09

2.3K 158 5
                                    


Sedam mengamati rumah yang sekarang terlihat begitu ketat akan penjagaan nya bahkan lampu-lampu sudah di tambahkan di beberapa sisi yang gelap sebelumnya.

Ia tertawa tanpa sadar. "Kepekaan mu mengganggu ku pak tua," gumam Sedam. Karena merasa rencana menyelinap nya tak bisa di lakukan, Sedam menyalakan kembali motornya dan pergi dari area perumahan Ares.

"Lapor tuan, tadi ada seseorang yang mengawasi rumah ini."

Deris tersenyum samar. "Biarkan saja, selagi dia tidak menerobos masuk."

"Baik tuan."

Deris menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya. Ia tidak tahu kalau seseorang mengincar putra nya.

"Tidak akan ku biarkan satu monyet manapun menempel dengan Ares selain Juan!" ujar Deris dengan kesal.

Alis Deris bertaut bingung melihat notifikasi panggilan dari nomor asing. Namun segera mengangkatnya.

"Katakan, siapa ini dan ada keperluan apa?"

Tatapan Deris mendingin, rahang nya mengetat dan tangannya mengepal kuat membuat pensil yang ia pegang sebelumnya patah. Namun suaranya masih terdengar tenang.

"Datang saja ke alamat yang ku sebut kan saat makan malam, jalan xxx komplek A no 076."

Sesudah mengatakan itu Deris langsung mematikan panggilan.

"Untuk apa Aglen meminta untuk bertemu?" gumam Deris.

.
.
.

Aglen yang berada di ruang kerjanya di buat bimbang. Perasaan nya berkecamuk, apakah ia harus menghubungi Deris atau tidak. Sekali lagi ia menatap nomor telepon yang ia dapatkan dari Ares.

Dengan ragu-ragu Aglen menekan tombol panggil. Kalau di tolak, maka Aglen tidak akan menghubungi Deris lagi. Mungkin ia akan datang ke perusahaan pria tersebut. Namun betapa kagetnya ia saat panggilan itu di angkat oleh Deris.

Suara yang tak pernah ia dengar selama 16 tahun itu membuat Aglen menelan ludah gugup, merasa tertekan.

"A-aku Aglen, bisakah kita bertemu secara pribadi. Aku ingin membicarakan sesuatu kepada mu,"

Mendengar tak ada sahutan beberapa detik. Membuat Aglen semakin gugup. Namun saat mendengar lagi suara Deris yang menyebutkan alamat Aglen segera mencatat itu.

"Baiklah, terim―"

Panggilan sudah di akhiri sepihak, namun Aglen tak masalah yang terpenting adalah Deris mau di temui secara pribadi.

***

"Malam ini kita akan menemui keluarga Jovarga, jangan membuat alasan apapun!"

Harana yang menyendok nasi goreng ke piring masing-masing anaknya merasa terkejut.

"Aku sudah menghubungi tuan Jovarga, saat makan malam kita akan ke sana."

Usai mengatakan itu Aglen berdiri. Mencium kening Harana sebagai formalitas di hadapan kedua anaknya, Aglen keluar. Hari ini ia ada meeting dengan kolega asal luar negeri.

"Bagaimana kalau pulang sekolah kita ke salon sayang?" ajak Harana kepada Jingga yang di angguki dengan semangat oleh gadis itu.

Gala tidak peduli, kalau mereka membuat nya malu maka ia tinggal tidak mengakui bahwa mereka memiliki ikatan darah. Itu saja, cukup.

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang