PROLOG

887 39 1
                                    


2045 words

2045 words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Setelah menempuh pendidikan di bangku perkuliahan selama 4 tahun tidak bisa menjamin seseorang langsung mendapatkan pekerjaan ketika lulus. Kelulusan menjadi awal perjalanan karir seseorang. Ijazah yang didapatkan dari bangku perkuliahan hanyalah sebuah sertifikat yang bisa di jadika
n pegangan untuk melamar pekerjaan. Itu pun tidak terlalu membantu, ijazah hanya sebuah kertas yang menandakan jika nama yang tertera di atasnya telah mendapatkan pemahaman lebih pada bidang tertentu.

Layaknya sebuah kertas putih yang di atasnya tertulis nama dengan tinta hitam, salinan ijazah itu berakhir di oper ke berbagai tempat. Seperti ijazah yang di miliki oleh Arona Safira, perempuan yang lulus sejak dua tahun yang lalu, tapi masih belum mendapatkan pekerjaan. Berbagai lamaran Arona kirimkan ke beberapa perusahaan yang sekiranya membutuhkan pekerja dengan keahlian yang sesuai dengan jurusannya.

Arona lulusan terbaik dari kampusnya dengan IPK 3,95 nyaris sempurna. Namun, karirnya tidak sebaik IPK yang dia dapatkan di bangku perkuliahan. Lulus dengan menyandang gelar S.P (Sarjana Pertanian), dan berkuliah di jurusan Ilmu Tanah selama 4 tahun penuh, membuat Arona cukup memiliki pemahaman tentang tanah. Tetapi, pemahaman saja tidak akan membuat Arona mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Arona menghela napasnya dengan gusar, map cokelat yang berisi dokumen untuk melamar pekerjaan dia taruh di atas meja sebuah kafe yang bernama Salma's Cafe, kafe milik sahabatnya. Peluh memenuhi wajahnya, semburat merah terlihat semakin jelas di kedua pipinya akibat berjemur di bawah teriknya matahari yang berada tepat di atas kepala. Arona menyandarkan punggungnya dengan nyaman di kursi kafe, merasakan hawa dingin AC dari kafe itu menerpa wajahnya.

"Milk tea pesanan lo." Salma menaruh segelas minuman dingin pesanan Arona di atas meja yang sedari tadi Arona tempati.

Arona menatap ke arah Salma yang sudah duduk di depannya sambil tersenyum. "Thank you." Arona langsung meneguk minumannya itu sampai habis setengah.

Salma terkekeh melihat Arona yang tampak begitu kehausan. "Haus banget, Mbak?? Belum minum berapa hari lo?" ledeknya. Salma juga meneguk cappucino miliknya sedikit.

Arona mendesah lega setelah berhasil membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Perempuan itu menaruh gelasnya kembali di atas meja, sedikit menekannya keras sampai menimbulkan bunyi. "Lo enggak liat cuaca di luar? Matahari lagi emosi kali, panasnya sampai ubun-ubun gue. Suka banget nguji kesabaran orang yang lagi nyari kerja," dengus perempuan itu.

Salma melirik ke arah luar kafe, terlihat jika di luar sangat cerah. Biasanya, setelah cerah akan muncul gelap di sore hari. Cuaca akhir-akhir ini tak menentu, hujan suka turun secara dadakan. Puas melihat ke arah luar, Salma kembali menatap Arona yang tengah sibuk mengecek ponselnya. "Lo ada panggilan interview lagi setelah ini?"

SEPARO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang