.
.
.Disclaimer!!
Aku ga pernah tahu suasana di RSJ itu seperti apa, jadi apapun yang tertulis di sini itu murni karangan fiksi ya. Maaf jika ada kata/kalimat/paragraf yang membuat tersinggung🙏🙏
.
.
.🦋🦋🦋
7. RJS Pelita
07.00. Aksa menghela nafasnya dengan gelisah ketika mobil yang mengantarnya sudah sampai di depan gerbang Rumah Sakit Jiwa Pelita. Aksa masih belum mau turun, ia terus memperhatikan gerbang itu dengan perasaan gelisah.
Rumah sakit jiwa Pelita memiliki satu hal yang membuat Aksa tidak ingin mendatanginya. Bayangkan sudah 7 tahun semenjak kejadian itu, inilah pertama kalinya Aksa datang ke sana.
Dulu sekali Aksa memang sempat mendapatkan kabar tentang seseorang yang dirawat di sana. Dan Aksa selalu merasa takut mendengarnya. Sebab itu, Papanya selalu berusaha menjauhkan Aksa dari beberapa orang yang mencoba mendekati Aksa dengan kabar orang tersebut. Aksa masih takut sampai sekarang, perasaan itu belum bisa Aksa hilangkan.
"Papa nggak ke sini?" tanya Aksa pada seorang pria yang duduk di kursi kemudi. Pria itu adalah orang kepercayaan Papanya Aksa, dipekerjakan khusus untuk membantu Aksa dalam apapun. Aksa memanggilnya Om Murdi, mereka cukup akrab.
"Nanti, bersama donator yang lain," jawab pria itu.
Aksa kembali menghela nafasnya. "Gimana caranya aku masuk ke sana?" tanya Aksa. "Atau aku tunggu Papa?"
Om Murdi melihat Aksa melalui kaca spion tengah. Ia mengambil sebuah file yang terdapat nama-nama orang di sana. "Coba lihat dulu daftar namanya, ada yang kamu kenal, nggak?"
Aksa menerima file itu. Dilihatnya, seluruh nama murid IPA 1 terdaftar dengan jelas di sana. Aksa juga memastikan Langit, Jonathan, dan Bagas mengikuti kegiatan ini. Namun sayang, meminta pertolongan mereka bukanlah jalan keluar.
Aksa kemudian membuka lembar selanjutnya. Ia sedikit terkejut saat melihat kelas lain hanya mendaftarkan beberapa orang saja sebagai perwakilan dari setiap kelasnya, tidak seperti kelasnya yang diikutsertakan semua.
Biasanya jika ada kegiatan seperti ini, semua tingkatan kelas akan diikutsertakan, namun di tempat yang berbeda-beda.
Aksa menelan ludahnya saat ia menemukan nama seseorang. Demi apapun, Aksa tidak berniat untuk bertemu dengannya di tempat ini. Seketika otak pemuda itu berputar, apa ini rencana Aurel selanjutnya?
Reaksi tersebut memicu rasa penasaran Om Murdi, pria dengan setelan kemeja putih itu merasa asing dengan nama yang secara tidak sadar sedang Aksa tunjukkan dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA'S | HARUTO
Teen Fiction𝑳𝒆𝒕'𝒔 𝒋𝒖𝒔𝒕 𝒔𝒂𝒚 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒂𝒍𝒍 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒂𝒃𝒐𝒖𝒕 𝒖𝒔. Kalau bukan karena pertemuan di halte waktu itu, mungkin Aksa tidak akan pernah menyadari bahwa ada siswi bernama Aneya yang bersekolah di sekolah yang sama deng...