07

1.8K 174 17
                                    

Sorry lambat update, maklum belum pernah nulis cerita begini (⁠●⁠´⁠⌓⁠'⁠●⁠)

.
.
.

Ares mendengus kasar karena merasa risih dengan tatapan Gala padanya. Dengan sengaja Ares memelototi pemuda itu. Gala terkejut namun berusaha agar tidak tertawa karena guru sedang menerangkan materi di depan sana. Tak ingin membuat Ares semakin kesal akhirnya Gala mengalihkan pandangan nya.

"Dasar aneh!" sungut Ares pelan.

Jingga yang melihat itu dari awal sampai akhir merasa kesal. Kakaknya tidak pernah lagi memperhatikan nya justru sekarang dengan mudahnya malah memperhatikan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Lihat saja dia akan mengerjai Ares nanti saat istirahat.

"Baiklah anak-anak sampai ketemu minggu depan, jangan lupa pr nya di kerjakan!"

"Baik bu!!"

Ares melemaskan jari-jarinya yang pegal karena menulis materi yang lumayan banyak karena mata pelajaran nya adalah sejarah.

"Ares ayo ke kantin bareng kita-kita," ajak Jingga yang sudah di hampiri oleh Abel dan Seyla.

Ares mengangguk. Sambil membawa tas bekal nya ia mengikuti ketiga perempuan itu.

"Kalian mau pesan apa? Hari ini biar aku yang pesan," ucap Jingga.

"Gue bakso minum nya air putih aja," jawab Seyla.

"Res lo mau pesan makanan juga?" Ares yang sudah membuka kotak bekalnya itu mendongak lalu menggeleng. "Oke, biar gue bantu ya Jingga." ujar Abel lagi.

"Orang kaya emang beda," celetuk Seyla yang membuat Ares tersenyum kikuk. Sebenarnya ia ingin jajan di kantin tapi Deris terlalu posesif padanya. Takut ia keracunan makanan.

PRANG

"Shhh.."

Ares refleks berdiri merasakan pinggang nya terkena air panas yang ternyata kuah bakso. Matanya berkaca-kaca, ini sungguh perih. Bayangkan air panas kena kulit! AIR PANAS!!!

"Ma-maaf aku gak sengaja.. tolong jangan pukul.."

Jingga sang pelaku langsung duduk di lantai sambil menangkupkan kedua tangannya seperti meminta di kasihani.

"Lo gak papa Res?" tanya Seyla panik. Gadis itu dengan cepat memeriksa pinggang Ares yang ternyata sudah merah melepuh. "Ayok ke UKS!" Seyla ingin menarik tangan Ares tapi terlambat karena Sedam sudah menggendong Ares ala koala membawa nya keluar dari kantin.

"A-aku gak sengaja, kaki aku kesandung.." tangis Jingga. Abel yang baru datang membawa nampan berisi minuman itu menatap aneh Jingga yang masih duduk di lantai.

"Gak bisa jalan lo!" sentak Seyla merasa geram. Ia paling tidak suka melihat kejadian seperti ini. Abel menggeleng menahan Seyla agar tidak memarahi gadis itu lebih jauh bagaimana pun Jingga adalah anak orang kaya dengan status yang lebih tinggi dari mereka.

Gala yang sudah menghabiskan makanannya berdiri melangkah dengan cepat menghampiri Jingga. Melihat kakaknya yang datang, Jingga semakin mengeraskan tangisnya. Tapi harapan tak sesuai ekspektasi.

"Akhh! Sa-sakit kak.."

Gala menyeret Jingga keluar dari kantin dengan kasar. "Kak pelan-pelan! Kaki Jingga sa-sakit.."

Seakan tuli, Gala semakin mengeratkan cengkraman nya dan semakin cepat menyeret Jingga membuat gadis itu kesusahan menyeimbangkan langkah.

PLAK

Jingga menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras Gala. Netranya bergetar, tangisan palsunya berubah menjadi nyata.

"Kali ini gue bakalan diam, tapi sekali lagi lo bikin Ares luka maka ayah yang bakalan nampar lo!"

Gala berbalik meninggalkan Jingga sendirian di taman belakang sekolah. Gadis itu mengepalkan tangannya menahan emosi. Dalam hati ia berjanji, akan membalas dendam atas tamparan ini. Dan orang itu adalah Ares.

.
.
.

Ares meringis pelan saat dokter yang bertugas di UKS mengoleskan salep pada kulitnya yang melepuh. Setelah selesai ia di suruh tak memakai seragam dahulu, pertama karena seragam nya kotor bua kuah bakso. Yang kedua karena melepuh itu perlu kena angin untuk meresapkan salepnya.

"Mungkin akan berbekas tapi akan hilang kalau tuan muda memakai salep sesuai jadwal." jelas dokter itu ramah.

"Untuk beberapa hari ke depan, sampai melepuh nya kering anda tidak boleh terkena air. Boleh mandi tapi area ini jangan sampai terguyur," jelas dokter itu lagi.

"Terus caranya saya mandi gimana dok?"

"Cukup dengan membilas pakai handuk tuan muda,"

Ares menghela nafas lega. Bisa gawat kalau ia tidak mandi dalam waktu beberapa hari, bisa-bisa nanti badannya dikerumuni lalat.

"Terimakasih," ucap Ares memecah keheningan setelah dokter pergi.

Sedam mendekati kasur UKS tempat Ares duduk. Melihat laki-laki besar itu mendekat membuat Ares perlahan mundur.

"Lo takut sama gue?" bisik Sedam bertanya yang di angguki oleh Ares tapi kemudian menggeleng.

"Dam nih seragam yang lo minta."

Pintu UKS terbuka menampakkan beberapa orang pemuda dengan seragam urakan mereka. Ares lupa masa skorsing inti Eaglesses sudah selesai.

Sedam mengambil seragam yang masih terbungkus plastik dari tangan Leonel. Membukanya lalu memakaikan ke tubuh Ares.

"Dokter bilang jangan pakai baju dulu!"

"Terus lo mau pamerin tubuh kurus lo itu di sini?"

Ares melotot. Benar juga, tubuhnya sekarang tidak macho. Niple saja seperti perempuan, merah muda kecoklatan. Sial! Ares harus sering berjemur supaya kulit tan nya kembali.

"Res kita mau minta maaf soal 5 bulan ini," Judan angkat bicara. "Gue juga!" David menimpali dengan cepat. Leonel memberikan paper bag ke pangkuan Ares.

"Lo belum sempat makan kan, makan dulu. Ini buatan ibu panti. Rasanya enak kok,"

Ares menatap semua pemuda itu dengan lamat. Karena di sogok dengan makanan enak ia mengangguk. Tidak boleh memiliki dendam, pikir Ares.

"Sedam gak minta maaf juga?"

Ares menutup mulutnya dengan tangannya. Ia telah memanggil sebuah bencana. Dengan takut-takut ia melirik Sedam. Teman-teman Sedam pun juga terdiam yang membuat suasana semakin seram.

"Apa itu harus?" Sedam balik bertanya yang membuat wajah Ares memutih pucat. Hari ini adalah hari terakhirnya melihat matahari.

"Apa yang lo pengen?"

Eh?

Sedam berdecak saat melihat wajah lemot Ares. "Lo mau apa? Semuanya bakal gue turutin!"

Ah begitu rupanya, Sedam juga ingin menyogok nya. Kalau begitu Ares akan meminta sesuatu yang besar.

"Kuak kebenaran tentang kematian Daisy Arumi Britama, sampai ke akarnya. Aku ingin pelaku itu mendapatkan hukuman yang setimpal karena berani membuat papi ku jadi duda!"

TBC

Kasian Deris belum pernah ahoy-ahoy sama Daisy💔

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang