18. Life After

153 26 3
                                    

New story coming soon! hehe

Kemungkinan besar nggak ada embel-embel Treasure-nya🤏

.
.
.

🦋🦋🦋

 18. Life After


Kalau ditanya apa yang Aksa rasakan sekarang.

Marah, sedih, dan kecewa itulah jawabannya.

Aksa marah pada dirinya sendiri yang telah terlalu berharap pada yang tidak mengharapkannya. Sedih karena perasaan tulusnya terlalu cepat dilukai. Kecewa dengan jawaban terakhir yang Aneya lontarkan saat itu.

Tentang Aneya yang nyatanya tidak pernah menyukainya selama ini. Lalu untuk apa gadis itu meminta Aksa untuk menemuinya segera setelah pulang dari Jepang? Bukankah ada sesuatu yang harus mereka resmikan sebenarnya?

Entah apa yang membuat Aneya berubah secepat itu. Apapun itu, Aksa berharap ini semua hanyalah mimpi.

Namun sayang, kenyataan tidak sesuai dengan harapan Aksa. Telah lebih dari 48 jam berlalu, tidak ada tanda-tanda bahwa semuanya akan kembali seperti dulu.

Aneya yang sibuk dengan dunianya. Bahkan saat berpas-pasan dengan Aksa, gadis itu seperti tidak melihat siapapun di depannya. Ia seperti tidak pernah mengenal Aksa sama sekali.

Dari jauh pun Aksa perhatikan, gadis itu nampak baik-baik saja. Beberapa orang mulai berbicara padanya. Aneya mulai menemukan teman. Setelah mengenalnya selama ini, kenapa Aksa merasa bahwa lebih nyaman melihat gadis itu tidak memiliki teman sama sekali dibandingkan hari ini?

Jika Aneya hanya sendirian, Aksa bisa dengan mudah mendekatinya. Namun saat bersama teman-teman barunya itu, Aksa merasa ada penghalang untuk mendekatinya. Aksa merasa bahwa dirinya benar-benar tidak memiliki daya untuk sekedar menyapanya dengan senyuman.

Hal yang membuat Aksa benar-benar menyerah pada perasaannya. Dihiasi rasa marah pada dirinya sendiri, Aksa memutuskan untuk berhenti melihat Aneya. Berhenti memperhatikannya dari jauh.

Seperti hari ini. Aksa baru saja keluar dari kelas. Ia tidak sendirian, kali ini bersama Bagas yang akhirnya kembali berteman dengannya.

"Mau kemana lo?"

"Kafetaria aja. Tapi mutar, jangan lewat situ," jawab Aksa.

"Kenapa, dah?" tanya Bagas. Namun setelah Aksa menunjuk kelas IPA 2 dengan dagunya, Bagas akhirnya mengerti. "Oh, nggak mau lewat situ?"

"Iya, males."

Bagas mengangguk. Kakinya mulai melangkah mengikuti Aksa yang berjalan lebih dulu darinya.

"Temen lo tuh di belakang mau minta maaf kayaknya," kata Bagas setelah menyadari ada Langit dan Jonathan yang mengekori mereka dari belakang.

Aksa sempat menoleh sebentar, namun ia tidak perduli banyak. "Suruh minta maaf sama orangnya, bukan sama gue," jawab Aksa.

Bagas terkekeh tipis. "Lo beneran ditolak sama dia, Sa? Parah, sih. Gue penasaran apa penyebabnya," tanya Bagas, menyinggung soal Aneya.

"Nggak ada penyebab, dia emang nggak suka gue."

Bagas menutup mulutnya saat mendengar jawaban itu. Aksa terdengar agak kesal saat mengucapkannya, jadilah Bagas mengakhiri obrolan mereka tentang Aneya sampai di situ.

Sampai di kafetaria. Hidup Aksa benar-benar kembali seperti dulu. Hanya ada murid-murid dari kelas elit di sini, benar-benar tidak tersentuh dengan murid kelas biasa.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang