04

2K 136 3
                                    


Deris yang sudah menyelesaikan pekerjaannya langsung menyuruh Juan untuk memberitahukan ke pihak JHS kalau ia akan ke sana.

Benar saja kepala sekolah di buat panik dengan kabar itu terutama mendengar nada bicara Juan yang datar.

"Kumpulkan seluruh guru dan murid yang namanya tertera di sini, jangan lupa panggil orang tua mereka!"

Bertoーkepala sekolah JHS langsung melakukan perintah Deris. Kedatangan mereka tidak menimbulkan huru-hara karena Deris sendiri datang saat sudah semua murid masuk ke kelas masing-masing.

Guru BK segera memanggil mereka satu persatu lalu setelah nya menelepon orang tua masing-masing dari murid tersebut.

"Panggil juga putra ku ke sini," ujar Deris yang membuat seisi ruangan itu sunyi. "Putra bapak?" tanya kepala sekolah bingung.

"Bodoh! Panggil anak yang memakai marga Jovarga!" sentak Juan yang membuat Hani―guru BK memeriksa seluruh absensi siswa.

Ia menelan ludah gugup memanggil Ares menyuruh ke kantor. Semua orang berkeringat dingin kecuali 4 siswa yang di panggil, mereka dengan tidak sopan nya duduk bersilang kaki.

Kedatangan Ares membuat ruangan semakin aneh suasananya. Mereka semua tidak menyangka kalau pemuda ini adalah putra dari seorang Deris Jovarga. Mereka memang sempat melihat marga anak itu tapi acuh saja. Ternyata siapa yang tahu kalau keacuhan mereka itu menjadi masalah di masa depan.

Ares menatap semuanya dengan bingung tapi ia bisa menebak kalau ini memang berkaitan dengan perundungan. Tapi apakah perlu semua guru terlibat? Bahkan sampai ke penjaga gerbang.

Ares menghampiri Deris dan Deris langsung menarik anaknya ke pangkuan. Ares yang di perlakukan seperti itu di hadapan orang banyak pipinya memanas. Namun tetap diam tak protes takut membuat Deris marah.

"Selama ini putraku sudah mendapatkan perundungan dari mereka, apakah kalian tahu?"

Guru-guru dan staf lain diam. Mereka tidak tahu hal itu terutama kepala sekolah.

"Apa pelaku nya mereka?" tanya Berto membuka suara.

"Apa-apaan! Kami gak pernah terlibat sama anak letoy itu!" bantah Judan.

Bug
Prang

Vas bunga yang berada di atas tengah-tengah meja untuk dekorasi itu Juan lempar tepat di kepala Judan. Mereka semua meneguk ludah kasar.

Ares ingin menangis rasanya. Dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya di leher Deris. "Juan kau menakuti putra ku," teguran Deris membuat Juan kembali duduk.

Hani langsung menghampiri Judan, menutupi luka itu dengan sapu tangan nya. "Pak saya izin membawa nya ke UKS." ucap Hani.

"Selangkah keluar, kepala nya akan berlubang!" ancam Juan tajam. Pria itu dengan santai nya mengeluarkan pistol. Suasana semakin suram saja gara-gara itu. Yang lain memilih bungkam, membiarkan kepala sekolah mengurus semuanya.

Hani terpaksa diam. Tekanan Juan sangat besar membuat ia hampir buang air kecil.

Pintu ruangan terbuka kembali karena kedatangan orang tua ke empat pemuda itu.

"Bagus semua nya sudah berkumpul. Juan tunjukkan kepada mereka." perintah Deris. Juan segera menunjukkan bukti-bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan adegan perundungan mereka terhadap Areska. Dari banyaknya kejadian mereka hanya mendapatkan beberapa. Dari kejadian di rekaman itu memang terlihat seperti kejahilan antara teman-teman tapi apakah wajar Areska yang kelas X naik ke lantai atas? Tentu saja tidak, rata-rata anak kelas X tidak pernah di perbolehkan ke atas kalau tidak ada keperluan penting.

"Itu cuma main-main biasa, berlebihan banget sih!"

Plak

Wajah David tertoleh ke samping karena mendapatkan tamparan dari ibu nya. "Mama enggak pernah ajarin kamu buat nindas yang lemah David! Pasti ini karena kamu gabung dengan geng sampah itu kan?!" marah nya.

Sora menatap ke arah Juan. "Tuan mohon maafkan anak saya, saya janji akan mendidik nya dengan benar."

"Kenapa meminta maaf pada ku, di sana ada orang tua dari anak yang di rundung."

Soraya pucat melihat wajah Deris. Ia refleks bersimpuh. "Tuan saya benar-benar minta maaf! Saya akan menghukum anak saya, tapi tolong jangan―"

"Bangun. Beruntung aku tidak mengaitkan kejadian ini dengan pekerjaan ku!" ucap Deris yang membuat Soraya kembali duduk.

"Tuan anda benar-benar tidak akan membatalkan kerjasama kita kan?" tanya Erlangga―ayah Judan. Jasmine, ibu nya Judan pun ikut berucap mengabaikan kepala Judan yang terluka. "Tuan tolong maafkan putra saya,"

Leonel hanya diam namun keringat dingin membasahi seluruh telapak tangannya. Perasaan takut menjalari seluruh tubuh nya. Ia memang terlibat dalam mengerjai Areska tapi ia tidak pernah berpikir kalau akan berakhir seperti ini.

"Saya juga benar-benar meminta maaf atas nama putra saya tuan." ucap Hana sambil menunduk. Wanita itu terlihat sekali bukan berasal dari kalangan atas sama seperti yang lainnya.

"Lain kali suruh putra mu menjaga sikap nya, kalau tidak maka panti mu yang tidak seberapa itu akan rata dengan tanah!" ancam Juan.

"Saya akan benar-benar mendidik putra saya tuan, sungguh!"

Geraldi, ayah Sedam diam saja dari awal rapat sampai akhir. Tidak ada yang bisa menebak apa isi pikiran pria paruh baya itu.

Setelah mendapatkan hukuman yang pantas, mereka semua di suruh pulang lebih awal. Skorsing selama 3 hari dan penurunan poin nilai adalah hukuman nya.

Deris sendiri membawa Ares yang sudah terlelap pulang ke rumah. Pemuda itu tidak sadar tertidur pulas saat rapat berlangsung.

.
.
.

"Anak kurang ajar! Tidak tahu di untung!"

Plak

Bug

Bug

Sedam yang baru saja keluar dari mobil ayahnya tersungkur di halaman karena mendapatkan tamparan dan pukulan keras dari Geraldi.

"Sudah aku bilang jangan pernah mencari masalah di sekolah! Dasar anak haram!"

"Arlo, cambuk anak itu selama tiga hari! Jangan berikan makanan apapun kecuali air."

Sedam mengepalkan tangannya mendengar hinaan ayahnya sendiri. Hukuman kali ini adalah yang terparah padahal kasusnya kecil.

"Ares ya?" gumam nya.

TBC

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang