sulit menerima

726 86 5
                                    








Pagi ini renjun sudah sibuk didapur, meskipun memang biasanya renjun akan cepat terbangun tapi kali ini ada yang berbeda. Ini bahkan masih pukul tujuh di hari minggu tapi renjun sudah semangat membuat sarapan didapur bersama kepala pelayan.

Renjun sedari tadi begitu sibuk mondar mandir menyiapkan ini dan itu diatas nampan, kepala pelayan atau bibi wendy bahkan dibuat keheranan akan tingkah tuan  mudanya.

"Mmm...maaf tuan muda tapi sarapan sudah siap di meja makan, kenapa ada yang dipisahkan diatas nampan"

wendy yang sebenarnya penasaran sejak tadi akhirnya bertanya, meskipun hanya berupa makanan ringan seperti sereal dan buah tapi tetap saja ia penasaran untuk siapa makanan itu.

Kalaupun tuan muda renjun ingin memakan itu sebagai sarapan biar ia dan juga pelayan lain yang nanti membawakan untuk tuan muda mereka keatas kamar.

"Hehe...ini untuk kak jeno, renjun mau bawakan untuk kak jeno" renjun dengan semangat mengatakan hal itu, ia akan mulai melakukan pendekatan kepada kakaknya mulai sekarang, setidaknya supaya mereka tak canggung lagi.

Bahkan tanpa menunggu perkataan bibi wen renjun langsung membawa nampan berisi sarapan ringan itu keatas kamar, tak menghiraukan kekhawatiran bibi wen mengenai apa yang renjun bawa untuk jeno.

"T-tapi tuan muda jeno tak biasa makan sereal juga buah dipagi hari" suara itu hanya melayang diudara dengan sia-sia, wendy tak enak mengatakan kepada renjun bahwa itu hanya akan di tolak oleh jeno, melihat bagaimana semangatnya renjun membuat sarapan itu membuatnya tak tega mengatakan itu.

Biarkan tuan jeno saja yang memberikan pengertian kepada tuan renjun, semoga saja tidak terjadi masalah apapun nantinya.

_____

Pintu berwarna coklat itu terbuka pelan saat renjun membukanya, kepala dengan surai kecoklatan itu menyembul, dengan pelan renjun masuk kedalam kamar jeno.

Pakaian hangat berwarna dusty itu begitu cocok pada tubuh mungilnya dengan celana pendek diatas lutut berwarna kecoklatan. Renjun memang terbiasa mengenakan pakaian santai seperti itu di rumah.

Keningnya menyerit saat ia tak melihat keberadaan kakaknya, matanya memendar dimana kiranya kakaknya berada, ini baru pertama kalinya renjun masuk kedalam kamar ini, ternyata didalam begitu luas juga begitu gelap, maksudnya warnanya didominasi dengan warna maskulin, hitam abu dengan banyak poster-poster juga piala dan foto-foto jeno yang beberapa kali memenangkan perlombaan bidang bela diri.

"Waah....kak jeno sangat hebat" dengan nampan yang masih berada ditangannya renjun berjalan menghampiri satu foto yang terpanjang didinding, foto jeno yang mendapatkan mendali kejuaraan bela diri judo.

"Sedang apa?"

"Eh?!!"

Suara berat yang tiba-tiba menginvasinya membuat renjun terkejut, hampir saja menjatuhkan sarapan yang ia buat dengan susah payah itu keatas lantai jika saja renjun tak kuat memegangnya.

"K-Kak jeno" renjun merasa gugup, gelagapan saat jeno memergokinya sedang menatap fotonya.

Jeno berjalan mendekat kearah adiknya yang hanya diam menunduk tanpa mau menatapnya.

Renjun semakin dibuat kalut saat ia melihat jeno melangkah mendekatinya, perlahan renjun mendongak menatap pada wajah tegas kakaknya. Wajah mungil dengan pipi gembil itu perlahan merona saat melihat keadaan jeno.

Matanya mengerjap beberapa kali saat baru menyadari bahwa ternyata jeno tak memakai atasan, hanya memakai celana pendek dengan handuk kecil ditangan kanannya. Keringat yang membasahi tubuh kokoh itu membuat renjun salah tingkah, dengan cepat renjun mundur sedikit, menunduk untuk menghindari tatapan dingin kakaknya. Tangannya bahkan sampai bergetar karena gugup.

Summer Rain [ Noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang