Malamnya, Rachel mendatangi rumah Evan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Baru saja ia ingin menekan tombol bel, Rachel melihat darah yang menuju ke belakang rumah. Ia pun mengikuti alur darah tersebut. Darah itu terhenti di sebuah wadah besar yang terletak di belakang rumah Evan. Wadah besar itu tertutup rapat sehingga Rachel tidak mampu membukanya. Saat Rachel tetap ingin berusaha membukanya, ternyata Evan sudah ada di belakangnya.
"RACHELL!!" Teriak Evan.
"Evan?" Batin Rachel.
"Lo ngapain?" Tanya Evan.
"E-ee g-guee..." Rachel gugup.
"JAWABB!!!" Bentak Evan.
"G-gue cuma jalan-jalan ke belakang sini, Van" jawab Rachel.
"Terus ngapain lo mau buka wadah besar itu?" Tanya Evan lagi.
"T-tadi gue liat darah dan darahnya berhenti di wadah besar ini" jawab Rachel.
"Sialan! Gue lupa bersihin darahnya" ucap Evan dalam hati.
"Itu tempat pembuangan bangkai hewan, chel" jawab Evan.
"Masa? Darahnya sebanyak ini? Kenapa dalam wadah itu?" Tanya Rachel heran.
"Lo curiga sama gue?" Tanya Evan balik.
"E-enggakk, van. Gue cuma kepo aja" jawab Rachel.
Evan menarik tangan Rachel dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.
"Lo gausah kepo, gue gasuka" ucap Evan dengan mukanya yang merah.
"Lepasinn, vann!!" Teriak Rachel yang terus diseret oleh Evan.
Evan menyeret Rachel ke dalam kamar untuk memberikan pelajaran.
"EVANN!! Salah gue apa cuma nanya gitu doang?!" Tanya Rachel emosi.
"Pertanyaan lo bikin gue kesal, chel. Lo sama aja kaya curiga sama gue!" jawab Evan.
"DASARR COWO BRENGSEKK!!" Teriak Rachel.
Sepertinya emosi Evan Argantara akan meledak karena baru pertama ini Rachel mengatakan brengsek kepadanya.
"Lo bilang apa? Siapa yang ngajarin lo begitu?" Tanya Evan mendekatkan mukanya ke muka Rachel dengan sinis.
"Gue kecoplosan, plisss" ucap Rachel dalam hati.
"RACHELLL!!!!" Teriak Evan sangat keras sehingga membuat Rachel ketakutan.
Rachel yang sudah tidak tahan itu langsung mengatakan semuanya.
"EVAN ARGANTARA!! Gue tau pembunuh selama ini adalah lo kan?!! Gue yakin itu!" Teriak Rachel sambil menangis.
"Lo jangan asal nuduh anjing! Lo ga punya bukti kan?!!" Bentak Evan.
"Gue emang ga punya bukti tapi gue yakin kalau itu lo!" Ucap Rachel.
Rachel pun menceritakan kepada Evan tentang ciri-ciri pembunuh itu yang persis seperti Evan. Evan yang mendengarnya langsung naik darah dan satu tamparan mendarat ke pipi Rachel.
Rachel memegangi pipinya yang merah itu karena tamparan dari Evan.
"Kenapa lo kaya gini EVANN?!!" Tanya Rachel dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Teen FictionEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...