11. Rencana Selanjutnya

212 31 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🦋🦋🦋

11. Rencana Selanjutnya

Gerbang tinggi milik SMA 12 Angkasa terpampang jelas di depan mata, namun Aneya memilih untuk tidak melewatinya terlebih dulu. Karena ada banyak hal yang ingin Aneya pikirkan sebelum masuk ke sekolah, rencana hari ini dan apa saja yang harus dilakukan dan dihindari.

Setelah percakapan dengan Aksa semalam, jujur saja Aneya menyadari bahwa perasaan Aksa untuknya bukan main-main. Apa lagi sepanjang perjalanan saat Aksa mengantarnya pulang, tangan pemuda itu tidak melepaskan tangan Aneya sama sekali. Dan.... Aneya merasa nyaman dengan itu.

Semalam juga Aksa sempat menceritakan apa yang pemuda itu ketahui tentang Aurel. Namun Aneya masih belum percaya seratus persen. Aneya ingin membuktikannya sendiri walaupun ia sadar betul itu tidak akan mudah.

Aneya menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan, gadis itu akirnya memutuskan untuk melangkah masuk.

Beberapa meter di belakangnya, gadis itu tidak menyadari bahwa Aurel sudah memperhatikannya sejak lama. Aurel melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan langkah kecil Aneya dengan tatapan kebencian.

"Berhenti di sini," perintah Aurel pada sang supir.

Aurel pun keluar dari mobil yang membawanya, lalu segera menyusul Aneya yang kini hampir sampai di koridor sekolah. Tadinya Aurel sudah ingin melabrak gadis itu, namun bermain cantik adalah keahlian Aurel.

"Aneya!"

Gadis itu menoleh cepat. Dan saat melihat siapa yang memanggilnya seketika kaki Aneya terasa lemas. Rasanya tulang-tulang Aneya langsung remuk tidak berdaya di depan Aurel yang saat ini hanya berjarak beberapa langkah darinya.

"Kenapa natap gue kayak gitu? Biasa aja kali. Gue nggak makan orang."

Aneya menarik nafas dalam, berusaha terkekeh."I-iya.. enggak, kok. Ada apa, ya?" tanya Aneya takut-takut.

Aurel memperhatikan gadis itu dengan fokus. Aura tidak terkalahkannya terpancar jelas dari mimik wajahnya itu, hal yang membuat Aneya tidak bisa bernafas dengan tenang. Selama ini memang Aurel memiliki aura yang kuat, namun baru kali ini Aneya merasa terintimidasi dengan gadis itu.

"Gue yakin lo udah tau apa yang pengen gue bahas kali ini," ucap Aurel.

Aneya meneguk ludah susah. "A-apa?"

"Aksa."

Kan, sudah Aneya tebak.

"Lo udah berusaha jauhin Aksa, kan?" tanya Aurel dengan mendekat satu langkah.

Aneya mengangguk cepat. "U-udah," jawab Aneya. "Aku sama Aksa udah nggak saling ngobrol lagi. Kamu bisa tanyain ke Aksa."

Bukannya menjawab, Aurel malah diam saja. Bukan Aurel tidak tahu bahwa Aneya sedang berbohong sekarang. Meski raganya tidak memastikan langsung bahwa semalam Aneya dan Aksa sudah saling mengobrol, percayalah bahwa mata dan telinga gadis itu ada di mana-mana.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang