12

1.8K 131 4
                                    


Sedam kembali berkutat dengan komputer. Mencoba sekali lagi untuk mencari apa yang Ares minta. Karena kalau tidak maka ia tidak bisa mendekati anak itu. Ares sangat manis bagi Sedam, dan anak manis seperti Ares cocok untuk menjadi mainan barunya.

Senyum miring nya terbit saat berhasil meretas dan memulihkan file CCTV yang ada di tempat kejadian. Tidak mudah, komputer milik Sedam harus mengalami beberapa kali bug beruntung tak meledak.

"Akhirnya lo masuk ke dalam genggaman gue, Ares." bisik nya pelan.

****

"Papi Ares boleh tidur sama papi gak?"

Deris menatap putranya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sambil membawa boneka hiu. "Kemari," ujar Deris membuka selimutnya mengizinkan Ares untuk berbaring.

"Ada apa, apakah mimpi buruk?"

Ares mengangguk. Ia sudah tidur tapi tiba-tiba mendapatkan mimpi yang sangat buruk. Deris meninggalkan nya saat tau ia bukan lah Areska yang asli.

"Papi jangan tinggalkan Ares," lirih Ares. Ia benar-benar ketakutan. Sedari dulu ia tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang. Jadi kali ini Ares akan bersikap egois. Ia ingin Deris menjadi orang tuanya sampai ia tua nanti. Orang yang akan memanggil anaknya cucu.

"Sebenarnya baby mimpi apa?" Deris menjauhkan laptopnya. Ia merubah posisi agar bisa memeluk Ares dengan leluasa. "Katakan kepada papi." pinta Deris. Pria itu mengusap rambut Ares dengan pelan.

"Ares mimpi papi ninggalin Ares sendirian, papi udah gak mau urus Ares lagi."

Deris sebenarnya ingin tertawa melihat Ares yang menangis. Bahkan putranya itu sesenggukan, namun untuk menghindari Ares marah dan berakhir merajuk padanya, Deris sebisa mungkin menahan tawa nya.

"Apapun yang terjadi papi tidak akan pernah meninggalkan kamu baby. Kamu adalah harta yang paling berharga, kalaupun papi meninggalkan mu maka mami pasti akan sangat marah." ucap Deris dengan lembut. "Walau kau bukan anak kandung ku sampai mati pun aku tak akan menelantarkan mu, Ares." lanjut nya dalam hati.

Deris tidak pernah menyalahkan Ares. Alasan ia sangat menyayangi Ares adalah karena kehadiran nya itu membuat Daisy mau menikah dengan nya bahkan perempuan itu sendiri yang mengajukan nya pertama kali.

"Baby adalah pengikat papi dan mami, kalau papi meninggalkan baby maka ikatan itu akan hancur. Jadi tidak perlu takut, sampai papi mati. Papi akan menyayangi mu baby,"

Ares mengeratkan pelukannya. Bersembunyi di balik pelukan hangat Deris sampai boneka hiu yang ia bawa tergencet. "Tidur lagi ya, nanti besok ke sekolah nya kesiangan."

Deris dengan telaten menepuk punggung Ares dengan lembut. Ia juga sesekali mengecup kepala putranya.

"Sweet dream baby," bisik Deris saat Ares sudah tertidur.

.
.
.

"Papi kenapa gak bangunin Ares?!"

Deris yang sedang minum teh tersedak mendengar teriakkan menggelegar milik Ares yang baru turun dari lantai dua. Ia kesiangan bangun, bukan salah Ares. Salahkan ranjang Deris yang begitu nyaman,  berbeda sekali dengan ranjang di kamar nya.

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang