23. Kebenaran di Hari Konferensi Pers

142 20 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🦋🦋🦋
.
.
.

23. Kebenaran di hari Konferensi Pers

A

ksa mengemudi dalam diam, matanya sesekali menoleh pada Aneya yang duduk di sampingnya dengan tatapan kosong juga hidung yang sedikit kemerahan. Ponsel di tangan gadis itu masih terbuka, memperlihatkan sebuah pesan yang mengubah segalanya.

Beberapa menit lalu, Aneya mendapatkan pesan langsung dari kepala sekolah. Pesan berupa surat keterangan yang menyatakan bahwa Aneya telah diberhentikan dari sekolah. Kejadian waktu itu jelas menjadi perbincangan oleh berbagai pihak, sampai-sampai tercium oleh media berita dan videonya menjadi viral di mana-mana.

Untuk seukuran SMA 12 Angkasa, berita-berita seperti itu, yang mencoreng nama baik sekolah harus segera dimusnahkan. Namun liciknya Aurel yang malah mengundang banyak media untuk hadir dalam Press Conference pada besok pagi, di mana nantinya hanya akan menyelamatkan nama sekolah dan Aksa yang terpaksa kerja sama.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Aksa membelokkan mobil ke arah jalanan yang sepi, menuju tempat yang hanya mereka berdua tahu. Sebuah pantai kecil tersembunyi di ujung kota, jauh dari keramaian. Di atasnya, ada sebuah jembatan besar, di mana itu melindungi keduanya dari orang lain yang mungkin berlalu lalang.

Mereka tiba di sana, dan Aksa mematikan mesin mobil. Aksa juga membuka sabuk pengaman yang melindungi Aneya, membuat gadis itu menoleh karena sedikit terkejut. Aksa menatap kedua mata Aneya dengan lembut, sungguh Aksa ingin melindungi gadis itu bagaimana pun caranya.

"Mau aku peluk?" tanya Aksa.

Aneya diam sesaat, namun detik selanjutnya gadis itu mengangguk. Bagi Aneya ia sudah tidak bisa menolak apapun yang Aksa tawarkan padanya, entah itu pelukan atau rasa sayang pemuda itu padanya. Aneya sadar bahwa perasaannya untuk Aksa juga sudah tumbuh, keadaan yang membuatnya serumit itu untuk diungkapkan.

"Aku nggak punya siapa-siapa lagi, Aksa. Aku cuma punya kamu," lirih Aneya.

Aksa tersenyum, ia memeluk Aneya semakin erat. "Senang dengar kamu bilang kayak gitu, akhirnya aku punya kamu," jawab Aksa.

Aneya semakin tenggelam dalam pelukan Aksa, gadis itu merasa bahwa inilah pelukan ternyaman yang pernah ia rasakan. Ia tidak mengatakan apapun lagi, hanya ingin larut dalam suasana yang hangat ini juga usapan lembut Aksa pada rambutnya.

Beberapa hari ini terasa begitu berat, menangis pun rasanya Aneya sudah lelah. Memikirkan semua yang telah terjadi hanya membuat gadis itu sedih, ia memutuskan untuk tidak membahas tentang itu lagi.

Namun dalam diamnya, Aneya masih memikirkan Bundanya. Sampai sekarang Bundanya masih belum tahu kebenarannya, Aneya juga masih belum menemukan bukti. Gadis itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan, kembali ke sekolah hanya akan membuatnya semakin malu juga trauma ketika melihat sosok Aurel.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang