Part 21 : Alasan Evan

55 5 0
                                    

"Gue kaya gini karena gue sayang sama lo, rachelia!!" Jawab Evan dengan keras.

"Tapi ga harusnya lo begini, Evan!" Ucap Rachel.

"Sekarang lo ngaku kalau lo adalah pembunuh yang berkeliaran itu kan?!!" Tanya Rachel.

Evan menatap sinis Rachel dengan mukanya yang memerah.

Wajah Evan mendekat ke wajah Rachel, "lo udah bikin gue emosi, chel" lalu Evan mencium Rachel dengan paksa. Rachel memukul-mukul dada Evan dengan keras tetapi Evan benar-benar memeluknya dengan erat. Malam ini, Rachel akan dihukum oleh Evan Argantara.

Pagi harinya, Rachel yang merasa tubuhnya tidak berdaya itu berusaha bangun dari tidurnya.

"Sakit banget badan gue" batin Rachel sambil memijit badannya.

"Tunggu, gue di kamar Evan?" Batin Rachel.

Melihat dirinya yang hanya berlapiskan kaos dalaman membuat Rachel teringat dengan kejadian tadi malam.

"Arghhh anjing lo, van" teriak Rachel.

Rachel berusaha turun dari ranjang dan ia benar-benar merasa lemah sehingga ia terduduk kembali di ranjang itu.

Lalu terdengar seseorang membuka pintu.

"Evan?" Ucap Rachel yang mengira itu adalah Evan.

"Gue Alan" jawab Alan.

"ALANN?!!" Jerit Rachel yang membuat Alan menutup mulutnya.

"Gue mau nyelamatin lo, lo harus pergi dari sini" ajak Alan.

"Sekarang pakai baju lo, kita akan pergi dari rumah ini" suruh Alan.

Rachel pun bergegas memakai pakaiannya dan mereka berdua menyelinap keluar rumah agar tidak ketahuan Evan.

"Kita keluar lewat mana, lan?" Tanya Rachel.

"RACHELIAAAA!!!!" Teriak Evan dari kamarnya.

"Dia udah tau kalau lo kabur, kita harus cepat-cepat" ajak Alan.

"RACHELIAA!! Gue bisa cium aroma lo! Lo lebih milih antara lo yang keluar atau kalau gue nemuin lo, gue akan siksa lo habis-habisan" teriak Evan.

"Alan, guee takutt" bisik Rachel.

"Gapapa, lo tenang aja, kita sembunyi di ruangan ini dulu" ajak Alan.

Mereka bersembunyi di sebuah gudang elektronik yang sudah lama tidak terpakai.

"RACHELIAAA!!!" Teriak Evan di depan pintu gudang.

"Alan, dia udah ada di depan" bisik Rachel.

"Sstttt, lo diem!" Suruh Alan.

Mereka mengumpatkan diri di bawah meja yang ditutupi kain hitam.

~krakkk

Suara pintu terbuka. Rachel merasa panik dan jantungnya benar-benar seperti ingin lari.

"Racheliaa..." kata Evan lembut yang seperti sudah merasakan bahwa Rachel ada di situ.

Rachel hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri karena ketakutan dan memejamkan matanya.

"Tidak ada? Baiklah" kata Evan keluar dari gudang itu.

Rachel menghembuskan nafasnya, "untung aja".

Rachel pun menatap Alan karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.

"Btw, lo kan sepupu Evan?" Tanya Rachel.

"Iya, kenapa?" Tanya Alan lagi.

"Lo gatau tentang Evan kah?" Tanya Rachel.

"Maksud lo?" Alan heran.

"Yaaa... gimana yaa" kata Rachel bingung.

"Ya, gue tau maksud lo, chel" jawab Alan.

"Hahh?" Rachel heran.

"Justru itu, gue mau nyelamatin lo, Evan itu orang jahat, chel! Lo harus tau kalau Evan itu seorang pembunuh!" Kata Alan.

"Pembunuh?" Tanya Rachel.

"Ya! Gue juga baru tau karena orang tua gue ga pernah cerita masalah ini dan orang-orang disekitar sini juga pada tutup mulut bahkan polisinya juga begitu" jawab Alan.

"Polisi?" Tanya Rachel lagi.

"Dulu polisi pernah melakukan penangkapan di rumah Evan ini, tapi polisi itu sampai sekarang ga pernah terlihat lagi" jawab Alan.

"Jadi sampai sekarang polisi-polisi tidak berani berurusan dengan keluarga Argantara?" Tanya Rachel.

"Benar!" Jawab Alan.

"Tapi lo tau dimana kalau Evan itu seorang pembunuh?" Tanya Rachel lagi.

"Semalam gue liat dia membunuh seorang pria, gue gatau pria itu siapa cuman Evan menyiksanya dengan kejam. Waktu itu gue hampir ketahuan, tapi gue langsung cepat-cepat sembunyi. Gue terus ngikutin Evan sampai ke belakang rumah dan melihat dia memasukkan pria yang sudah dilumuri darah ke dalam wadah besar itu. Terus pas Evan sudah pergi, gue langsung mendekat ke wadah besar itu dan gue berusaha buat membukanya. Gue bener-bener kaget karena yang gue lihat adalah tumpukkan mayat yang seperti sudah disiram darah, baunya juga sampai menyengat banget. Dari situ gue tau kalau Evan itu seorang pembunuh". Jawab Alan.

"Jadi selama ini pacar gue itu psychopath?" Tanya Rachel tidak percaya.

Alan hanya menatap Rachel dan menganggukkan kepalanya.

"Bentar, gue keluar dulu mau ngecek keadaan biar kita bisa cepat keluar dari sini" kata Alan.

Alan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengecek keadaan sekitar.

Rachel yang hanya mengintip di balik kain itu benar-benar merasa tidak enak dengan Alan.

"Kok perasaan gue ga enak?" Batin Rachel.

~brukkk

Alan terjatuh dengan kepala yang sudah ditancap pisau tajam.

"ALANN!!!" Teriak Rachel keluar dari persembunyiannya dan langsung memegang kepala Alan.

"Alan, bertahanlah.." ucap Rachel.

"EVANN!! Lo kenapa?! Lo gila?!" Teriak Rachel.

"Gue tergila-gila sama lo,chel" jawab Evan santai.

"Dasar iblis!! Gue ga sudi punya pacar kaya lo!" Bentak Rachel.

"Ulang perkataanmu!" Kata Evan.

"GUE GA SUDI PUNYA PACAR KAYA LO!!" Teriak Rachel.

"Sialann!!" Evan keluar meninggalkan Rachel dan Alan di ruangan itu. Entah apa yang akan dilakukan Evan kepada Rachel selanjutnya.

Red BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang