- 10 ♦️

583 93 75
                                    

Demamku belum sembuh, tapi aku memaksakan diri untuk berpura-pura sehat, karena aku tidak mau tertinggal lebih banyak pelajaran.

Kini, aku terbaring di atas kasur. Aku menatap serat-serat kelambu di atas sana, yang hampir menempel pada plafon.

Kalau dalam posisi begini, hidungku mampet lagi. Tidak seperti saat aku beraktivitas dari pagi ke sore. Sambil memediasikan diri dari rasa tidak enak badan, aku bangun dari kasur. Aku menyiapkan buli-buli panas untuk disimpan di atas perut. Perutku nyeri. Entah karena salah makan atau apa, pokoknya badanku serba sakit.

Setelah memanaskan air, aku kembali tidur menyamping. Nyeri perut itu teralihkan oleh rasa hangat dari permukaan karet buli-buli panasnya. Sambil berusaha tidur, aku berandai-andai mengenai metode mengingat Arthur Doyle—Teknik Loci, Mind Palace, Istana Pikiran.

Miss (Nama) menyuruh aku membayangkan istana imajer, dimana aku bisa mengingat informasi penting di sana dalam jangka panjang. Kedengarannya enggak masuk akal. Tapi metode ini bukan fiksi—Istana Pikiran ialah ilmiah.

Pun, karena Miss (Nama) yang meminta, aku enggak meragukannya.

Sembari menutup mata, aku membangun Istana Pikiranku sendiri. Istana Pikirannya Miss (Nama) berbentuk seperti kastel batu yang di atas kubahnya, pasti dikibarkan bendera wangsa. Aku akan menyontek beberapa bagian dari Istana Pikiran Miss (Nama), karena Miss (Nama) mendesainnya dengan luar biasa indah. Tapi aku tidak meniru nilai-nilai vitalnya, tentu saja. Itu namanya plagiat.

Aku lebih suka istana orang-orang Jepang atau Thailand. Istana Pikiran Miss (Nama) dibangun di atas tebing, yang mana punggung istananya selalu dihantam oleh ombak pasang, sedangkan istanaku berbentuk seperti istana Kekaisaran Tokyo, atau mirip dengan kediaman pemimpin klan Hōjō, klan Oda, rezim Toyotomi, klan Saitō dan klan Oshuu. Pokoknya sebagus itu!

Lantainya, langit-langit ruangannya, pilar penopang bangunannya, dindingnya, dan atapnya dibuat dari kayu! Istana itu bertingkat-tingkat lantainya, atap pucaknya dibuat seperti bangunan Jepang tradisional, dan digantungi lentera-lentera api. Aku ingin istananya dikelilingi oleh koridor engawa, dan semua pintunya, termasuk pintu utamanya bermodelkan pintu geser fusuma.

Istanaku dijaga oleh rubah-rubah berekor sembilan. Mereka berkeliaran di antara koloni bunga sakura yang bermekaran setelah musim dingin, dan kelopak merah mudanya berceceran di rumput teki.

Perjalanan imajerku dimulai dari pintu geser fusuma sebagai akses masuk utama istananya. Setelah aku menggesernya melalui lintasan rel, aku menciptakan petak ruangan super-duper luas berbentuk persegi dengan taman mini di tengah-tengahnya. Aku pun disambut oleh meja bertaplak putih yang menyungsung sebuah zirah ala-ala daimyō dan sebuah senapan besar Ōzutsu dalam kaca akrilik cantik. Itu pajangan, aku tak akan benar-benar memakainya, kecuali aku gila.

Di belakang meja pajangannya, disanalah petak tamanku berada. Terdapat bunyi 'tak-tak-tak' lembut dari seunit bambu yang berjungkat-jungkit karena aliran air menuju kolam berisi ikan koi Kohaku dan koi Shiro. Aku memang memiliki beberapa koi di rumah asliku. Ayahku mengembang-biakkan ikan hias serta ikan air tawar dan menjualnya di salah satu sektor peternakan kami. Jadi, dalam Istana Pikiranku, tentu saja aku akan memiliki ikan-ikan koi lucu juga.

Tamannya berisi tanaman bonsai, mapel Jepang, bambu hias, azalea, lumut, iris Jepang, pot-pot camellia Japonica berusia seratus sepuluh tahun, hosta dalam sistem irigasi tertata rapi, dan hydrangea berkelopak merah muda dalam titik asam pas. Aku banyak mengulik soal tanaman. Aku menyukai tanaman, dan Istana Pikiranku perlu dipenuhi tanaman-tanaman.

Ada pun tanaman general seperti sakura. Daunnya berjatuh-jatuhan di tanah, di atas batu yang digubah dalam bentuk semacam bukit kecil, dan dililitkan oleh kepangan tali shimenawa dengan kertas shide beraliran aliran Yoshida, aliran Shirakawa, dan aliran Ise, dilengkapi seikat daun sakaki berwujud tamagushi, tenunan kain gohei untuk menangkal roh jahat seperti ōnusa, dan pot bunga indah dari kerajinan keramik.

Duri x Reader | Smart OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang