27

1.1K 80 0
                                    

⚠️

Aglen sangat terpuruk saat ada pemberitahuan dari perusahaan nya tentang turunnya saham secara drastis. Banyak investor yang tiba-tiba menarik dana dan saham mereka. Selain tentang itu, Aglen juga merasa stress melihat video yang beredar.

"Bagaimana ayah suka dengan kejutan dari ku?"

"Gala, kenapa? Apakah dendam mu karena aku menelantarkan mu?" ucap Aglen pelan. Pria itu duduk dengan ekspresi kosong di sofa rumahnya.

"Lebih dari itu." Aglen mengangkat kepalanya menatap wajah sang anak. "Kematian Daisy Arumi Britama. Kau tau siapa dalang nya? Itu adalah istri mu!"

Ucapan Gala bagai godam besi yang menghantam kuat dadanya. Kepala Aglen menjadi lebih sakit, "katakan lagi fakta lainnya Gala. Katakan pada ku!"

Gala tak tertarik. Namu ia menyuruh beberapa orang untuk membawa Aglen keluar. "Kirim dia ke rumah sakit jiwa."

Aglen pasrah. "Kenapa tidak membunuh ku?!" teriak Aglen kemudian. Gala menatap kepergian Aglen dengan datar. "Kematian terlalu bagus untuk mu ayah." gumam nya.

Sekarang giliran Harana, ibunya. Mungkin wanita itu sedang bersembunyi bersama Resas di suatu tempat dan Deris sudah  melacak keberadaan kedua orang itu.

"Sudah siap anak muda?"

Deris menjemput Gala. "Ya," sebenarnya Deris agak kasihan dengan Gala. Tapi apa boleh buat, ini adalah konsekuensi mereka karena menyakiti Daisy di masa lalu.

"Tentang ayah mu?" tanya Deris di tengah-tengah perjalanan. "RSJ." sahut Gala singkat.

"Kau akan sendirian Gala," ujar Deris. Gala terkekeh, "sejak awal aku memang sendirian."

Harana amatlah pilih kasih. Yang wanita itu utamakan adalah Jingga, mungkin karena Jingga perempuan dan itu akan berguna untuk rencana seperti sekarang ini contohnya. Tapi sayang, rencana Harana hancur.

Mereka sampai di sebuah bangunan dua tingkat, rumah yang terlihat asri. Namun terletak lebih jauh dari rumah lainnya.

"Lokasi xxx, jalan xxx rumah nomor 0256."

Melihat kebingungan Gala, Deris berucap. "Aku menelepon wartawan, kita akan melihat dari jauh." Deris memundurkan posisi mobil nya. Tak sampai dua puluh menit, para wartawan datang mungkin sekitar 10 orang. Dengan masing-masing membawa kamera.

Penggrebekan itu di lakukan. Warga yang kebetulan ada ikut melihat ke sana. Betapa terkejutnya mereka ternyata dua orang di sana sedang melakukan hubungan intim.

"Jangan rekam!" teriak Harana. Karena banyak orang Gala tak tahu seperti apa ekspresi ibu nya.

"JANGAN MEREKAM APAPUN!" Itu adalah Resas. Namun apa daya mereka, wartawan dan beberapa warga membuat keduanya kewalahan. Bahkan ada yang memanggil polisi. Namun Harana rupanya gesit, ia dapat kabur dari kerumunan itu.

"HARANA JANGAN LARI KAMU!!" marah Resas. Pria itu merasa di khianati. Deris menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Gala.

BRUK

Setelah menabrak tubuh Harana, Deris menjalankan mobilnya meninggalkan ares itu.

"Apa yang ku lakukan? Tentu saja melakukan apa yang ibu mu lakukan." ujar Deris dingin. Gala pucat, ia tidak masalah kalau ibu, Jingga ataupun ayahnya di bunuh. Tapi kalau ia ikut terlibat dalam pembunuhan itu, dia tidak sanggup.

"Aku pembunuh," bisik Gala. Lelaki itu menangis.

"Buah tak jatuh jauh dari pohonnya Gala, kau anak pembunuh maka kau akan menjadi pembunuh. Sekarang turun, kau sudah sampai di rumah mu."

Dengan agak gemetar, Gala turun. Saat mobil Deris menjauh ia terduduk di depan gerbang sambil menangis. Benar, buah selalu jatuh tak jauh dari pohonnya.

****

Sedam menyeret Nico dengan sadisnya ke tengah ruangan. Sebenarnya ia jijik menyentuh Nico yang naksir dengan nya tapi Joe menyuruh Sedam, dengan terpaksa ia menyeret Nico.

Keadaan Nico bisa di bilang sangat mengenaskan. Penuh darah, luka dan sperma.

Sedam mencuci tangan nya dengan sabun beberapa kali. Bahkan ia muntah-muntah membuat Joe tertawa.

"Sialan kau pak tua!"

Joe mengabaikan Sedam. Ia mengamati wajah Nico yang babak belur. Kemungkinan anak ini di lecehkan oleh beberapa bodyguard. Kapan lagi dapat jalang gratis, gak papa lewat belakang.

"Sungguh kasihan. Sebentar lagi mati," ucap Joe. Nico masih bisa mendengar suara namun mulutnya tak mampu bicara. Kejadian tadi sungguh membuat nya kesakitan. Di siksa dan di gilir bahkan mereka melakukan nya secara bersamaan. Orang-orang ini adalah iblis! Nico menyesal melakukan ini.

"Penyesalan memang ada di akhir, kalo di awal itu itu namanya uang muka." ujar Joe random. Sedam berdecih. Tanpa aba-aba pemuda itu memukul kepala Nico.

DUG

CRAKK

Darah dan otak terhambur. "BAJINGAN KAU SEDAM!" umpat Joe. Bajunya terkena cipratan darah.

****

Deris mengusap dahi putranya. Sekarang di ruang rawat inap hanya ada mereka berdua. "Kapan kita pergi papi?" rengek Ares.

"Setelah baby sembuh."

Ares cemberut. Tidak senang dengan keputusan Deris. "Aku sudah sembuh! Ayo pergi sekarang!"

"Baiklah." Deris melepas infus Ares. Kemudian menggendong Ares ala koala. Yang di gendong tentu saja tersenyum senang. Dalam hati berucap, "Jepang i'm cooming!"

Tbc

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang