Renjun dengan cepat menghindari jeno yang berada dengan jarak yang dekat dengannya. Renjun merasa terkejut saat jeno tiba-tiba mengecup bibirnya. "Kak"
Jeno menangkup wajah pucat itu. Wajah pucat dengan suhu yang panas itu membuat jeno merasa prihatin. "Kenapa memaksakan kesekolah jika sakit" bukan perkara ciuman kurang ajarnya yang jeno akan bicarakan melainkan bagaimana keadaan renjun yang sakit justru memilih untuk pergi kesekolah.
Tangan besarnya mengusap pelan mata yang bahkan masih menyisahkan sembab dan juga bengkak akibat terlalu banyak menangis. "Istirahat sekarang ya, badanmu masih panas"
Dengan pelan jeno membaringkan renjun, tatapannya tak pernah lepas dari mata bening yang terlihat sayu itu, tatapan yang seakan menghipnotis renjun agar tetap diam meski tangan besar itu kini mulai membuka kemeja sekolahnya.
Jeno tak bermaksud apa-apa, ia hanya membuka pakaian renjun agar ia tak merasa gerah. "Kak jeno--"
Renjun menahan tangan jeno yang hendak membuka kemejanya, apa yang akan jeno lakukan padanya.
"Aku tidak akan macam-macam, aku hanya membuka pakaianmu untuk menggantinya dengan kemeja yang lebih nyaman, tak apa kan?, kau bahkan sulit meski hanya duduk lama renjun. Aku tak akan melakukan hal yang dapat merusakmu"
Jeno meyakinkan renjun untuk tak takut akan apa yang ia lakukan. Dengan pelan jeno membuka kemeja renjun juga, sebenarnya jeno juga merasa panas dingin melakukan ini, namun juga tak akan bisa melihat renjun merasa tak nyaman apalagi renjun sedang sakit.
Renjun sebenarnya merasa takut saat ia mulai merasakan dingin pada kakinya saat jeno mulai membuka celananya, menutup dengan rapat matanya saat jeno ternyata sudah menyingkirkan semua seragamnya, berjalan menuju lemari untuk mengambil satu kemeja kotak berwarna biru muda.
Jeno duduk disisi ranjang, membantu renjun duduk kemudian memakaikan kemeja itu ketubuh renjun.
"Ini adalah kemejaku yang paling kecil, sudah lama tapi masih terlihat baru juga"
Renjun mengangguk, ia kembali berbaring saat ia sudah dipakaikan baju oleh jeno, merasa salah tingkah saat jeno membaringkannya juga dengan kecupan yang jeno sematkan dikeningnya.
Kenapa jeno begitu lancang melakukan itu disaat mereka bahkan tak dekat sama sekali.
"Istirahatlah, aku akan keluar untuk membuat bubur juga memberikanmu obat" Jeno berlalu pergi setelah mengatakan itu, tak melihat kondisi renjun yang semakin dibuat panas dingin karena rasa asing yang baru pertama kali ia rasakan.
Renjun perlahan meraba bibirnya, kecupan yang jeno sematkan pada ranumnya masih terasa baginya, apakah jeno adalah orang pertama yang telah mendapatkan ciuman pertamanya. Tanpa sadar renjun tersenyum, jantungnya masih saja berdetak dengan kencang, renjun seperti akan terserang penyakit jantung sekarang.
______
Jeno sedang sibuk didapur membuat bubur untuk renjun, sedari tadi jeno bahkan sibuk mondar mandir untuk menyiapkan apa saja yang renjun butuhkan.
Nampan berisi satu mangkuk bubur hangat dengan air putih juga satu tablet obat pereda panas dan penahan muntah sudah ada ditangan jeno.
Dengan pelan ia masuk kedalam kamarnya, pemandangan yang berhasil ia lihat adalah bagaimana renjun bergelung dalam selimut dengan posisi meringkuk, terlihat begitu menggemaskan namun juga mengkhawatirkan. Jeno sedikit takut jika tubuh renjun akan sakit nantinya saat anak itu bangun.
Melihat pada jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul dua siang, renjun sudah cukup lama tidur ternyata. Jeno mendekat kearah renjun yang masih tidur, meletakkan nampan itu keatas nakas, tangannya mengusap kening kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Rain [ Noren]
Teen Fictionrenjun akan mengusahakan segalanya untuk sang adik, meski itu harus mengorbankan dirinya sendiri.