23

1.4K 129 1
                                    

🥀

Ares beringsut masuk ke dalam pelukan Deris. "Papi Ares besok tanding, doain menang ya."


Deris mengecup kening putranya, "perlu papi ikut menonton?"

"No! Ini hanya pertandingan antar kelas bukan turnamen." sungut Ares. Lagipula Ares tidak akan membiarkan Deris menginjakkan kakinya ke sekolah sebelum Nico hengkang. Dirinya takut, bocah gila itu merubah target. Papi nya ini kan tampangnya seperti sugar daddy.

"Tumben manja," heran Deris melihat Ares yang tiba-tiba ngusel di dada nya. "Kalau mami masih ada, kita gak akan ngelakuin ini kan?" lirih Ares.

Deris melepas kacamata bacanya dan menutup buku beralih menarik Ares semakin dalam ke pelukan nya. "Maafin papi ya, papi tidak becus menjaga mami.." bisik Deris lemah.

Ares mengencangkan pelukannya. Entah perasaan nya sendiri atau memang ini adalah perasaan Ares asli yang masih tertinggal, ia merasakan rindu terhadap sosok Daisy.

"Maaf.." gumam Ares menangis. Deris memindahkan Ares ke atas pangkuannya. Mengusap air mata putranya yang mengalir deras. "Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja baby."

Ares mengangguk. Benar, semuanya akan baik-baik saja selama ia kuat dan tidak ceroboh. Tinggal beberapa rencana lagi mereka akan bebas. Bebas dari jeratan dendam. "Setelah semuanya berakhir, papi janji akan membawa mu pergi dari sini." ucap Deris.

"Ke mana?" Ares bertanya. Deris mengecup lama kening Ares, "kemana pun baby ingin."

.
.
.

Kelas Ares sedang ribut-ribut nya karena memang ini adalah hari penentuan. Setelah mengadakan perlombaan selama seminggu penuh, kelas Ares untuk basket putra masuk final. Melawan tim kelas X IPA 1. Kenapa bukan Sedam? Seperti nya kelas mereka sama seperti kelas Leonel. Memberikan kesempatan untuk adik-adik kelas mereka, lagipula Sedam sebagai kapten basket sebentar lagi akan pensiun. Jadi mereka ingin mencari kandidat baru.

"Berdoa selesai." Gedo mengakhiri sesi doa di kelas. Mereka pun keluar, mengambil posisi masing-masing. Yang main adalah Gedo, Gala, Ares, Gilang dan Mamat. Mereka sempat latihan beberapa kali.

"Kalah menang itu udah biasa, gak usah di paksain." Gedo sejak tadi tak berhenti mewanti-wanti tim nya. Karena mereka tidak memiliki pemain cadangan. Bisa gawat kalau ada yang luka satu orang.

"Tim sebelah kayaknya gampang aja deh di kalahin, mereka pendek-pendek njir!" ucap Gilang. Ares menatap ke arah tim lawan. Benar, mereka lebih seukuran dengan Ares. Hanya saja ada yang lebih pendek. "Nico?" gumamnya heran melihat seseorang yang ia kenali sedang memakai kaos warna biru dengan nomor 03.

"Jangan remehin lawan Lang," tegur Ares. Ia merasakan sesuatu yang tidak beres di sini. Nico ikut tanding? Yang benar saja. Dia tidak meremehkan tapi pasti ada tujuan tertentu.

"Bener apa yang di bilang Ares, Lang. Siapa tau mereka kecil-kecil cabe rawit, pedesss!" sahut Mamat. Gedo tergelak melihat wajah masam Gilang. "Ingat jangan di paksain, gak papa kalo kalah." tutur Gedo.

ARES GO! GO! SEMANGAT!

GALA AYO SEMANGAT!

GEDOO KALO MENANG LO GUE BELIIN GADO-GADO!!

MAMAT WOY GAK USAH CAPER!

GILANG OMAGA MAKIN GANTENG!

Babak pertama di mulai. Tim Ares dan Nico saling berebut bola dan mengoper ke sana kemari.

Areska R̶e̶v̶e̶n̶g̶e̶ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang