Seperti yang sudah diceritakan di part 1, ayah dari Evan Argantara adalah Devon Argantara. Seorang pembunuh berantai pada masanya. Setiap kali ada seorang lelaki yang menggoda istrinya, ia tak pikir panjang dan langsung membunuhnya. Kejadian itu pernah dilihat oleh Evan Argantara waktu kecilnya. Melihat ayahnya menyiksa seorang pria tanpa ampun itu membuat Evan ingin mencoba seperti ayahnya karena ia menganggap ayahnya itu adalah pahlawan, apa yang dilakukan ayahnya, ia akan melakukannya.
Orang-orang di kota itu sudah mengetahui bahwa pembunuhan yang terjadi di kota mereka adalah ulah dari Devon Argantara. Berita itu terus menyebar karena ada salah satu orang yang sering menceritakan hal itu kepada orang-orang di sana sehingga sebagian dari mereka memutuskan untuk pindah dari kota itu.
Orang yang menyebarkan berita itu bernama Rio. Seorang pemuda yang masih duduk di bangku kampus. Rio memang suka menyebarkan berita yang sedang hots (viral). Suatu hari, setelah ia nongkrong bersama teman-temannya dan menceritakan tentang keluarga Argantara, rio memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Sampainya ia di rumah, suasana nampak berbeda. Ia merasakan hal yang begitu mencekam saat masuk ke rumah.
"Bau apa ini?" Ucap rio dalam hati.
Rio mencari letak bau itu dan ia menuju ke kamar mandi karena ia melihat 1 pisau tergeletak di depan pintu kamar mandi.
"Pisau? Ibuu!! Ayah!!" Teriak rio khawatir.
Perlahan-lahan rio masuk ke dalam kamar mandi itu dan ia melihat orang tuanya yang sudah termutilasi menjadi 5 bagian dengan organ-organ yang sudah terkeluar. Rio menjadi tidak berdaya dan ia terus membelakakan matanya karena tidak percaya.
"IBUUUU!!! AYAHHHH!!!" Teriak rio sambil menangis.
"SIAPA YANG NGELAKUIN INI BU?!" Teriak rio lagi sambil memegang tangan ibu nya yang sudah terpotong itu.
"INI PASTI ULAH DEVON!!" Teriak rio dan beranjak pergi menuju rumah keluarga Argantara.
Sesampainya di rumah Argantara.
"DEVONNN!! KELUAR LO!! "Teriak rio.
Devon keluar dari lift seakan-akan Devon sudah menanti kedatangan rio.
Devon bertepuk tangan dan menghampiri rio yang sudah mengepalkan tangannya itu.
"Gimana?" Tanya Devon mendekat ke wajah Rio.
"BALIKINN ORANG TUA GUE!!" Teriak rio.
"Gabisa nih, gimana dong?" Sahut Devon dengan senyum jahatnya.
Rio hanya terdiam dan masih mengepalkan tangannya.
"Makanya, jangan main-main sama keluarga Argantara. Kamu nyebarin berita tentang keluarga saya, saya jamin hidup kamu bakal berakhir, Rio" ujar Devon.
"Tapi ga harus orang tua gue juga!!" Teriak rio.
"Semua keluarga kamu akan mati, Rio" ucap Devon.
"Mau bapak apa?!" Tanya rio dengan emosi.
"Mau saya... kamu harus bersihin nama baik saya dan bilang ke publik, siapapun yang menyebarkan berita tentang keluarga Argantara, maka siap-siap untuk kehilangan keluarganya" jawab Devon.
"Baik! Tapi gue tetep ga rela lo udah bunuh orang tua gue, dasar bapak tua ga tau diri!!" Bentak Rio.
Tapi pak Devon hanya tersenyum menatap Rio.
"Selamat menjalankan tugasmu, Rio" ucap Devon kemudian pergi meninggalkan Rio sendirian di ruangan itu.
Rio menghela nafas dan berusaha menerima kenyataan. Ia tidak ingin ada keluarganya lagi yang menjadi korban. Alhasil, ia harus menyebarkan berita kepada orang-orang seperti apa yang sudah disuruh oleh pak Devon. Meskipun orang-orang tetap percaya kalau pak Devon adalah pembunuh berantai, tapi mereka akan tutup mulut setelah melihat kondisi orang tua Rio yang mati mengenaskan.
Dari saat itu, orang-orang sudah terbiasa menutup mulut rapat-rapat tentang masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Blood
Ficção AdolescenteEvan Argantara seorang lelaki yang haus akan darah. Ia tak segan membunuh siapapun yang menganggu kehidupannya. Tapi sayangnya, identitas psychopathnya tidak diketahui oleh pacarnya, Rachelia. Meskipun merasa janggal, Evan berhasil merayu Rachel den...