3. Aneya Salsabila

339 40 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

🦋🦋🦋

3. Aneya Salsabila

Tentang Aneya. Kalau ditanya suka rasa apa, Aneya akan jawab rasa strawberry.

Gadis itu imut dengan cara bicara, jalan, dan juga senyumnya. Tingginya hanya 162 senti meter, cukup pendek dari gadis-gadis yang ada di sekitarannya.

Hal menarik yang cukup menonjol adalah, Aneya suka warna pink. Menurut Aneya, pink itu cocok dengan kepribadiannya yang selalu berusaha berpikir positif. Sepositif itu, sampai Aneya tidak pernah takut untuk pergi kemana-mana sendirian.

Kasarnya, Aneya tidak punya teman. Padahal kepribadian Aneya itu cukup ekstrovet, tapi Aneya tidak pernah ambil pusing. Selama gadis itu bisa melakukan apapun sendirian, Aneya baik-baik saja.

Ah, Aneya lupa kalau kemarin dibantu oleh seseorang saat ingin mencapai buku di rak perpustakaan. Siapa kemarin namanya? Aksa?

"12 IPA 1..." gumam Aneya. "Kalau bukan anak donator, ya anak orang penting." Gadis bersurai hitam panjang itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku pikir anak IPA 1 itu nggak mau bergaul sama kelas lain, ternyata ada juga yang mau kenalan sama aku."

Jangan salahkan pikiran Aneya tentang IPA 1, karena memang anak-anak IPA 1 maunya Cuma bergaul dengan anak kelasnya sendiri. Circle mereka itu circle elit, sulit tembus. Kecuali dari merekanya sendiri yang membuka jalan untuk kelas lain masuk.

"Ya, udah, sih," kata Aneya masa bodoh. "Tapi enak dong bisa sekelas sama Aurel."

Lagi-lagi Aurel. Gadis popular itu emang selalu jadi topik hangat di sekolah.

"Bayangin kalau Aurel nikah sama Aksa," pikirnya tiba-tiba, Aneya jadi senyum-senyum sendiri. "Anaknya pasti cantik-cantik dan ganteng-ganteng." Aneya lalu terkekeh geli. Ia seketika membayangkan wajah Aksa kemarin, ganteng. Cocok dengan Aurel, pikirnya.

Bel berbunyi bersamaan dengan Aneya yang menghentikan khayalannya. Oh, ya, sedari tadi gadis yang mengenakan sweater pink itu hanya bergumam sendirian, faktor kelasnya ini berkonsep satu meja satu bangku, jadi Aneya memang tidak memiliki teman sebangku.

Dari kursinya Aneya menatap pintu kelas yang terbuka lebar, lagi-lagi hujan membasahi bumi pagi ini. Tapi untung saja Aneya berangkat lebih pagi dan juga berbekal payung, jadi gadis itu tidak kebasahan dan tidak terlambat lagi.

"Eh..." Aneya seketika terkejut saat ada seseorang yang baru saja melewati kelasnya. Yang membuat Aneya merasa aneh adalah pemuda itu menatap ke arahnya sambil berlalu.

Ah, tidak aneh. Mereka hanya tidak sengaja saling tatap.

Dari sisi Aneya, tidak ada lagi yang terjadi setelah itu. Pemuda itu sudah lewat dan Aneya kembali sibuk dengan dunianya.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang