16. We Can't Be Together

157 22 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🦋🦋🦋

16. We Can't be Together

Dari awal masuk ke kelas sampai jam istirahat, Aneya menahan dirinya untuk tidak keluar kelas. Ada semacam trauma yang Aneya rasakan, takut untuk bertemu dengan orang-orang yang berlalu lalang di luar.

Namun pada pelajaran olahraga hari ini, mau tidak mau Aneya harus keluar dari kelas untuk berganti pakaian di toilet. Sayangnya toilet lantai tiga penuh, membuat Aneya harus turun ke lantai dua untuk memakai toilet kelas 11.

Aksa:
Boleh call?

Aneya tersenyum saat mendapati pesan itu kala ia menuruni tangga. Aksa mengabarinya semalam kalau pemuda itu akan pergi ke Jepang dan mungkin pagi ini ia sudah tiba di sana. Aksa juga memperingati Aneya untuk berhati-hati dan jangan ke tempat yang sepi sendirian, sekaligus pemuda itu meminta maaf karena tidak bisa menjaga Aneya beberapa hari ke depan.

Aneya:
Boleh

Hanya berselang satu menit setelah pesan balasan itu terkirim, Aneya langsung bisa mendengar suara nada dering dari ponselnya.

"Aneya."

"Iya."

"Kamu udah sampai, ya?"

"Baru banget sampai di rumah Almarhum Nenek. Kamu gimana di sana, aman?"

"Hm, sejauh ini aman, kok. Ini aku lagi jalan ke toilet mau ganti pakaian buat olahraga."

"Is it okay kalau sambil telponan gini?"

"It's okay, Aksa. Aku belum sampai, kok. Temenin dulu, ya..please.. aku sendirian soalnya."

"Okay. Padahal semalam aku bilang jangan kemana-mana sendirian, lho, masih aja. Kamu memang selama ini selalu sendirian, ya? Kamu harus punya teman minimal satu tau."

"Iya, Aksa. Aku nggak punya teman selain kamu masalahnya."

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana. "Jadi kita temenan?"

Aneya mengatup bibirnya dengan susah saat pertanyaan itu muncul dari Aksa. Gadis itu tidak tahu apakah sudah salah menjawab atau tidak. "Anu, maksudnya tuh—"

"Apa, hm?"

Sial! Aneya tidak bisa menahan senyumnya. "Ya, kan, emang belum ada apa-apa. Kamu, sih!"

"Kok aku? Kamu kali yang enggak peka."

"Ish, udah. Nggak mau bahas itu dulu," kata Aneya salah tingkah.

Aksa terkekeh di sebrang sana, suaranya ikut membuat bibir Aneya tertarik semakin lebar.

"Kamu lama, ya, di sana, Aksa? Pulangnya kapan kalau boleh tau."

"Kapan-kapan."

Ya ampun! Aneya mengulum bibirnya sebal. "Jangan lama-lama, ih."

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang