06

2.6K 193 13
                                    


Sedam yang badannya sudah full perban mengenakan jaket kulit nya. Kemudian keluar rumah melalui balkon kamarnya. Berjalan kaki keluar komplek, lalu menunggu taksi online pesanan nya di halte bus.

Setelah sampai di tempat tujuan Sedam meludahkan permen karetnya ke tanah. Dalam sekali panjat ia berhasil menerobos pagar sebuah rumah. Diam-diam ia berjalan di sisi yang gelap, incarannya adalah kamar di lantai dua. Saat sudah berhasil naik Sedam membuka pintu balkon yang terkunci menggunakan kawat yang sudah ia modifikasi sedemikian rupa.

Tak

Kunci sudah terbuka membuat Sedam tersenyum miring. Saat masuk ke dalam kamar itu, indra penciuman Sedam langsung mencium harum lemon. Harum yang begitu menenangkan.

Dengan bantuan cahaya lampu tidur yang tergantung di tengah langit-langit ia dapat melihat orang yang ia ingin temui itu.

"Kenapa lo berubah Res? Kenapa lo berubah?"

Mau sebanyak apapun Sedam bertanya, orang yang di tanyai tidak akan menjawab karena sudah terlelap tidur. "Seharusnya lo gak berubah Res." bisik nya.

Sedam menggeram rendah saat mencium aroma susu dari mulut Ares yang terbuka. Dia dengan hati-hati menyentuh bibir itu dengan ibu jarinya. Sensasi lembut itu Sedam rasakan. Tiba-tiba saja matanya berkilat tajam.

"Ares gue gak sabar denger lo nangis lagi." Merasakan ada seseorang yang akan datang dengan cepat Sedam keluar melompat dari balkon.

Deris yang baru masuk ke kamar putranya merasa bingung mendapati pintu balkon yang terbuka. Namun saat menyadari ada aroma parfum lain, rahang Deris mengetat. Seperti nya ia harus menambahkan penjagaan di area rumah nya.

"Monyet mana yang berani memanjat ke kamar putra ku?!" desis Deris kesal setengah mati.

.
.
.

"Ares ingat kalau mereka masih mengganggu mu telepon papi ya,"

Ares memutar mata nya jengah mendengar Deris yang selalu mengucapkan kalimat yang sama. "Iya pi, aku akan telepon papi sekalian telepon pemadam kebakaran!" sahut Ares kesal. Deris yang menyetir mobil terkekeh geli melihat kekesalan putra nya.

Saat sudah sampai Deris keluar kemudian membukakan pintu mobil untuk Ares. "Papi lain kali jangan begini, aku malu." cicit Ares yang menjadi pusat perhatian.

Deris mengusap puncak kepala Ares kemudian mengecup nya. "Belajar yang benar, ingat pesan papi."

Ares melambaikan tangannya mengantarkan kepergian mobil Deris. Bersamaan dengan perginya mobil Deris datang mobil Aglen yang mengantarkan Gala dan Jingga.

Aglen yang melihat Ares terkejut, ia keluar mengabaikan kedua anaknya yang kebingungan.

"Nak tunggu sebentar!"

"Ya?"

Aglen menelan ludah nya gugup. "Kamu ..."

"Saya kenapa om?" Ares menatap bingung pria di depannya. Tapi ia sadar kalau di depannya adalah Aglen. Ingatkan kalau Ares di kehidupan sebelumnya mengetahui ciri fisik tokoh-tokoh cerita sebelumnya.

"Ayah kenal Ares?" timpal Jingga penasaran. Gala juga merasa kebingungan di sini.

"Tidak.. maaf nak,"

Ares mengangguk sambil tersenyum palsu. "Apakah paman merasa mengenal ku? Maksud ku, mungkin paman mengenal papi dan mami?"

"Tidak, kita baru pertama kali bertemu."

Ares berekspresi sedang berpikir kemudian cemberut. "Padahal papi dan mami orang terkenal kok paman bisa gak tahu sih," sungut Ares.

"Memang nya orang tua kamu siapa?" tanya Jingga dengan tatapan tidak suka.

"Kalian sungguh tidak tahu? Deris Jovarga dan Daisy Arumi Britama itu orang tua ku." jawab Ares dengan nada bangga. Benar-benar bangga.

Aglen yang mendengar itu seketika degup jantung nya seakan berhenti. "Ka-katakan lagi, siapa orang tua mu?" pinta Aglen dengan suara bergetar.

"Deris Jovarga dan Daisy Arumi Britama. Apa paman sungguh tidak mengenal nya? Mereka pernah jadi couple goals loh, tapi itu sebelum mami meninggal." Ares mengatakan itu tanpa beban sekali.

"A-aku mengenal nya. Bisakah aku meminta nomor telepon ayah mu?"

Dengan senang hati Ares memberikan itu karena ia ingin bermain-main dengan ayah kandungnya ini. Gala menatap nanar ayahnya yang bertingkah aneh, ia menatap wajah ayahnya dengan Ares yang terbilang mirip.

"Apa hubungan ayah dengan kedua orangtuanya Ares? ....Jangan bilang tante Daisy mami nya Ares itu orang yang ayah cintai dan orang yang sudah bunda bunuh?" gumam Gala tercekat saat melihat punggung Ares menjauh dari mereka.

"Kakak ngomong apa?"

"Bukan urusan mu!"

Tbc

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang