12. Nasib Aneya

182 25 5
                                    

alloww👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

alloww👋

.
.
.
.
🦋🦋🦋

12. Nasib Aneya

Aksa :
Malam ini aku nggak ikut les karena ada acara di rumah. Kamu gimana?

Aneya :
Aku baru aja sampai di ruangannya.

Aksa :
Oke, semangat belajarnya. Kabarin kalau udah selesai, ya.

Aneya :
Iya, Aksa😸

Aneya Salsabila tidak pernah menyangka bahwa ada orang lain yang menunggu kabarnya selain sang Bunda. Aneya tidak pernah dekat dengan cowok selama ini, jadi rasanya begitu baru dan menyegarkan. Entahlah, Aneya bingung menjelaskan bagaimana rasanya.

Malam ini Aneya mengikuti les seperti yang diharuskan. Orang pertama yang gadis itu temui saat datang ke ruangan khusus untuk IPA 2 adalah Dilan.

Tentang Dilan. Jujur saja Aneya cukup penasaran kenapa cowok itu bisa semisterius itu. Dia benar-benar tidak bergaul dengan siapapun, bahkan jarang terlihat berteman dengan sepupunya sendiri, Aksa.

Merasa dirinya sedang diperhatikan, Dilan menoleh pada Aneya. Cowok itu tidak mengucapkan apapun, malah ia memilih keluar dari ruangan dan meninggalkan Aneya sendirian di sana.

Fyi, Aneya memang datang lebih cepat dari jadwal.

Baru beberapa langkah berjalan, Dilan tiba-tiba mendengarkan suara.

"Eh, Lang. Saudara tiri lo, tuh." Begitu suara yang Dilan dengar beberapa meter di depan sana. Dilan berdecak saat menyadari siapa dua orang di depannya itu.

"Najis!" balas Langit dengan ekspresi jijik.

Jonathan reflek tertawa, sementara Dilan hanya bisa diam saja mencoba sabar.

"Parah banget lo, Lang. Gitu-gitu juga udah makan duit bokap lo, tuh."

Rasanya Langit ingin menghantam wajah Jonathan saat ia berkata demikian, tapi ia lebih geram saat melihat ekspresi biasa-biasa saja yang Dilan tampilkan.

"Semoga aja isi perutnya busuk. Nggak tau aja kalau bukan karena nyokap gue manusia itu nggak bakal bisa makan," ucap Langit dengan kesal. "Udah lah, Jo. Entar aja kita ke sini lagi, males gue udah ketemu sama anak pelakor ini. Kayak anjing!"

Seribu kali umpatan itu keluar, seribu kali juga Dilan mencoba sabar dengan tidak membalasnya. Berekspresi datar adalah keahlian Dilan, apalagi semenjak kejadian yang menimpa keluarganya, yang juga menghancurkan keluarga orang lain.

Dilan menghela nafas kasar. Seperginya Langit dan temannya itu membuat Dilan tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia marah, tentu.

Apa yang dikatakan Jonathan tadi tidaklah benar. Dilan tidak pernah memakan uang dari Papa tirinya, tapi ya bagaimanapun tidak mengubah fakta bahwa Mamanya sendiri sudah merusak rumah tangga orang lain. Ah, juga merusak rumah tangganya sendiri.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang