20

1.7K 133 3
                                    


"Kenapa papi gak bangunin aku sih?! Aku mau lihat ikan jelek itu asoy-asoy sama Harana!"

Deris yang memasak tak memperdulikan omelan anak nya. Ngomong-ngomong tentang kejahatan ilegal ini, Ares paham bahwa Deris melakukan nya bukan karena pria itu tahu kalau Harana adalah pelaku pembunuhan Daisy. Melainkan balas dendam atas perbuatan masa lalu yakni Harana yang mengambil Aglen dari Daisy.

"Kenapa papi rela ngelakuin rencana sejauh ini demi mami?" Menghentikan omelan nya, Ares berubah menjadi mengintrogasi Deris.

"Pria itu sudah menelantarkan Daisy, pergi tanpa memberitahu. Saat muncul malah mengatakan kalau dirinya sudah menikah dan istrinya hamil saat itu."

"Mami mu sangat depresi. Beberapa kali melakukan niat untuk bunuh diri, tapi selalu ku gagalkan."

Bohong sekali, cibir Ares dalam hati. "Paman? Maksud Ares, apa kakak mami tidak ada?"

Deris meletakkan pancake buatan nya ke dalam piring Ares. "Kakak mami muーJoenathan tak peduli, ia lebih memerhatikan perusahaan ketimbang mental adiknya yang mulai terenggut."

"Laku gimana ceritanya papi sama mami bisa nikah?"

"Waktu itu kejadiannya di rumah sakit. Keadaan mami mu sudah sangat mengkhawatirkan, papi yang notabenenya orang luar terpaksa mengambil keputusan sepihak. Papi menikahi mami mu dengan seadanya di rumah sakit. Papi melakukan itu karena benar-benar sudah kehilangan ide untuk menolong Daisy. Saat Daisy papi bawa pulang ke rumah, dan sebulan kemudian ia mulai menunjukkan perubahan. Setelah Daisy mulai bisa mengontrol emosi nya kami mulai membuka hati masing-masing. Lalu tak lama hadir lah diri mu baby, mami melahirkan mu tapi nyawanya malah terenggut. Tapi papi tidak sedikitpun membenci keberadaan mu, maafkan papi karena tak bisa menjaga mami dengan baik."

Ares menatap kagum Deris yang dengan lancarnya berbohong, tak ada keraguan sedikitpun di sana. Sungguh hebat.

"Cepat habiskan pancake mu, nanti terlambat. Dan papi yang akan mengantar mu." Ucapan Deris membuat Ares cemberut, padahal ia mau pake motor.

.
.
.

Suasana meja makan di kediaman Aglen agak berbeda. Walau tidak ada Jingga di sana tapi keadaan nya memang agak aneh. Harana lebih memilih untuk diam membuat mereka juga diam.

"Gala kenapa tidak menyelesaikan makanan mu?" tegur Resas membuka suara saat melihat Gala bangkit dari duduknya.

"Apa masalahmu?"

Harana melotot kaget. "Gala dia kakek mu, yang sopan!"

Tidak ingin menyahuti ucapan ibunya, Gala lekas keluar. Menghidupkan motornya lalu berangkat ke sekolah. Dia membutuhkan Ares untuk membuat mood nya kembali bagus.

.
.
.

"Dokter kapan saya bisa pulang? Saya sudah merasa baik-baik saja." Jingga tak berhenti merengek untuk meminta pulang.

"Nona bisa pulang setelah 3 hari perawatan," jepas dokter itu.

Jingga memukul selimut nya. Padahal kalau ia pulang sekarang dan pergi ke sekolah maka ia bisa melakukan rencana untuk membuat reputasi Ares hancur. Dan juga menarik simpati dari Deris.

"Aku akan minta opa untuk bawa aku pulang," gumam nya.

****

"Belajar yang benar dan jangan nakal," pesan Deris yang di angguki oleh Ares. "Papi juga jangan nakal, kalau nakal aku aduin mami!"

"Baiklah baby, papi tidak akan pernah nakal."

Melihat Sedam dkk yang sedang duduk di atas motornya masing-masing di sertai Gala dan juga Gedo dengan cepat ia menghampiri.

"Pagi babu ku!" sapa Ares dengan ceria.

"Pagi juga cebol ku," jawab David sambil memiting kepala Ares. "Lepas! Ketek lo bau!"

"Yok guys kelas," ajak David. Mereka berjalan beriringan membuat anak-anak lain takjub. Kalau perkara Ares yang dekat dengan geng Eaglesses itu adalah hal yang tidak mengejutkan tapi Gala dan Gedo. Itu membuat mereka merasa speechless sekali. Apakah geng Eaglesses open member?

"Pertandingan antar kelas nanti lomba nya yang utama itu basket putra sama putri," celetuk Gedo di tengah-tengah koridor. "Gal, lo bisa main basket kan?"

"Gue bisa do," bukan Gala yang menyahut tapi Ares. Memang benar, ia adalah pemain inti basket di kehidupan sebelumnya.

"Tubuh letoy gitu sok-sokan mau main basket!" ejek Judan. "Mana pendek lagi, pffttt.." Sedam menyambung ejekan itu. Fiks baut nya emang ada yang longgar.

"Jangan remehin orang pendek ya lo! Kalo kelas gue masuk 3 besar kalian harus traktir selama sebulan!"

"Deal, kita-kita geng Eaglesses bakal traktir kalian bertiga selama sebulan kalo kalian masuk 3 besar, kami sih udah pasti juara 1." sahut David dengan percaya diri.

"Udah gue rekam nih! Kalo ingkar gue pecahin telur lo ya burung pipit!" ancam Gedo.

Pernyataan Gedo membuat David berang. "Sialan lo gado-gado!"

Melihat amarah sang kakak kelas yang sudah meledak, Gedo menarik Gala ngacir ke dalam kelas mereka yang kebetulan sudah dekat.

"Kamu yakin mau main basket?" tanya Leonel. Ia lumayan khawatir dengan Ares. Walau kesehatan anak itu tidak ada masalah tetap saja, dia tidak pernah melihat Ares main basket.

"Tenang aja kak. Aku bakalan latihan sama papi di rumah. Aku masuk dulu, kalian jangan bolos ya!"

"Anjir giliran sama Leon aja sopan," cibir Judan. David tertawa, "Leon kan orang yang paling sedikit bully Ares. Leon juga diam-diam naruh salep atau makanan di lokernya Ares."

"Yang bener aja?!" ujar Judan tak percaya. "Tanya Sedam sana," sahut David.

"Bener Dam?"

Sedam mengangguk. Ia pernah memergoki Leon yang meletakkan makanan berupa roti dan susu kotak ke dalam loker Ares saat mereka dulu menumpahkan makanan Ares. Selain itu, Sedam juga pernah melihat Leon menaruh kotak obat di sana. Namun ia memilih diam, ia paham Leonel bukanlah orang seperti mereka yang terkadang tak memiliki empati.

Adanya Leonel di geng mereka, itu adalah bentuk keseimbangan.

Tbc

Dingin banget kaya essssssss

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang