Selamat membaca.
**********
"Cepat lari, bodoh!" Venom berlari melesat meninggalkan Athena dan Roderick yang masih cekikikan tidak jelas di tepi jurang itu.
Mendengar seruan itu, Athena segera menarik tangan Roderick, ikut berlari menyusul Venom.
"Kenapa masih harus lari? Bukannya mereka udah mati, ya?" Athena bertanya bingung, napasnya mulai tersendat-sendat, ini melelahkan.
"Mereka tidak mati secepat itu," jawab Roderick, membantu menghilangkan rasa penasarannya.
"Membuatnya jatuh ke jurang hanya solusi sementara, mengulur waktu supaya tidak cepat tertangkap." Roderick menjelaskannya saat menyadari Athena belum mengerti.
Atensinya beralih menatap Venom yang berlari paling depan, dengan langkah paling lebar dan cepat sekali, lebih mirip orang yang lari karena dikejar hutang.
"Heh, berhenti dulu!" Athena memekik kencang, membuat Venom seketika berhenti, nyaris terjatuh ke depan, lau menatapnya kesal.
"Apa?"
"Kau iblis, kenapa harus lari? Bisakah kirim sihir lagi ke mereka?" tanya Athena antusias, berharap sihir Venom bisa membantu mereka keluar dari pengejaran ini, dan berjalan menuju timur dengan tenang.
"Ck, kau bilang jangan gunakan sihirku!" Venom menggeleng, menolak saran Athena.
Athena cemberut, "iya sih." Layaknya anak kecil yang tidak diberikan permen, ia menunduk lesu.
Roderick tersenyum mengusap kepala si empu. "Jangan bilang kau lupa kalau punya sihir?"
Mata Athena membola, lagi-lagi ia baru ingat dirinya memiliki sihir. "Oh iya!" Athena menepuk keningnya. "Tapi gimana caranya?" Athena mengetuk-ngetuk dagunya.
***
Hampir seharian penuh mereka berlari menyelusuri hutan, hingga akhirnya mereka sampai di Ibukota yang begitu besar.
Begitu banyak bangsawan berlalu dengan beberapa pengawal serta ada juga yang menaiki kereta kuda mewahnya masing-masing.
Warga lokal nampak memakai pakaian sederhana dengan anak kecil berlarian begitu gembira. Di setiap sudut gang selalu ada pengemis yang duduk dengan pakaian lusuhnya.
Suasananya lebih ramai dari Ibukota Kerajaan Barat yang Athena lihat sebelumnya. Athena berjalan perlahan, menikmati keramaian, dia tersenyum puas.
Andai saja ada ponsel, Athena akan foto puluhan kali dan ia posting di aplikasi tertentu agar seluruh dunia tahu bahwa ada yang lebih indah dari mantan.
"Kau mau beli apa, Athena?" tanya Roderick dengan senyum hangat, berjalan di sisinya, melihat-lihat kota ramai.
Venom menyusul, dia meletakkan tangan kirinya di pundak kanan Athena, "Kau suka kacang, kan? Lihat, penjual di sana ramai sekali, pasti camilannya enak."
Athena tersenyum gembira seraya mengangguk senang, kemudian berjalan menuju penjual camilan yang laris pembeli itu.
"Kau mau berapa bungkus, Nak?" Salah satu pelayan toko itu adalah seorang pria paruh baya dengan rambut panjang terikat rapih sedang tersenyum pada Athena.
"Mau dua bungkus! Berikan roti dan selai buah juga, ya!" Athena mengangkat tangannya, beradu suara dengan pembeli lain.
"Baiklah!"
Athena tersenyum menatap Roderick dan Venom, tatapannya sedikit licik, membuat Venom menatapnya penuh selidik.
"Uangku sudah mau habis, sekarang tugas kalian akan segera datang," cetus Athena, senyumnya terlihat seperti seringaian serigala kelaparan, atau juga mirip seorang mata duitan yang melihat setumpuk emas di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I the Reincarnation of a Goddess? (TAMAT)
Фэнтези"Masuk novel beneran?" tanyanya kembali memastikan wajah di pantulan air danau. Wajah familiar membuat Maera berpikir. "Atau masuk ke dunia lain? Ahk kepala aku sakit," ringisnya seraya memegang kepala. Jangan bilang aku masuk novel yang terakhir ak...