25

1.1K 103 5
                                    

Jangan telat apalagi males makan, nanti aslam nya naik.

⚠️

Jingga yang melihat Gala menghampiri nya tertegun, apalagi saat ia langsung di tarik tanpa penjelasan apapun. Namun perasaan percaya diri muncul saat menyadari kalau Gala menyeret nya ke arah meja Sedam dkk berkumpul. Jadu Jingga memasang ekspresi terbaiknya.

Namun harapan untuk duduk bersama mereka pupus begitu saja saat Gala melewati meja itu sambil mengatakan untuk mengirimkan sebuah video.

Dan di sinilah sekarang, Jingga ada di rooftop bersama dengan Gala. "Bisa lo jelasin ini apa?!" ujar Gala sambil menunjukkan video itu.

Jingga mengernyitkan dahinya jijik. "Kakak nuduh aku?!" ujarnya tajam. "Itu bukan aku, emang kakak gak lihat perbedaan kami!" imbuh Jingga.

Wanita di video itu terlihat sudah dewasa, berbeda sekali dengan Jingga. "Suaranya mirip sama lo!"

"Mirip? I-ini bukan bunda kan kak?" bisik Jingga, bergetar. Jingga merebut handphone Gala, memutar kembali video itu. Kemudian melakukan tangkap layar di beberapa bagian.

Air mata nya luruh. "Ka-kak ... Bunda ... Bu-bunda!" suara Jingga tercekat. Tato di paha berbentuk kupu-kupu kecil berwarna hitam hanya Harana yang memiliki nya. Kalaupun ada perempuan lain, Jingga tidak tahu pasti. Yang pasti tato itu Harana memiliki nya, Jingga tahu karena ia dulu sering mandi bersama dengan wanita itu.


"Akchhh!"

Jingga semakin menangis saat Gala mencekik lehernya. "Kak ... Le-lepas!" mohon nya terbata-bata.

"Kalo lo berani bertingkah, lo gue bunuh! Camkan itu!" ancam Gala tajam nan dingin. Jingga terduduk di lantai sambil menangis. Kenapa nasibnya seperti ini? Ayah dan kakak tidak menyayangi nya. Pun ibunya yang mulai membenci nya, bahkan berselingkuh.

"Ares ... Kamu akan mati!" desis Jingga.

.
.
.

"Jadi, kenapa lo datengin gue?"

Jingga menggigit lidahnya sendiri, membuang jauh-jauh gengsinya. "Tawaran lo kemarin, masih berlaku gak?" Jingga di buat ketar-ketir karena Nico yang mempermainkan dirinya.

"Gue bakal lakuin apapun!" ujar Jingga. Nico menutup buku biologi miliknya. "Dateng ke alamat ini nanti, kalo bahas di sini bahaya." Jingga mengambil secarik kertas itu. "Ingat Jingga, resiko nya tanggung masing-masing ya." bisik Nico kemudian.

Jingga lekas pergi meninggalkan Nico yang menyeringai diam-diam.

****

"Papi!" panggil Ares dengan berteriak. Suaranya yang nyaring menggema di mansion. "Ini rumah Ares, bukan hutan!" tegur Deris.

"Hehe .. maafin."

"Ada apa?" tanya Deris bingung dengan sikap putranya yang entah kenapa makin manja ini.

Ares menggesekkan pipinya ke dada Deris. Deris memasang wajah jengah, ia sebenarnya tidak masalah putranya manja tapi lama-lama ia merasa aneh juga.

"Kamu gak akan mati kan?"

BUG

"Shhh.." Deris mengusap keningnya yang kena tonjok Ares. "Papi mau aku mati!" raung Ares, siap mengamuk. Deris gelagapan. "Bukan seperti itu baby, tumben aja makin manja." sanggah nya cepat.

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang