15

1.7K 139 0
                                    


Banyak banget typo nya ternyata, maafin aku ಥ⁠╭⁠╮⁠ಥ pasti kalian baca nya pusing, sekali lagi maafin ya.


.
.
.

Setelah mendapatkan flashdisk bukti rekaman CCTV dari Sedam. Ares langsung ke kantor polisi, ia ingin menemui polisi yang dahulu menangani kasus Daisy.

"Maaf nak tapi berkas itu sudah tidak ada. Kasus yang baru saja terjadi pun, berkas nya langsung di hilangkan kalau kasusnya sudah selesai. Apalagi ini adalah kasus 16 tahun yang lalu, bukan kah sudah selesai? Karena itu adalah kasus kecelakaan lalu lintas."

Polisi tua dengan nama Broto Handika itu menjelaskan dengan rasa bersalah.

"Tapi pak saya memiliki rekaman CCTV yang memperlihatkan kalau itu sudah di rencanakan untuk melenyapkan mami saya!"

Broto menghela nafas berat. "Nak, aku sudah tua. Kalau ingin membuka kembali kasus ibu mu, datangi saja polisi yang lebih muda."

Ares memasukkan kembali flashdisk itu ke dalam saku nya. Kemudian keluar. Sesuai apa yang ia duga, mantan kepala inspektor itu menolak untuk membuka kembali kasus kematian Daisy.

"Dengan ini, orang itu bakalan muncul ke hadapan gue. Gue gak sabar buat balas dendam, maafin ya Deris tubuh anak lo nanti bakalan penuh darah. Darah mereka yang udah terlibat dalam menyakiti Daisy."

Ares menstater motornya kemudian langsung pergi tanpa memakai helm nya. Melihat kepergian Ares, Broto mengirimkan pesan kepada orang yang selama ini menyogok nya untuk memusnahkan beberapa bukti.

"Anak muda yang malang." gumam Broto tanpa tahu kalau ia lah orang yang malang itu. Karena sudah termakan umpan Ares.

.
.
.

Ares menghentikan motornya saat sudah lampu merah. Beberapa kali ia melihat ke arah kaca spion nya, mengawasi apakah ada yang membuntutinya.

TINNN

"Oh dari depan ya?" gumam Ares saat melihat sebuah truk besar yang melaju ke arah nya. Beberapa orang yang melihat itu histeris.

BRAK

CKITT

Ares yang terseret karena celananya yang tersangkut di motor nya berusaha untuk melindungi bagian kepalanya. Saat sudah terseret 2 meteran, truk itu berhenti karena sudah menabrak tiang listrik.

"Sial!" umpat Ares saat merasakan punggung nya yang perih karena tergesek aspal panas. Andai celananya tidak tersangkut mungkin ia tidak akan mendapatkan luka seperti ini.

"Celana sialan!" umpat Ares sekali lagi.

"Nak kamu tidak apa-apa?" tanya beberapa orang yang langsung menghampiri Ares membantu nya untuk melepaskan celananya yang tersangkut.

"Potong aja pak, celana nya potong aja." sela Ares.

Mereka menuntun Ares ke tepi jalan kemudian. "Saya sudah menelepon ambulance, yang kuat ya dek."

Ares mengangguk. Luka ini tak seberapa. Mungkin ia hanya akan tidak bisa telentang beberapa minggu. Ambulans sudah datang, membawa Ares ke rumah sakit. Lalu untuk supir itu Ares tidak peduli, lagipula itu bagus kalau di biarkan. Supir itu akan tetap mendapatkan hukuman dari tuan nya sendiri.

Deris yang sedang sibuk di kantor di buat kaget saat mendapatkan telepon dari rumah sakit. Mengatakan kalau putranya kecelakaan. Di dampingi oleh Juan, Deris ke sana.

"Ares ... Baby.." Deris hampir menitikkan air matanya melihat badan Ares penuh perban.

Melihat Deris menangis, Ares tidak tega. Ia merentangkan kedua tangannya memberikan kode untuk di peluk. "Maafin papi ... Papi gagal jagain kamu.."

Ares menepuk-nepuk punggung pria besar di dalam pelukannya ini. "Papi jangan nangis. Papi udah berhasil kok jaga Ares. Mami pasti bangga,"

Juan juga ingin menangis melihat itu.

Brak!

Pintu ruangan terbuka dengan tidak santai nya. "Astaga keponakan ku!"

Itu adalah Selina. Wanita hamil itu mendadak menjadi barbar sekarang. Entah pengaruh kehamilan atau bukan tapi berhasil membuat Juan kadang kewalahan.

"Aku baik-baik aja kok bibi,"

"Baik-baik gimana?! Sebadan di perban gitu."

Ares meringis. Perut sampai dadanya di perban karena punggung nya dari atas itu luka. Kemudian kedua tangannya juga ada perban karena tergesek aspal saat mencoba melindungi kepala nya.

"Seminggu juga sembuh, aku itu kuat." ujar Ares mencoba mencairkan suasana.

***

Sedam menelepon Ares karena ingin mengajaknya untuk ikut menjemput Joe yang akan sampai siang besok. Namun sampai 50 panggilan tak di angkat, membuat ia emosi saja.

"Kenapa menelepon?!"

"APA?!!"

Sedam mematikan sambungan itu. Tidak peduli apakah nanti Joe marah atau tidak. Yang menelepon adalah Joe, mengatakan kalau Ares terlibat kecelakaan. Dan sekarang berada di rumah sakit.

"Bocah ini sama merepotkan nya dengan orang tua bangka itu!" ujar Sedam mengumpati Joenathan.

.
.
.

"Tuan gawat!"

"Jax aku tidak tuli!" pekik Joenathan kesal. Menatap tajam asisten nya itu.

"Tuan muda Areska kecelakaan tadi sore." Jax mengabaikan teguran Joe, lagipula ia sudah terbiasa selama bertahun-tahun.

"Telepon anak itu!"

Jax segera menelepon anak yang di maksud oleh Joe, tak lain adalah Sedam. Saat sudah di angkat Jax meringis mendengar sahutan Sedam yang tidak ada sopan-sopan nya.

"Keponakan ku kecelakaan, sebenarnya apa yang kau lakukan di sana bodoh!"

"Tidak ada gunanya berteriak! Cepat uru―"

Tut tut tut

Bunyi panggilan berakhir itu benar-benar membakar habis emosi Joe sampai ke ubun-ubun nya.

"Tuan?" panggil Jax dengan takut-takut.

"Anak itu!" desis Joe dengan tajam. "Dia harus segera di disiplinkan. Segera siapkan penerbangan ku sekarang juga!"

"Baik tuan!"

Tbc

Maaf ya up dikit dulu, lagi gak ada ide kalo di paksain ntar makin jadi jelek alur nya.

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang