14. Pelajaran untuk Langit

192 27 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🦋🦋🦋



14. Pelajaran untuk Langit

Langit Biru Alister. Di keluarganya, ia adalah seorang anak tunggal dari Mamanya yang berprofesi sebagai Dokter Bedah. Papanya tidak usah ditanya, Langit hanya tinggal berdua dengan sang Mama semenjak orang tuanya bercerai.

Hal yang mengubah kehidupan Langit seratus delapan puluh derajat. Tidak ada lagi kebebasan dan kelembutan yang datang dari Mamanya, yang ada hanyalah keketatan dari peraturan yang tidak boleh dilanggar.

Makan harus tepat pada waktunya yang menjadi alasan kenapa Langit harus masuk ke kelas elit di sekolahnya, pulang tidak boleh lewat dari jam sepuluh malam, pergi ke mana pun harus diantar oleh supir pribadinya, tidak boleh merokok sebab Langit harus sehat sentosa agar bisa melanjutkan profesi mamanya, satu hal yang tidak boleh tinggal adalah lingkungan pertemanan Langit tidak boleh dimasuki oleh orang menengah ke bawah. Mamanya percaya bahwa lingkungan berpengaruh pada pola pikir seorang anak. Jadilah Langit yang tinggi hati dan angkuh itu.

"Ma, boleh nggak aku nggak masuk sekolah hari ini?" tanya Langit dengan penuh ketakutan pada Mamanya saat mereka di ruang makan.

"Memangnya kamu kenapa, Langit?"

Langit menelan ludah susah. Cowok itu tidak kenapa-kenapa, dia hanya takut menghadapi Aksa hari ini, apalagi setelah Langit tahu dari Aurel kalau rencana mereka gagal malam itu.

"Aku kayaknya demam. Semalam juga nggak bisa tidur karena kepalanya agak pusing."

Seketika tangan Mamanya menyentuh dahi milik Langit. Sebagai seorang dokter, ia tahu betul mana yang panas demam dan mana yang tidak. "Ini nggak panas sama sekali. Kamu kenapa nggak mau sekolah hari ini, hah?"

Sangat tidak mungkin Langit mengatakan yang sejujurnya, apalagi semalam ia sudah bersusah payah meminta sang supir agar tidak mengadu pada Mamanya tentang apa yang Langit lakukan pada Aneya malam itu. Langit mengulum bibirnya dengan kuat, berusaha berpikir jernih untuk mencari alasan.

"A-aku cuma capek aja, Ma. Pelajaran hari ini berat banget."

Tentu alasan tersebut tidak bisa diterima. "Baru juga menghadapi mata pelajaran sudah capek, gimana nanti kamu kalau menghadapi pasien yang bertarung sama nyawanya sendiri?"

"Ma—"

"Sudah, jangan banyak alasan. Habiskan makanan kamu sekarang dan berangkat ke sekolah! Calon Dokter nggak boleh banyak ngeluh seperti kamu ini."

Dalam hatinya ada umpatan kasar yang Langit keluarkan. Tentu setelah itu ia jadi menyalahkan keadaan yang sudah merubah Mamanya menjadi tidak pengertian seperti ini. Tunggu nanti saat Langit punya kuasa untuk membalaskan dendamnya pada sang Ayah dan istri barunya itu. Sampai kapan pun Langit tidak akan memafkan mereka.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang