Selamat membaca.
**********
Athena terengah-engah ketika baru saja terbangun dari tidurnya dengan jantung berdegup kencang. Air matanya mengurai panjang membuat ia segera menyekanya dengan kasar.
Sungguh, Athena heran akan rasa sakit yang sedang dirasakannya saat ini. "Kok sakit ya," ungkap Athena memegang dada kiri. "Tadi aku mimpi sedih tapi … Apa ya? Ahk sialan! Aku gak inget anjir."
Athena merutuki dirinya, berusaha mengingat apa yang ada di mimpinya semalam hingga suara pintu terbuka keras membuat Athena mendongak, menatap Venom yang segera memeluknya begitu erat.
Venom menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Athena, terasa dingin dan basah. Venom nangis? batinnya penasaran, membiarkan Venom memeluknya tanpa ada yang mengucapkan sepatah kalimat.
Athena mengusap punggung Venom serta tangan satunya membelai kepala si empu, karena hal tersebut, Venom semakin mengeratkan pelukannya.
Kini isakan tangis terdengar membuat hati Athena teriris. Sebenernya apa yang baru dia alamin? batin Athena bertanya-tanya.
Athena melihat ke depan di mana Hydra yang akan masuk ke dalam kamar, dia terhenti. Si empu memberikan isyarat pada Hydra untuk membiarkan mereka berdua sementara.
Hydra mengangguk, merasa tak rela meski tetap melakukan apa yang Athena pinta. Menutup pintu kamar serapat mungkin.
Ini pertama kalinya ia melihat Venom menangis. Apa Venom merindukan seseorang? Pikir Athena merasa iba.
Sudah 15 menit berlalu, Venom tak kunjung melepaskan pelukannya. Jujur saja Athena pegal dan merasa kakinya kesemutan.
Ia menghela napas, terpaksa meminta Venom melepaskan pelukannya tetapi Venom enggan mendengar ucapannya.
"Ayolah Venom lepas, kaki aku kesemutan, kamu tahu kesemutan tuh apa?" Athena memundurkan tubuhnya sebisa mungkin.
Venom tetap diam, masih memeluk Athena tanpa melonggarkan pelukan tersebut serta menarik Athena agar kembali merapat padanya.
Athena tersenyum simpul. Apa ia harus mengancam? Sungguh? Hanya untuk dilepaskan pelukannya?
Sebuah ide jahil terlintas di benaknya. Athena menyeringai lalu mulai berakting. "Haaa, rasanya kesemutan ini buat aku ingin mati."
Yap! Venom begitu cepat melepaskan pelukannya, matanya bengkak dan merah membuat Athena cekikikan sedangkan si empu tengah menatapnya penuh kekhawatiran.
"Ka-kau serius? Apa ini menyakitkan?" Venom menatap kaki Athena yang segera ia sembuhkan dengan sihirnya.
Athena bernapas lega. Sihir memang hebat ya, ia bisa merasa nyaman kembali dalam waktu singkat.
"Aku gak papa," ungkap Athena mengusap kepala Venom dengan gemas.
Venom mengedipkan matanya berulang kali, "papa? Apa maksudmu?"
Athena baru menyadari ucapannya dan segera membenarkan, "ah maksudku aku sudah baik-baik saja." Athena tersenyum canggung, entah mengapa ia merasa malu akan ucapan sebelumnya.
Venom terkekeh, "kau selalu menggemaskan." Ia mengusap lembut pipi kanan Athena.
Athena melepaskan usapan Venom membuat si empu cemberut. "Kenapa? Apa kau tidak ingin aku usap?" tanya Venom dengan mata berkaca-kaca.
Buset kok jadi cengeng gini sih, bahkan waktu itu pun Gerald sama cengengnya, batin Athena sedikit merasa frustrasi.
Athena memejamkan matanya sejenak lalu berdecak, "bukan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I the Reincarnation of a Goddess? (TAMAT)
Fantasy"Masuk novel beneran?" tanyanya kembali memastikan wajah di pantulan air danau. Wajah familiar membuat Maera berpikir. "Atau masuk ke dunia lain? Ahk kepala aku sakit," ringisnya seraya memegang kepala. Jangan bilang aku masuk novel yang terakhir ak...