"Aglen anak kitaー! Bagaimana dengan Jingga? Siapa yang berani menculiknya?!"Aglen memeluk tubuh Harana. Berpura-pura simpati dan menenangkan wanita itu. "Dia pasti baik-baik saja, aku sudah menyuruh orang-orang ku untuk mencari nya."
Aglen menatap Gala yang bermain ponsel nya, acih dengan keadaan yang sedang kacau di sini. "Gala bagaimana kalau kamu membantu ku untuk mencari keberadaan ad―"
"Aku tidak sudi!" potong Gala. Ia segera naik ke kamarnya. Harana yang sebelumnya sedih merasa marah. "Berhenti di sana Gala! BUNDA BILANG BERHENTI!!"
Nama nya juga Gala. Dia sangat keras kepala sama seperti Aglen.
"Rana ada apa ini? Kenapa kau menangis?"
Air mata Harana kembar turun melihat siapa yang datang. Ayahnya, telah datang. "Ayah! Ji-jingga putri ku..." Harana mulai mengadu dengan tangisan nya.
"Jangan khawatir, aku yang akan menemukan cucuku. Oh ya, di mana Gala?"
Resas Domanicーayah angkat Harana. Aglen sebenarnya cukup terkejut saat mengetahui itu pertama kali, namun sekarang ia tidak peduli.
"Gala dia ... Ayah putraku mulai membenci ku."
"Gala tidak membenci mu Rana, dia seperti itu karena dalam fase pubertas. Ia memasuki masa di mana sedang mencari jati diri." bela Aglen. Ia tak ingin putra nya di pandang buruk.
Resas mengangguk membenarkan. "Itu hal lumrah terjadi Rana. Jadi kamu sebagai ibu harus ekstra sabar, kesabaran mu akan membuka mata Gala." imbuh Resas.
"Tentang Jingga, biar aku yang mencarinya. Kebetulan aku harus segera berbicara dengan cucu perempuan ku itu." pungkas Resas kemudian.
Memang, Jingga lah yang paling dekat dengan Resas semenjak Aglen mulai melepaskan diri dari pertanggungjawaban mengurus si kembar.
"Terimakasih ayah!"
"Sudah kewajiban ku."
.
.
.Jingga yang sudah sadar dari koma nya menatap terkejut keberadaan Resas. "Opa?!" pekik nya. "Awshh!" gara-gara berteriak, kepalanya terasa sangat sakit.
"Diam lah di posisi mu Jingga, kamu baru sadar. Ceritakan bagaimana kamu seperti ini? Dan siapa yang menculik mu? Kataka kepada opa, semuanya tak terkecuali!"
Jingga menggigit bibirnya, memasang wajah ketakutan. "Tidak apa-apa, opa akan melindungi mu."
"Ha-hari itu Jingga lagi belajar lalu bunda masuk ke kamar dan tiba-tiba aja marahin Jingga. Jingga gak tau salah apa opa ... Lalu b-bunda nampar aku. A-aku udah bilang ampun sama bunda ta-tapi ... Bunda pukul pake vas bunga ... Aku enggak tau siapa yang bawa ke rumah sakit, apakah itu opa?"
Resas menggeleng. Saat melacak keberadaan Jingga, tak memakai waktu sampai sehari Resas sudah berhasil. Yang ternyata Jingga berada di rumah sakit yang agak terpencil. Ia mencoba untuk mencari pelaku nya tak bisa, ia sudah meretas CCTV rumah sakit itu namun tak ada tanda-tanda mencurigakan. Kecuali Aglen yang terlihat bolak-balik ke rumah sakit ini. Kemungkinan Aglen lah yang membawa nya. Tapi kenapa? Harana bilang, Jingga di culik.
"Ayah mu yang membawa mu ke rumah sakit," ungkap Resas. "Jingga kamu tidak berbohong kan tentang bunda mu?"
Jingga menggeleng. "Opa bisa cek CCTV rumah kalau masih tidak percaya."
"Baiklah, opa akan cek nanti."
Aglen yang berada di luar pintu ruangan rawat Jingga menarik nafas kemudian masuk. "Aku sudah membawa rekaman itu pa, papa bisa melihatnya. Harana memang melakukan kekerasan fisik kepada Jingga. Aku membawa Jingga ke rumah sakit besar awalnya tapi melihat kondisi nya yang kritis aku khawatir akan membuat Harana kembali berencana menyakiti Jingga jadi aku terpaksa membawa nya ke rumah sakit ini. Seolah Jingga di culik," penjelasan Aglen terdengar masuk akal.
"Benar opa, bunda ... Entah kenapa mau menyakiti ku.." Jingga kembali terisak. Aglen di buat takjub dengan Jingga yang ternyata terlihat baik-baik saja padahal dokter jelas mengatakan kalau putri nya itu akan amnesia mengingat pukulan itu.
"Berikan kepada ku rekaman nya, Aglen." minta Resas. Aglen mengeluarkan handphone nya lalu memutar satu video yang sudah ia rangkum menjadi satu.
Dari rekaman awal, Harana yang berjalan ke arah kamar Jingga. Lalu berhenti beberapa saat di depan pintu, yang detik berikutnya Harana terlihat marah. Lalu video kembali berubah yaitu Harana yang keluar membawa gumpalan kain dengan tergesa-gesa menuju gudang. Saat keluar dari saja gumpalan itu tak berada di tangannya, sepertinya Harana menyembunyikan itu.
Rekaman berganti lagi menjadi Aglen yang masuk ke kamar Jingga. Lalu berlari dengan keluar sambil membawa nya keluar. Dan tak lama kemudian Harana kembali ke kamar Jingga. Dari rekaman itu Harana terlihat pucat dan ketakutan saat keluar dari kamar Jingga. Kemungkinan terkejut mendapati Jingga yang sudah tak ada.
"Kenapa jadi seperti ini? Harana bukanlah tipe perempuan yang suka menyakiti terlebih anak nya." Resas menolak percaya namun bukti terlalu kuat.
"Ini adalah pecahan vas itu, lebih baik papa menyelidiki sidik jari siapa saja yang ada di sini." saran Aglen.
Ini sudah Aglen siapkan. Rekaman CCTV yang ia edit agar bagian dirinya yang sebenarnya menonton kejadian Harana bertengkar dengan Jingga. Lalu saat malam hari, setelah memberikan obat tidur kepada Harana. Ia mencari benda yang Harana sembunyikan ke seluruh isi gudang. Kemungkinan sekitar 3 jam baru ia temukan barang bukti itu.
Resas tak lagi bisa berkata apapun. Karena semua bukti ada di tangannya. "Papa sendiri yang akan berbicara dengan Harana, Aglen. Jadi jaga Jingga di sini."
***
"Papi ikan jelek nya sudah mau jalan tuh!"
Deris tertawa melihat keantusiasan Ares. "Baiklah, mari kita menangkap ikan pertama hari ini baby."
Tbc
Emang enggak cocok aku buat cerita dengan tokoh babyboy haha, untung gak aku paksain nulis Ares tipe cute. Mungkin bakal hancur banget alur nya kalo di paksain kemarin tuh🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]
FantasySequel Daisy : (NOT) Side Antagonist. Langsung cusssss baca aja, enggak ada deskripsi ada nya cuma cinta ku kepada reader's muhuyyyy ಡ ͜ ʖ ಡ Start : 18/08/24 Finish : 28/08/24 Cover : Pinterest Edit : Me [CANVA]