucal evan.
"Percaya? Emang ada yang curiga sama lo?" Tanya rachel.
"Kemaren bukannya lo mau curiga sama gue?" Ucap evan.
"Ga juga sih, itu gue ngerasa ada yang janggal doang" jawab rachel.
"Sama aja itu curiga!" Ucap evan.
"Santai bro santai" ucap rachel, "udah ya gue ngantuk mau tidur. Btw lo kalau tidur jauhan dikit dari gue".
"Terserah gue, kamar gue juga" ucap evan.
"EVANNN!!!" Teriak rachel.
"AHAHAHAH iya sayang gue bercanda doang" ucap evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Teen FictionEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...